Mata mereka saling beradu pandang. Warna merah merona seketika membias di pipi Azlina, pikiran sadarnya masih menerka apa yang sedang terjadi. Namun, pergerakan seseorang di depannya yang kini duduk di tepian brankar di mana dirinya tengah berbaring di atasnya, membuat gadis itu segera memalingkan muka, malu.
"Oh, aku tidak sengaja lewat dan melihatmu hampir jatuh. Aku membawamu ke sini," ucapnya dengan mengambil kompres yang berada di kening Azlina.
Pria itu tampak menawan dengan otot kekarnya yang terekspose sempurna lantaran hanya mengenakan pakaian olahraga kutung khas anak basket. Wajah Azlina bertambah merah seketika, degup jantungnya pun turut berdetak lebih cepat.
Apakah ini sebuah mukjizat?
Dia tanpa berusaha atau mendekatkan diri justru bisa berbicara berdua dengan sosok itu. Sosok populer yang digandrungi siswi-siswi di sekolahnya. Pria yang dimaksudkan oleh Azlina adalah Elang Atmadja, kapten tim basket sekolah.
"Maaf merepotkanmu. Emm, apakah kau membawaku ke sini sendirian?" Wajah Azlina kian memerah ketika menanyakan itu. Jika benar Elang yang membawa dia seorang diri, pasti cowok itu menggendongnya, kan?
Dia memosisikan dirinya dengan duduk bersandar bantal yang diletakkan di punggung, jemarinya saling bertaut gugup.
"Tidak, tadi rame-rame bawa kamu ke sini. Sekarang bagaiman kondisimu? Aku dengar kamu sedang dihukum Pak Bambang, ya?" tanya Elang kepada Azlina.
"Hemm, memalukan sekali, ya?" Gadis itu menjawab sembari menyembunyikan roba malu di wajahnya.
"Tidak juga. Kamu hebat bisa berdiri seharian di sana. Kalau aku sudah kabur saat Pak Bambang tak melihatku."
"Kamu pernah melakukannya?"
"Yaa, dan itu mengasyikkan. Lain kali coba lakukan sedikit keusilan ketika menjalani hukuman dari Pak Bambang."
Ide sesat yang tak patut ditiru.
Azlina tampak menggelengkan kepalanya. "Enggak. Aku enggak mau dihukum lagi."
"Iya, sebaiknya begitu. Jangan membuat masalah dengannya." Elang bangkit dari duduknya, lalu menatap ke arah Azlina. "Emm, kamu datang, kan, ke acaraku," tanyanya kemudian.
"Eh!"
"Aku harap kau bisa datang. Aku menunggumu." Setelah perkataan itu selesai terucap, Elang pergi begitu saja meninggalkan Azlina sendiri.
Azlina mengusap wajahnya, senyum di bibir tak bisa ditutup-tutupi lagi. Dia benar-benar menyukai Elang. Dan apa itu tadi? Dia bilang menunggu kedatangan Azlina di pestannya?
"Aaaaahhhh!" Azlina berteriak kegirangan. Dia bisa pamer kepada teman-temannya masalah ini. Ternyata hukuman dari Pak Bambang sangat berguna demi kelangsungan hatinya.
"Thanks, Pak Bambang."
...***...
Jam pelajaran telah usai, diakhiri dengan bel panjang yang berbunyi nyaring. Semua siswa berhamburan keluar kelas untuk segera menyambut jam pulang sekolah.
Alvaro sudah menunggu di dalam mobil yang diparkirkan di seberang jalan di depan sekolah Azlina. Pandangannya menyapu ke segala penjuru, mencari sosok calon istri kecilnya itu.
Hampir separuh siswa sudah keluar dari sekolah dengan kendaraan pribadi masing-masing, tetapi Azlina tak muncul juga.
Alvaro tampak mendesah kasar, sudah mulai kesal karena letih memindai satu per satu siswi yang keluar dari sekolah itu.
Hingga ketika dia ingin turun dari mobil, sosok yang ingin dia temui terlihat baru keluar dengan teman perempuannya. Azlina tampak berbincang hal seru dengan beberapa kali tertawa sambil berjalan beriringan dengan teman wanitanya.
Melihat yang dinanti telah menampakkan diri, Alvaro segera turum dari mobil, menyeberang jalan untuk menemui Azlina. Kedatangan Alvaro yang tiba-tiba itu cukup membuat Azlina syok.
Bagaimana tidak, saat ini banyak teman-temannya yang sedang menunggu jemputan atau sekadar mengobrol di depan sekolah. Gadis itu memberi isyarat mata agar Alvaro tidak perlu mendatanginya, tetapi seolah semua usahanya sia-sia.
"Kau lama sekali, aku sudah menunggumu dari tadi." Alvaro tanpa memahami kode mata dari Azlina, menarik tangan Azlina, mengabaikan Lulu yang masih berbicara dengan gadis itu.
"Siapa, Na?" Lulu tiba-tiba menyela, menatap heran ke arah Alvaro dan Azlina secara bergantian. Azlina segera melepas cengkeraman tangan Alvaro di lengannya, laku menoleh ke arah Lulu.
"Ah, dia ... emm, kakak sepupuku," ucap Azlina sedikit ragu.
"Kakak sepupu? Bukannya kamu enggak punya ...." Belum sempat lulu menyelesaikan perkataannya, Azlina segera menyela.
"Aku pulang dulu, ya, Lu. Makasih atas bantuannya tadi."
Tanpa menunggu basa-basi, Alvaro menarik tangan Azlina agar segera mengikuti dirinya.
"Ayo, Lamban!"
Azlina hanya bisa mengerucutkan bibir kesal ketika mendengar panggilan Alvaro kepadanya.
Benar-benar pria tua yang tidak romantis. Pantas saja usia sudah hampir uzur masih betah menjomlo.
Mereka menyeberang jalan, lalu bergegas masuk ke dalam mobil.
"Kenapa jemput ke sekolah, sih, Kak? Enggak usah sok romantis, deh!" Azlina mencebik kesal, bersedekap dada seraya menyandarkan punggungnya.
"Eh, siapa yang sok romantis?" Alvaro menyalakan mesin mobilnya, lalu melajukan mobil itu meninggalkan area sekolah. "Dah, jangan cerewet. Ini permintaan Mama."
》》
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Bzaa
varo varo awalnya di suruh mamah lama2 jdi alasan baku😁
2023-04-12
0
Regina
nungguin lu gede mangkanya jomblo
2022-02-19
0
azra
seneng ny dtolongin pujaan hti
2021-11-21
0