Dimana Bonar

Mereka berempat telah sampai di belakang sebuah bangunan yang ternyata benar saja terdapat celah di sisi antara tembok belakangnya, celah yang bisa di lewati tubuh satu orang dewasa, entah celah bekas apa atau maksudnya apa, yang jelas itu sangat berguna bagi ke empat orang itu sebagai akses masuk tanpa melalui gerbang pemeriksaan yang di jaga ketat.

Dengan mengendap endap dan memperthatikan keadaan sekitar, satu persatu di antara mereka memasuki celah itu, di mulai dari Surya yang masuk pertama kali, lalu di susul oleh Feby dan Rani di belakangnya, kemudian di susul Damar yang masuk paling terakhir karena harus memastikan keadaan sekitar aman saat ketiga temannya masuk ke daerah yang di sebut wanita bernama Mila itu sebagai daerah terlarang.

Sekarang mereka sudah berada di sidi bagian dalam benteng tinggi penghalang Daerah terlarang itu dengan area luar.

mereka mengendap endap memperhatikan sekeliling, daerah itu sungguh seperti sebuah kota yang penuh dengan bangunan mewah, orang orang ber lalu lalang, berjalan jalan di trotoar jalan yang di aspal halus.

Feby dan Rani bahkan sempat terheran heran dengan sebuah butik mewah yang biasa menjual barang barang bermerek, berdiri di antara jejeran ruko yang penuh kelap kelip lampu.

Disana juga terdapat restoran, coffe shop, bahkan ada tempat penukaran uang asing segala.

"Oh, tempat apa ini ?" guman Damar merasa takjub dengan apa tang ada di hadapannya saat ini.

"Apakah kita masih berada di indonesia?" cicit Feby saat melihat sebuah bangunan yang bertuliskan 'Bar & casino'.

"Ish, memangnya kau pikir kita sedang dimana?" desis Rani menyahuti cicitan Feby.

"Aku merasa sedang berada di Las vegas" ucapnya dengan mata yang menyapu setiap sudut tempat disana sambil tetap bersembunyi di bangunan bercelah yang tadi menjadi akses masuk mereka.

"Memangnya kau pernah ke Las vegas ?" tanya Rani,

"Belum" jawab Feby singkat, yang lantas mendapat tatapan kesal dari Rani.

Saat ini mereka sedang kebingungan untuk berjalan ke arah bangunan tempat penyekapan Bonar, karena penampilan mereka pasti akan menjadi pusat perhatian orang orang sekitar yang sedang berlalu lalang atau pun berkerumun di depan pertokoan dan bangunan bangunan yang hampir semuanya ramai dengan pengunjung.

Bagaimana tidak, penampilan mereka berempat terlihat sangat kacau dan kotor karena melakukan perjalanan di hutan selama hampir dua hari, belum lagi hari pertama sampai mereka harus menghadapi dan melewati badai.

Sementara orang orang disana rata rata memakai jas lengkap, ada juga yang memakai celana kain dan kemeja , tapi rata rata mereka berpakain rapi dan necis, sedangkan para wanita rata rata terlihat mengenakan gaun seksi yang seperti kekurangan bahan.

Mereka berempat saling bertatapan, mencari ide yang memungkinkan mereka bisa berjalan disana tanpa ada yang mencurigai kalau mereka adalah penyusup yang tak punya surat ijin.

"Emh, kalian tunggu disini, biar aku kesana sendirian" ucap Damar.

"Tapi," protes Rani tiba tiba.

"Tenang saja aku kesana tentu saja tidak dengan dandanan seperti ini." jawab Damar.

Damar teringat kalau dia membawa satu setel celana kain dan kemeja, lengkap dengan dasinya, masih tersimpan di ranselnya belum sempat dia keluarkan, karena tadinya dia pikir akan di gunakan saat di penginapan Lembayung.

Damar mengeluarkan tisu basah dan mengelap wajah juga lengannya agar tak terlihat kotor.

"Kalian berdua, apa akan terus menonton ku berganti pakaian ?" ucap Damar pada Rani dan Feby yang memeperhatikan gerak geriknya tanpa berkedip.

"Haish, ngapain juga nontonin kamu berganti pakaian, kurang kerjaan saja, bisa perih mata ku kalau lihat kamu tak memakai baju" tampik Rani membuang jauh pandangannya.

Damar hanya tersenyum saja melihat polah Rani sang pacar pura puranya itu.

Damar sudah berganti pakaian dengan celana kain berwarna biru tua dan kemeja berwarna putih garis garis biru dengan dasi yang berwarna biru muda senada.

"Bagaimana penampilan ku, sudah seperti mereka tidak ?" tanya Damar memutar badannya bak peragawan sedang bergaya di catwalk.

Rani dan Feby tertegun melihat perubahan penampilan Damar yang terlihat seperti eksekutif muda dengan aura ketampanan yang semakin memancar.

Damar mulai berjalan dengan langkah yang percaya diri, untunglah dia mengenakan sneakers, jadi masih bisa nyambung dengan pakaian yang di kenakannya sekarang, coba saja dia memakai sepatu gunung, pasti akan lebih bingung lagi.

Damar memasuki salah satu butik yang menjual baju laki laki dan perempuan, dia memilih dua gaun dan satu setel pakaian untuk Surya juga, setelan jas lengkap, tidak lupa Damar juga membeli dua pasang flat shoes untuk kedua wanita yang menunggunya di bangunan seberang.

Damar sengaja memilihkan flat shoes, bukan high heel, atau stiletto heels yang akan membuat kaki si pemakainya terlihat jenjang, itu di pilihnya semata agar tak menyulitkan bila tiba tiba terjadi hal hal yang tidak di inginkan pada mereka, bagaimana pun mereka penyusup disana, hal hal yang di luar prediksi harus di pikirkan.

Damar berjalan membawa barang barang belanjaannya setelah membayar semua barang yang dia beli menggunakan kartu yang selalu dia bawa di dalam dompetnya.

Tak ada satu pun di antara mereka yang curiga dengan Damar yang berjalan dengan menenteng tiga paper bag jumbo di kedua sisi tangannya.

"Ini, cepatlah kalian berganti pakaian" titah Damar sambil menyodorkan tiga paper bag itu ke arah tiga orang yang sedang menunggunya.

"Wuih,,, di belanjain kita,, makasih bro !" seru Surya nyengir.

"Ish, kalian berhasil merampok ku malam ini," cebik Damar.

Ketiga orang itu malah tertawa geli,

"Apa kau tak niat membelikan sepatu untuk kita?" protes Rani, melihat dua pasang flat shoes dengan model dan warna yang sama, hanya berbeda satu nomor saja, yang satu nomor 39 dan sepasang yang lain nya nomor 40.

"Hanya ada itu, lagi pula, mana ku tau nomor sepatu kalian berapa, jadi aku ambil asal saja." Damar menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Setidaknya beri kami sepatu dengan warna berbeda, jangan seragam seperti ini." cibir Rani lagi.

Setelah semua berganti pakaian dan membersihkan wajah mereka dengan tisu basah, mereka berjalan beriringan, setelah mengamati bagaimana cara orang orang disana berjalan dan bagaimana saat bertemu wisatawan lainnya, mereka mengikuti gerombolan wisatawan yang berjalan berkelompok, dengan begitu mereka tak begitu kentara kebingungan berjalan mencari cari arah, dan itu bisa saja mengundang kecurigaan beberapa penjaga yang berdiri di setiap sudut jalan, mereka sangat teliti memperhatikan para tamu yang berada di daerah itu.

Saat mereka sudah mendekati bengunan yang di sebut wanita bernama Mila itu tempat penyekapan Bonar, mereka terhenti, karena bangunan itu pintunya sedikit terbuka.

Damar dan Surya mencuri curi lihat ke arah dalam bangunan luas yang tanpa satu pun barang terdapat disana, benar benar ruangan kosong, bahkan tak ada satu orang pun manusia disana.

"Apa wanita itu menipu kita?" lirih Rani.

"Entahlah, aku tak tau pasti, tapi bisa saja mereka semua sudah di pindahkan ke tempat penyekapan yang lain" jawab Surya.

"Lalu kita harus bagai mana?" tanya Feby

"Kita harus tetap mencarinya sampai ketemu." jawab Surya.

"Ish, tentu saja, tapi caranya bagaimana ?" kesal Feby.

"Kita harus memasuki satu persatu bangunan disini." ucap Surya santai.

"Ayo kita cari dan kita jangan sampai terpisah, kita harus terus bersama sama." timpal Damar.

Terpopuler

Comments

NaMika

NaMika

next

2022-04-30

1

Alitha Fransisca

Alitha Fransisca

Semangat Thor

2021-11-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!