Paman Jaya Kusuma

"aku mencari kedua orang ini," Wanita itu menunjukkan sebuah foto yang ada di penyimpanan galery ponselnya pada laki laki muda itu.

Sedangkan Damar hanya diam saja memperhatikan gerak gerik wanita itu.

"Oh, pasangan pengantin baru itu ? Sepertinya kemarin mereka meminta di antarkan untuk melihat lihat Pulau itu, besok sore mungkin mereka sudah kembali kesini." Tunjuk pria muda itu ke arah sebuah pulau kecil yang letaknya seperti di tengah tengah laut,  kalau di lihat dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Cih,, pengantin baru ! Baiklah, aku akan membuka satu kamar di sini, aku akan memberikan kejutan untuk sepasang pengantin baru itu besok." Decih wanita itu sambil tersenyum iblis.

"Apa anda berdua ingin membuka kamar spesial untuk pengantin baru juga? Kebetulan masih ada satu kamar kosong yang tersisa." Tanya pria muda yang sepertinnya petugas penginapan itu melirik ke arah Damar yang semenjak tadi hanay diam saja sambil memandangi wanita itu.

"Oh, tidak,,, tidak,, dia datang sendiri dan kami bukan pasangan." Damar menggoyang goyangkan kedua telapak tangannya ke kanan dan ke kiri di depan dadanya.

"Aku ambil kamar yang biasa saja, paling juga hanya aku pakai untuk menyimpan ranselku dan meluruskan tubuhku saja sampai besok." Ujar wanita itu tampak lelah.

Selang berapa lama, setelah petugas penginapan tadi menyelesaikan tugasnya mengantarkan wanita itu menuju kamarnya, dia lantas menghampiri Damar yang masih asik memandangi lautan dari teras penginapan itu.

"Hanya tersisa tiga kamar saja yang kosong malam ini tuan, kalau anda mau menginap, ayo saya antarkan ke kamar sebelum kamarnya penuh." Ajak pria yang di dada sebelah kanannya tersemat sebuah name tag bertuliskan Agus Hermawan itu.

"Saya sedang mencari paman saya, namanya Jaya Kusuma, apa anda mengenalnya?" Damar menoleh ke arah petugas bernama Agus yang berdiri di hadapannya itu.

Agus mengernyitkan dahinya,

"Paman ? Memang anda siapanya Jaya Kusuma ?" Pria muda itu menatap Damar dari atas ke bawah, menatap lekat wajah yang sepertinya tak asing di ingatannya.

"Aku Damar Abdi kusuma, keponakannya dari Jawa." Damar mengulurkan tangannya memperkenalkan diri,

"Damar ? Anaknya Prabu kusuma ? Kakak ayah ku?" Pekik laki laki itu berteriak histeris dan menerima uluran tangan Damar, lalu menjabatnya dengan erat.

"Jadi kamu anak nya paman Jaya ?" Ujar Damar sumringah.

Selama ini seingat Damar, dia hanya pernah satu kali di ajak Prabu ke kampung halamannya ini, itu pun saat usia Damar masih sangat kecil, tak ada yang dia ingat sama sekali tentang Desa ini.

Prabu juga hanya bercerita mempunyai satu orang adik bernama Jaya Kusuma  yang tinggal di kampung halamannya tanpa pernah memperkenalkan pada Damar, atau bahkan hanya sekedar memperlihatkan fotonya, entahlah,apa yang menjadi alasan bagi Prabu yang seolah menyembunyikan perihal kampung halaman dan silsilah keluarganya itu.

"Iya, aku anak pertama dari Jaya Kusuma, namaku Agus Hermawan Kusuma, aku juga mempunyai seorang adik perempuan, namanya Sari Yulia Kusuma, ayo kita ke rumah, Ayah pasti senang berjumpa dengan abang." Ajak Agus ramah.

Agus membonceng Damar dengan motornya, ternyata rumah Jaya sang paman tidak jauh letaknya dari penginapan, hanya kurang dari sepuluh menit naik motor, mereka sudah sampai di sebuah rumah kayu yang terkesan sangat etnik, pintu yang ukurannya sangat besar dan tinggi dengan ukiran yang cantik dan rapi, halaman yang luas, bersih dengan tanaman hias yang tertata rapi menambah kesan cantik dan tak bosan untuk memandangi pelataran rumah itu.

Begitu juga dengan suasananya yang sepi namun tak terkesan horor, sebaliknya justru rasanya begitu damai saat berada di tempat itu, meski tak banyak rumah berdiri di daerah itu, bangunan di dekat sana masih bisa di hitung dengan jari.

Waktu di pergelangan tangan Damar menunjukkan pukul 7 tiga puluh malam, saat Damar mulai memasuki rumah itu setelah di persilahkan oleh Agus sebelumnya,

Seorang Pri yang sudah lumayan cukup berumur muncul dari balik gawangan pintu yang hanya di sekat oleh tirai kain tenun etnik.

"Damar Abdi Kusuma, paman sudah lama menantikan kedatangan mu kesini." Sapa pria berumur sekitar lima puluhan lebih itu memeluk erat Damar, wajahnya sekilas mirip dengan almarhum Prabu, Bapaknya.

"Iya paman, maaf bila saya baru bisa berkunjung kesini, itu pun karena saya tidak sengaja menemukan surat wasiat yang di tulis bapak tentang penginapan Lembayung." Damar membalas pelukan erat pamannya.

"Aku memang mengiriminya surat dan menceritakan tentang keadaan penginapan yang bermasalah beberapa  ulan sebelum bapak mu meninggal dunia, namun sepertinya hal itu mengganggu pikiran dan kesehatannya, paman menyesal memberi tahu itu pada bapak mu, apalagi saat Kak Prabu tiada, paman tak bisa hadir di pemakamannya." Sorot mata Jaya meredup seakan menyimpan kesedihan dan penyesalan yang begitu mendalam.

"Masalah apa yang sebenarnya terjadi di penginapan, paman ?" Tanya Damar penuh penasaran tentang apa yang sebenarnya Jaya ceritakan pada Bapaknya di surat sebelum bapaknya meninggal dunia.

"Panjang ceritanya, nak. Lebih baik kamu istirahat dulu, kamu pasti lelah setelah melewati perjalanan yang sangat panjang untuk sampai kesini.

Seorang gadis manis membawa nampan dengan tiga buah cangkir di atasnya yang berisi teh hangat.

"Ini adik ku Sari, yang tadi aku ceritakan bang, dia baru lulus SMU tahun ini." Agus memperkenalkan adiknya yang terlihat malu malu dan mencuri curi pandang ke arah Damar yang juga sedang memperhatikannya.

"Gak usah di liatin terus Sar, Damar itu memang ganteng, mirip mirip sama aku lah gantengnya, tapi kamu gak bisa naksir dia, karena dia kakak sepupumu." Goda Agus yang membuat adiknya merona karena malu.

"Ih, bang Agus ini ada ada saja, orang cuma liatin masa gak boleh, sesekali mau liat yang bening boleh lah, bosen liat muka abang yang burek itu tiap hari." Sari menjulurkan lidahnya ke arah Agus,

Sang kakak yang bertubuh lumayan gempal itu pun tertawa melihat kelakuan adik kesayangannya itu.

Setelah makan malam bersama dan bersih bersih diri, Damar beristirahat di kamar yang sudah di sediakan.

Oh iya, istrinya Pak Jaya sudah lama meninggal dunia, jadi di rumah itu mereka hanya tinggal bertiga saja, Pak Jaya, Agus dan Sari.

***

Pagi hari Damar di bangunkan oleh suara debur ombak yang sayup sayup terdengar, cuaca sangat cerah pagi tu, Damar memutuskan untuk ikut Agus ke penginapan melihat lihat suasana penginapan dan berkenalan dengan para karyawan disana.

"Penginapan ini semuanya ada dua puluh lima kamar, dan pegawainya ada dua belas orang termasuk ayah dan aku." Terang Agus membawa Damar berkeliling penginapan menjelaskan satu persatu ruangan di sana dan juga memperkenalkan para karyawan penginapan itu satu persatu.

Penginapan yang jauh dari kota, tidak begitu mewah, tapi setiap harinya tak pernah sepi pengunjung, bahkan hari hari biasa saja kamar selalu full.

"Tamu tamu penginapan di sini rata rata berasal dari mana ?" Tanya Damar penasaran.

"mereka berasal dari jauh semua, ada yang dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, bahkan paling banyak dari Jakarta." Jawab Agus.

"Mereka berlibur ?" Sambung Damar.

"Mereka biasanya hanya hanya sekedar transit di sini, sehari atau dua hari saja." Terang Agus.

"Transit ? Memangnya, kemana tujuan mereka sebenarnya ?"Heran Damar.

"Itu, pulau kecil di tengah laut itu." Agus menunjukan jarinya ke arah sebuah pulau di tengah laut.

"Apa yang mereka cari disana?" Damar semakin penasaran.

"Entahlah, hanya sekedar menikmati alam, mungkin." Jawab Agus mengangkat kedua bahunya.

"Memangnya kamu tak pernah kesana ?" Selidik Damar.

"Kalau sekedar mengantar tamu ke sana sampai mereka turun dari kapal saja sering, tapi kalau masuk kesana belum pernah, karena ada larangan keras bagi kami para penduduk asli disini untuk masuk ke Pulau bayangan." Ujar Agus.

Damar hanya mengangguk anggukan kepala tanda mengerti, padahal dirinya di penuhi rasa penasaran yang sangat besar tentang pulau itu, apa yang sebenarnya orang orang cari di pulau kecil tengah laut lepas itu.

Kini mencari tau tentang Pulau itu lebih menarik bagi Damar dari pada mencari tahu tentang sejarah penginapan milik ayahnya yang seakan di sembunyikan nya selama ini.

Di sekitar tepi pantai berdiri beberapa penginapan serupa, mungkin ada sekitar sepuluh penginapan berdiri di sekitar sana, dan anehnya lagi penginapan penginapan lainnya pun terlihat sama sibuknya karena banyaknya tamu yang datang,  seperti di penginapan Lembayung milik Prabu yang sudah di alih namakan menjadi miliknya.

Ada lagi hal yang lebih mengusik penasaran hati Damar, yaitu mereka para tamu yang datang rata rata laki laki ber usia dewasa sampai setengah tua, tapi mereka jarang yang terlihat datang membawa keluarganya seperti istri atau  anaknya.

Kebanyakan mereka yang datang biasanya rombongan yang terdiri dari beberapa orang laki laki dewasa, ada juga terlihat di antara mereka yang membawa wanita, tapi dari sekian banyak tamu pria yang datang, paling hanya terdapat empat sampai lima orang saja tamu wanita, itu pun rata rata perempuan muda semua.

*Jangan lupa di like dulu kakak....

salam kenal dan terimakasih sudah mampir...

Semoga kakak semuanya sukses selalu...*

Terpopuler

Comments

Retno Anggiri Milagros Excellent

Retno Anggiri Milagros Excellent

Yah.. ceritanya membuat penasaran

2023-12-01

2

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

pasti ada pesugihan di ntu pulau

2023-06-16

1

Jeng Anna

Jeng Anna

Jawa beda sama Yogyes loh bebbb

2023-01-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!