Rencana

Jaka dan Surya sedang kelimpungan mencari Rani yang kabur dan tiba tiba menghilang entah kemana.

"Bodohnya kau, menjaga seorang wanita saja tak becus, sampai dia kabur !" hardik Jaka pada Surya yang wajahnya tak kalah gelisah dari Jaka.

Mereka tentu saja sangat hawatir bila Rani sampai membocorkan rencana mereka menggulingkan kepemimpinan Herman, terlebih Surya, dia juga sangat takut bila Rani sampai bertemu Bonar atau Febi dan menceritakan penghianatannya dan mengingkari sumpah nya sebagai petugas kepolisian.

"Kita harus menemukan wanita sial itu, secepatnya " ucap Jaka resah.

"Itu urusan mu, aku tidak bisa berkeliaran bebas disini sekarang, kau kan tau, kalau anak buah pacar mu masih mengejarmu" ujar Surya.

"Ah, sial ! kenapa wanita itu harus lolos !" Jaka menendang meja kaca di depannya sampai hancur berserakan di lantai.

Sedangkan di tempat lain, keesokan harinya, Yudha sedang berada di rumah utama, dia di panggil Herman untuk membicarakan sesuatu.

"Selamat siang, bos !" sapa Yudha saat memasuki ruang kerja Herman.

"Duduklah, aku ingin berbicara sesuatu pada mu, aku ingin kau kembali memegang kendali bagian senjata dan perjudian" pinta Herman.

"Tapi bos, aku sudah---"

"aku akan menjamin wanita yang ada di bangunan utara milik mu akan selamat sampai keluar pulau, kalau kau mau kembali tinggal disini," ucap Herman datar.

Deg, Yudha sedikit tersentak, bagaimana bisa Herman tau tentang dirinya yang menyembunyikan Rani di bangunan utara miliknya.

"Bagaimana ?" desak Herman.

"Kenapa harus aku bos? bukannya bang Jek bisa menghendel semuanya," tolak Yudha secara halus.

"Aku mencium gelagat penghianatan dan keserakahan di diri Jaka, tapi aku masih mengikuti arus permainannya," Herman memperlihatkan raut kecewanya, bagai mana tidak, Jaka adalah tangan kanan kesayangannya, orang paling dia percaya.

"Darimana bos tau ? aku rasa bang Jek tak mungkin berbuat nekat seperti itu," ucap Yudha sedikit kaget dan tak percaya.

"Hanya insting saja, aku bisa merasakannya" seloroh Herman masih dengan nada datarnya.

"Tapi buat apa bang Jek menghianati bos, bukannya setelah dia menikah dengan nona Mila, dia yang akan menjadi pengganti bos sebagai penguasa pulau ini ?" Yudha tak habis pikir bila benar Jaka berani berbuat nekat seperti itu, karena menurut Yudha itu sama saja dengan bunuh diri.

"Entah lah, semoga saja insting ku kali ini tidak benar" Herman menepis pikiran nya sendiri.

"Oh iya, kalau kau mencari keberadaan laki laki bernama Damar itu, dia berada dalam kekuasaan Mila, ambil dia, tapi kalau masalah itu, aku tak akan ikut campur, ak tak tega mengambil mainan anak ku sendiri, hahaha" tawa Herman menggelegar memenuhi ruangan.

"Bos yakin, laki laki itu bersama nona Mila ?" tanya Yudha lagi.

"Kapan aku pernah berbohong pada mu ? laki laki itu menjadi tawanan Mila, mungkin dia menyukainya, tapi aku tak akan pernah membiarkan hal itu terjadi, anak anakku harus menikah dengan orang orang di lingkaran kita, bukan orang luar !" tegas Herman.

Yudha termenung sebentar, bagaimana mungkin dia bisa membebaskan Damar dari jerat Mila yang dia kenal sebagai perempuan licik dan licin.

"Apa bos benar benar tak akan mencelakai Rani dan Damar bila mereka keluar dari pulau ini?" ragu Yudha.

"Asal kau kembali tinggal di sini dan mengurus senjata dan perjudian seperti yang aku bilang, aku jamin mereka selamat," janji Herman penuh keyakinan.

"Baiklah, aku akan mempertimbangkannya," ucap Yudha sedikit goyah pada pendiriannya, tadinya dia sudah bertekad untuk meninggalkan bisnis haram di pulau ini, tapi ini demi menyelamatkan dua nyawa yang tak berdosa, dia harus mengalah, pikirnya.

"Sebaiknya kau merahasiakan ini dari siapapun, tak terkecuali Intan," pungkas Herman menutup pembicaraannya dengan Yudha siang itu.

Yudha keluar dari ruang kerja Herman, dia menuju ke bangunan utara tempat dirinya menyembunyikan Rani.

"Bagaimana, kau sudah tau keadaan Damar?" tanya Rani begitu melihat Yudha masuk, gurat ke khawatiran begitu kentara di wajahnya.

"Apa kamu se cinta itu padanya ?" lirih Yudha.

"Apa aku harus menjawabnya?" ucap Rani dengan nada ketus khas nya.

"Aku akan menyelamatkannya, dan membantu kalian keluar dari sini,"

"Tapi di mana Damar ?" rengek Rani penasaran.

"Dia masih dalam sekapan Mila, si iblis betina itu" jawab Yudha.

***

"Bagaimana kabar mu hari ini tampan ku ?" sapa Mila yang baru terbangun dari tidur lelapnya siang itu, Mila terbiasa bekerja di malam hari, dan tidur di pagi hari.

Mila saat ini di beri tanggung jawab mengurus prostitusi di pulau itu, dia mendatangkan wanita dari luar pulau untuk di jajakan di pulau ini, tak heran kalau dia sering keluar masuk pulau untuk urusan ini.

Damar hanya diam tak menjawab sapaan Mila, terlebih mulutnya juga di lakban Mila dari semalam.

"Aku akan melepaskan ikatan tangan dan penutup mulut mu, tapi bersikaplah kooperatif, jangan macam macam !" ancam Mila.

Damar menganggukan kepalanya, dan Mila melucuti tali pengikat di tangan Damar.

Damar membuka lakban yang menempel di mulutnya setelah tangannya terbebas, dia mengibas ngibaskan kedua tangannya yang terasa pegal karena di ikat ke belakang dalam waktu yang cukup lama.

"Kau cantik kalau saat bangun tidur seperti itu," ucap Damar menatap wajah Mila yang tepat berada di depannya saat ini.

Wajah Mila memerah, jarang ada yang memuji dirinya kecuali Jaka, laki laki lain tak ada yang berani berkata seperti itu padanya.

"Kenapa kau tiba tiba bersikap manis padaku ? Apa yang kau rencanakan, apa kau mau merayu ku dan kemudian kabur ? tidak akan semudah itu!" ucap Mila membuang muka, menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, aku memandangi mu saat kau tertidur tadi, aku merasa kau istimewa, perempuan cantik pekerja keras dan sangat tangguh, aku suka wanita seperti mu, sangat menggoda," lirih Damar, dan dia membisikan kalimat terakhir di telinga Mila dengan sensual dan sengaja menyentuh ujung telinga Mila dengan hidung mancungnya.

Hembusan udara dari mulut Damar di telinga nya membuat Mila meremang seketika, dia meraih tengkuk Damar dan mencium bibir yang selalu menggoda dirinya itu.

Tanpa di duga, Damar menyambut ciuman Mila dengan tangan yang mendekap pinggang Mila erat.

"Aku harus mandi dulu," ucap Damar melepaskan ciumannya saat tangan Mila mulai terasa bergerilya di dada bidang nya.

"hmm, aku akan menyiapkan baju ganti mu" patuh Mila.

Damar tersenyum dalam hatinya,

'Cih, menjijikan sekali, aku merasa seperti pel-acuur laki laki saat ini, tapi hanya ini satu satunya cara agar aku bisa melepaskan diri dari wanita iblis ini' batinnya.

Setelah mandi dan berganti pakaian dengan baju yang sudah di siapkan Mila, Damar duduk di ranjang tempat Mila duduk bersandar dan memperhatikan gerak geriknya, sepertinya Mila masih waspada dengan perubahan sikap Damar yang tiba tiba.

"Kenapa sikap mu tiba tiba berubah?" tatap Mila tajam.

"Aku lelaki normal, mana bisa menolak wanita cantik dan menggoda sepertimu" rayu Damar meraih bahu Mila dan mendekapnya.

"Aku tak percaya, kau pasti merencanakan sesuatu" tuduh Mila,

"Kau terlalu banyak berpikir, aku ke pulau ini ingin bersenang senang, ayolah, ajak aku bersenang senang di pulau ini" rajuk Damar sambil sesekali menciumi pucuk kepala wanita dalam dekapannya itu.

"Tidak,! kau pasti akan melarikan diri dari ku saat kita keluar dari sini" tolak Mila.

"Ya sudah, terserah kamu, selama itu bersama mu, aku tak masalah dimana pun," Damar mencubit gemas pipi Mila.

Damar sedikit kecewa, karena ternyata Mila masih belum bisa dia taklukan, dia harus lebih bersabar dan berpikir lagi cara keluar dari jeratan Mila.

"Kenapa kau diam? Apa kau marah?" tebak Mila melihat ekspresi wajah Damar yang tiba tiba berubah.

"Ah, tidak. Aku lapar" kecoh Damar mengalihkan perhatian Mila.

"Aku sudah menyiapkan makanan mu di depan, aku akan mandi, jangan macam macam !" ancam Mila yang mulai sedikit percaya dengan Damar.

"Baik, aku akan menunggu mu selesai mandi, dan kita akan makan bersama sama" Damar tersenyum palsu.

Mila turun dari ranjangnya dan menuju kamar mandi,

Damar mengelilingi ruangan besar itu, mencari cari celah yang memungkinkan dia untuk melarikan diri, dia memeriksa pintu, dan itu terkunci, begitu juga jendela berteralis yang juga terkunci.

Damar terdiam seperti berpikir mencari cara melarikan diri.

Mila yang sedang di kamar mandi tersenyum miring sambil memperhatikan layar ponsel di tangannya.

'Sudah ku duga, kau hanya berpura pura, baiklah ayo kita kuti permainan mu' gumamnya lirih sambil terus memperhatikan layar ponsel yang berisi gambar pantauan cctv dalam kamarnya yang bisa dia lihat dari ponselnya.

Terpopuler

Comments

Pangeran Matahari

Pangeran Matahari

lanjoot kk

2021-11-28

3

AuliaNajwa

AuliaNajwa

up donk se hri 3x 🙏 lanjut gaskeuuun authour seruuu nih

2021-11-28

3

Widya Hafifa

Widya Hafifa

hai thor salam kenal ya jgn lupa mampir

2021-11-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!