Berlayar

Sore itu Damar sudah bersiap dan datang ke tempat Surya yang tadi siang sudah di janjikan oleh dirinya dan pria gondrong itu.

Saat sampai di tempat yang di tentukan, Damar hanya melihat lima orang laki laki dan seorang wanita, tak ada Rani disana.

Damar menatap ke enam orang itu, tiba tiba dia merasa tak yakin, lima laki laki asing itu terlihat seperti tak tertarik untuk beramah tamah, mereka asik dengan teman ngobrolnya sendiri sendiri.

Lalu laki laki gondrong yang tadi siang mengajaknya bergabung itu menghampiri Damar yang seakan ragu ragu hendak ikut bergabung dengan mereka.

"Hey bro, mana pacar mu ? Kenapa tak datang bersama ?" Tanya Pria gondrong itu pada Damar.

"Siapa yang kau bilang pacarnya itu ?" Rani tiba tiba sudah berada di antara mereka.

Damar menarik tangan Rani ke tempat yang agak jauh dari mereka.

"Apa apaan ini, kau tak sopan menarik tangan orang sembarangan, jangan kurang ajar ya !" Rani mengelus tangan kanannya yang di tarik paksa oleh Damar.

"Dengar, aku agak ragu kalau mereka orang orang baik, apa kamu masih tetap ingin pergi ke pulau itu bersama mereka ?" Bisik Damar, sambil sesekali melirik ke arah 6 orang yang yang seakan penasaran apa yang di bicarakan Damar dan Rani sampai mereka tak boleh tahu.

"Maksudnya ? Kau takut ?" Rani tersenyum miring.

"Bukan seperti itu, kamu pergi bersama ku, kamu menjadi tanggung jawab ku, aku takut terjadi apa apa pada mu." Ucap Damar.

"Haha,,, kau ini lucu, tak usah lebay, aku bukan siapa siapa mu, untuk apa kau meng hawatirkan ku ? lagi pula aku bisa bertanggung jawab dan menjaga diriku sendiri." Rani terkekeh.

"Baik, kita tetap akan pergi, tapi dengan satu syarat." Ucap Damar.

Rani mengerutkan keningnya, "Syarat ?"

"Iya kamu harus pura pura sebagai tunangan ku, jadi para lelaki itu tak akan berani macam macam pada mu, aku tak percaya pada mereka." Tegas Damar.

"Cih, kau pikir aku percaya padamu ?" Decih Rani.

"Terserah, kalau kamu masih ingin pergi kesana, ya itu syaratnya, kalau tidak setuju dengan syarat ku,,, kita tak usah berangkat." Rasa khawatir Damar pada Rani tiba tiba menguasai dirinya, entah lah, Damar merasa takut kalau sampai terjadi apa apa pada wanita yang baru dua hari ini di temuinya itu.

"Oke, cuma pura pura kan, tak ada masalah. Yang penting kita pergi ke pulau itu." Rani berjalan meninggalkan Damar menuju ke 6 orang yang sedang menunggunya berbicara dengan Damar.

"Ada masalah ?" Tanya laki laki gondrong yang bermata tajam dan berparas tampan itu bertanya.

"Ah, tidak, ini biasa hanya perdebatan kecil." Sambar Damar.

"Gimana, jadi gabung sama kita kan ?"

"Ya, kita berdua ikut gabung bersama kalian." Jawab Damar.

"Oh iya, nama ku Surya, itu pacarku Feby, dan di sebelahnya teman sekantor ku namanya Bonar." Tunjuk pria gondrong bernama Surya itu pada seorang laki laki dan perempuan yang sedang duduk di kursi kayu dekat mereka.

"Aku Damar, dan ini tunangan ku Rani." Ucap damar memperkenalkan dirinya dan juga Rani.

"Lalu tiga orang itu ?" Tanya Rani.

"Oh itu, yang agak tua namanya Herman, sebelahnya itu asistennya dia namanya Jaka, sedangkan yang berdiri itu Ali temannya Herman, mereka akan menjadi tiket bagi kita," Surya tersenyum miring.

"Maksudnya ?" Tanya Damar dan Rani bersamaan.

"Ish,,, apa harus sekompak itu ?" Cengir Surya, membuat Damar dan Rani merona karena malu.

"Ternyata mereka punya undangan masuk pulau, kita bisa ikut masuk bersama rombongan mereka, jadi tak perlu lewat jalan tikus, kecuali kalau kita di tolak untuk masuk, kita tetap rencana semula lewat jalan lain." Jelas Surya panjang lebar.

Damar dan Rani mengangguk tanda mengerti apa yang di sampaikan Surya pada mereka.

Cahaya Mentari sudah meremang di ufuk barat, menghilang di garis cakrawala, langit yang tadinya berwarna biru cerah kini berubah warna menjadi merah abu kehitaman.

Seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka,

"Apa sudah siap semuanya ?" Tanya laki laki itu.

"Kami sudah siap." Jawab Bonar yang berperawakan tinggi besar sangar itu berdiri.

Damar menoleh ke arah Surya seraya bertanya, "Siapa?"

"Itu nakhoda yang akan membawa kapal yang kita sewa untuk menyebrang ke pulau sana." Jawab Surya.

Mulut Damar terbuka membentuk huruf O, sambil mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti.

Sebuah kapal kecil, atau lebih tepat di sebut perahu mesin sudah menanti mereka, kendaraan itu yang akan membawa delapan orang itu menyebrang menuju pulau misterius di tengah lautan sana.

Mereka menaiki perahu itu satu persatu, sang nakhoda membuka tong yang ada di atas lambung perahu, dia membagikan pelampung pada semua penumpang, tak lupa dia memakainya juga.

Raungan mesin perahu mulai terdengar, suaranya bak musik di laut lepas, ombak senja itu seakan malas mengayun perahu yang mereka tumpangi.

Sejauh mata memandang hanya terlihat lautan lepas yang mengapungkan pulau kecil di atasnya.

Sang nakhoda duduk di ujung perahu memegang kendali laju perahunya sambil menatap laut dalam.

"Apa tujuan kalian datang ke pulau itu ?" Tanya febi menatap ke arah Rani, dia sepertinya kesal karena beberapa kali mendapati Surya mencuri curi pandang pada gadis mungil itu.

"Ah, aku hanya ingin bertualang saja dengan kekasih ku, mencari suasana baru." Jawab Rani santai, dia menyadari kalau sepertinya Febi kurang menyukainya, terlihat dari tatapannya yang tidak bersahabat padanya, entah kenapa dan Rani tak peduli juga tak ingin tau.

"Kenapa memilih pulau itu untuk bertualang, bukannya banyak pulau lain ?" Tanya Herman tiba tiba tergelitik untuk membuka suaranya.

"Memangnya kenapa ?" Tanya balik Rani.

"Pulau itu di miliki oleh perorangan, sehingga memiliki protokoler tersendiri untuk masuk dan bermain main disana, tidak sebebas pulau yang di kelola masayarakat." Jawab Herman menerangkan.

"Lalu, ada kepentingan apa anda mengunjungi pulau itu ?" Tanya Feby ikut bersuara.

"Oh, aku hanya ada sedikit urusan di sana," Jawab lelaki tua itu tersenyum penuh arti.

"Anda sudah sering kesana ?" Tanya Surya ingin tahu.

"Tidak, ini pertama kalinya aku kesini."

"Tentang surat ijin atau surat undangan khusus yang orang orang bicarakan itu, bukan kah anda memilikinya, Anda mendapatkannya dari mana ?" Tanya Bonar seolah sedang meng interogasi seseorang.

"Ah, surat ijin, ya,,, aku punya, dan tentang dari mana atau dari siapanya itu rahasia." Herman tersenyum penuh misteri.

"Ish, kau seperti polisi yang sedang mengintrogasi maling saja !" Cebik Jaka merasa tak senang bosnya di tanya tanya seperti itu oleh Bonar.

"Aku hanya ingin tau saja, karena sepertinya pulau itu terlalu misterius." Elak Bonar.

"Nanti kau akan tau, semisterius apa pulau itu." Ucap Jaka tersenyum miring.

"Jaka !" Pekik Herman memperingati asisten pribadinya itu untuk diam.

"Ya, tuan." Jaka terdiam dan menunduk ketakutan.

Terpopuler

Comments

NaMika

NaMika

pulau hantu🤔

2022-04-30

1

Diana Meedina Maria

Diana Meedina Maria

waaah makin seru ne..ini dia cerita novel yg tak sekedar hanya bercerita tp ada misteri'y buat hati kebat kebit penasaran & tampak'y akan sucsess buat sport jantung ..keren kau Author👍👍

2022-03-05

8

Alitha Fransisca

Alitha Fransisca

Semangat

2021-11-20

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!