Pengantin Kecil Alvaro
Azlina membuka mata tatkala suara bising di luar kamar terdengar mengusik tidur lelapnya. Dia mengerjapkan mata beberapa kali untuk mengais kesadaran yang sebelumnya menghilang. Namun, dia terkesiap setelah menyadari sesuatu aneh yang berada di depan matanya.
Seorang pria terlihat tidur terlelap dengan posisi memeluknya. Azlina meneguk ludah, memikirkan apa yang telah terjadi. Pakaiannya masih utuh, tetapi pria itu justru bertelanjang dada. Seketika pikiran buruk menyerang ke kepala Azlina.
"Aaaargggh!" Dia berteriak kencang seraya mendorong dada lelaki yang telah memeluknya. Lelaki itu terkejut, lalu membelalakkan mata lantaran tercengang dengan sosok gadis yang berada satu ranjang dengannya.
Bagaimana bisa?
Belum sempat pikiran sadarnya menyimpulkan serta mengumpulkan informasi, beberapa orang menerobos masuk ke dalam ruangan itu.
"Azlina!" teriak seorang laki-laki berperawakan tinggi besar dengan sorot mata menikam tajam yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.
Azlina ternganga, tak sanggup mengatakan apa-apa. Dia sendiri bingung dengan apa yang terjadi, pun lelaki yang masih duduk mematung berselimut dengan selimut yang sama. Pria itu juga tampak tak mengerti apa-apa.
"Anak tidak tahu diri!" Seorang pria paruh baya datang tergopoh-gopoh ke arah ranjang, lalu menempeleng pria yang meniduri Azlina.
"Papa, ini tidak seperti yang Papa pikirkan!" Pria itu mencoba menjelaskan, tetapi tidak tahu harus menjelaskan apa.
"Lalu seperti apa, hah?! Papa tidak mau tahu, sekarang nikahi dia!"
"Apa? Menikah!" teriak pria itu dan Azlina secara bersamaan.
...***...
Pagi itu di sebuah rumah mewah dan besar bertuliskan nomor 13-15 C yang terpasang di depan gerbang.
"Alvaro ...!" Suara teriakan itu terdengar berulang-ulang, diiringi suara gedoran di pintu kamar yang sedang dikunci dari dalam.
Lelaki itu buru-buru mencari tambang untuk diikatkan di pagar terali balkon kamarnya yang ada di lantai tiga.
Gedoran itu kian nyaring dan tak sabar, menuntut untuk segera dibukakan. Namun, si pemilik kamar sepertinya enggan menuruti.
"Alvaro, buka!"
Tiada suara yang menjawab perintah itu, membuat laki-laki yang sudah mengenakan pakaian rapi dengan rambut memutih sebagian itu kesal.
"Alvaro, jangan main-main! Kau sudah ditunggu oleh keluarga Liora!"
Suara itu terdengar semakin keras, sesuai dengan bunyi gedoran di pintu yang makin menggebu.
Sementara lelaki yang saat ini dipanggil itu tampak mengikat tubuhnya dengan tambang, berusaha turun dari kamarnya menggunakan tambang itu. Kepiawaiannya dalam melakukan atraksi ketika di sekolah dulu membuatnya mudah jika hanya turun dari lantai tiga rumahnya.
Hanya butuh beberapa menit saja lelaki yang dipanggil dengan nama Alvaro itu berhasil mendarat sempurna di atas kerikil-kerikil kecil taman belakang rumah. Susah payah dia membuka tambang tersebut dari tubuhnya. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri memantau keadaan. Setelah dirasa tiada yang mengawasi, dia berlari menuju gerbang.
"Pak, buka pintunya!" teriak Alvaro kepada security di rumahnya.
"Mau ke mana, Tuan? Bukannya Tuan ada acara hari ini bersama Tuan besar?" Tak memedulikan pertanyaan Alvaro, Pak Security itu justru bertanya balik.
"Sudah, Pak, buka buruan!" Alvaro berkata dengan terburu-buru sembari menoleh ke belakang, takut jika pria paruh baya itu menemukan dirinya.
Gerbang itu pun akhirnya dibuka dengan lebar, mempersilakan Alvaro untuk keluar dari rumah besar tersebut. Buru-buru lelaki itu berlari, lalu merangsek keluar tak memedulikan tatapan aneh Pak Security rumahnya.
Rumah besar Alvaro berada di dekat jalan raya, bukan di komplek perumahan elite, melainkan tepat di jalan raya umum yang mana kanan dan kirinya telah dibangun pertokoan dan tempat usaha. Hanya rumah Alvarolah yang dibangun sebagai rumah pribadi dengan luas tanah dua hektar di dekat jalan raya, sementara tetangganya menggunakan tanah itu sebagai tempat usaha.
Sesaat Alvaro mencari taksi, tetapi tidak juga menjumpainya. Kepalang tanggung, takut jika dirinya ketahuan papanya, dia segera menghadang seorang gadis berseragam pramuka yang sedang mengendarai motor matic dan kebetulan melintas di depannya.
Cit!
Motor itu berhenti secara paksa, dengan disambut wajah kesal si pemiliknya.
"Om, sudah gila apa?!" teriak gadis itu seraya membuka kaca helm yang menutupi wajah.
Tanpa tahu malu, lelaki itu mencabut kunci motor dan menyembunyikannya di saku celana.
"Hei, Om. Mau diapakan motor saya? Om maling motor?"
"Dasar! Aku ini orang kaya, mana mau sama motor buntut seperti ini. Sudah mundur sana! Aku mau ke suatu tempat!" teriak Alvaro tak mau kalah.
"Tidak, tidak! Enak saja! Om katanya orang kaya. Cari taksi sana! Masak orang kaya mau nebeng anak sekolahan?"
Mengabaikan perkataan gadis tersebut, Alvaro menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia mulai panik, takut jika papanya bisa menemukan dirinya masih di depan rumah.
"Cerewet kau, ya. Mundur!"
"Hai, Om!" Tak ayal, gadis itu mundur juga, dengan Alvaro sudah duduk di depannya. Dia memukul-mukul punggung Alvaro, tetapi tampaknya lelaki itu tidak peka dan tetap menyita motor matic miliknya.
Alvaro segera menyalakan motor matic itu, lalu bergegas meninggalkan rumah besarnya.
"Om, saya mau dibawa ke mana?" Om pedofil, ya? Aku teriak ini?" Gadis itu masih mengoceh. Dia akan mengikuti ekstra kulikuler pramuka di sekolah, tetapi malah bertemu dengan pria dewasa yang tampaknya agak gila itu.
"Bisa diam, tidak! Kalau kau tidak diam, aku bisa memerkosamu di sini!" Alvaro terpaksa mengatakan hal itu, berniat membungkam mulut gadis itu dengan sebuah ancaman.
"Tuh, kan! Om ternyata penjahat! Dasar sudah tua tidak tahu diri!"
"Hei, diam!" Alvaro meninggikan suaranya, lalu menaikkan kecepatan motor itu, membuat gadis di belakangnya segera mengecangkan pegangan di pinggang Alvaro. Antara takut jatuh dan kesal, tetap saja gadis itu masih sayang nyawanya.
"Om! Jangan macam-macam sama saya. Kakak ipar saya orangnya galak. Om bisa saja dimasukkan ke penjara."
Alvaro tidak peduli, dia masih saja mengendarai motor itu dengan cepat sembari berpikir akan kabur ke mana dia.
Ya, hotel! Dia akan ke hotel.
Senyum itu terbit di bibir Alvaro, mengabaikan teriakan-teriakan gadis di belakangnya itu. Dia memacu cepat motornya, menerobos jalan raya yang tampak lebih lenggang lantaran hari ini hari Minggu. Sampai ketika sebuah hotel berbintang telah berada di depan mata, Alvaro segera membelokkan motor itu untuk memasuki area hotel.
Gadis berseragam itu terkejut, ketika menyadari ke mana Alvaro membawanya pergi. Dia bergidik ngeri membayangkan akan hal yang mungkin akan terjadi.
Tidak, dia sedang dalam bahaya.
Sinyal alarm di kepalanya berbunyi, menandakan hal darurat yang mungkin akan terjadi. Dia kembali memukul punggung Alvaro dengan tangannya berkali-kali.
"Om Mesum, turunkan saya! Dasar mesum! Om mau cabul, kan, sama saya!"
"Dasar cerewet! Ini juga mau turun!"
Alvaro memarkirkan motornya di parkiran khusus roda dua. Sebelum gadis itu mengambil alih kunci motornya, Alvaro segera mengambil kunci itu terlebih dulu.
"Om, bukannya sudah sampai? Saya harus pergi. Kembalikan kunci motor saya!"
"Iya, bawel. Ikut aku! Setelah aku mendapatkan kamar, kau boleh membawa motor buntut itu pergi."
Tidak ada pilihan lain selain menuruti. Gadis itu dengan wajah cemberut melepaskan helmnya, lalu berjalan di belakang Alvaro, menuruti ke mana lelaki itu pergi. "Jangan macam-macam, ya, Om! Saya bisa lapor ke polisi jika Om hanya menjebak saya," ancam gadis itu kepada Alvaro.
"Cih, enggak bakal. Gak selera aku sama kamu!"
Mereka berjalan dengan Alvaro mendahului. Tepat ketika Alvaro sudah memasuki area lobby dan disambut oleh petugas, dia terkesiap saat melihat keluarga Liora telah datang ke hotel yang sama.
Sial! Alvaro terlupa mencari informasi di mana keluarganya akan bertemu dengan keluarga Liora.
Seketika Alvaro menarik tangan gadis SMA itu, mengajaknya bersembunyi. Dia membawa gadis itu di sisi dinding yang tak terlihat dari lobby, menghindari pertemuannya dengan keluarga Liora.
Alvaro memerangkap tubuh mungil gadis itu, di antara tubuhnya dengan dinding berlapis keramik corak dengan dominasi warna putih. Gadis itu membulatkan matanya, hendak memberontak dengan sikap Alvaro yang semena-mena. Namun, sebelum gadis itu berteriak, Alvaro sudah membungkam mulutnya dengan tangan. "Diam, aku akan melepaskanmu setelah ini!"
Gadis itu diam, menurut. Tidak ingin terjadi apa-apa dengan dirinya, dia memilih menuruti permainan lelaki gila di depannya itu. Dia bisa melihat lelaki itu tampak tegang dengan menatap ke arah lobby, seolah-olah ada suatu hal yang ingin dihindari. Akan tetapi, tepat di saat Alvaro beralih menatap ke arahnya, sebuah suara keras mengagetkan mereka.
"Azlina, apa yang kau lakukan di sini!"
Gadis itu segera mendorong tubuh Alvaro sekuat tenaga. Wajahnya pasi dengan bibir bergetar ketakutan.
Alvaro ikut mengalihkan perhatiannya ke arah lelaki yang telah memanggil gadis itu. Dia menelan ludah, tak menyangka jika dunia sesempit itu. Seseorang yang ingin dia hindari justru sekarang berada di depannya sedang memergokinya memerangkap seorang gadis yang masih sekolah.
"Om Sean!" Gadis itu berucap lirih.
Seketika Alvaro ternganga, mendengar sebutan gadis itu kepada sosok lelaki di depannya. Lelaki yang dimaksudkan itu adalah Sean Paderson, seorang pengusaha berdarah Kanada yang merupakan rekan bisnis ayahnya, juga suami wanita yang pernah disukai oleh Alvaro.
"Kau mengenalnya?" tanya Alvaro terkejut.
"Tentu saja. Dia adik iparku, Azlina. Katakan kepadaku, apa yang kalian lakukan di hotel seperti ini!" Lelaki dengan panggilan Sean itu menyela, menginterupsi perkataan Alvaro. Wajahnya tampak berang, merah padam menahan marah, menatap secara bergantian antara Alvaro dan Azlina.
...***...
Hai-hai, apa kabar?
Semoga dalam keadaan sehat serta selalu dalam lindunganNya.
Ketemu lagi dengan karya Author yang ke-5. Semoga tidak pada bosen baca corat-coret Author yang penuh akan typo dan kehaluan. Selamat membaca, semoga betah! 🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Sunarsi Sun
eh kakak ktmu lgi aq dh kangen sama ansk2nya sean
2023-04-14
1
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
aku hadir Thor kecanduan karyamu🤗
2023-04-12
0
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
aku sampai buka profil nya author mau lanjut baca cerita yang lain,mulai ngefans author yang satu ini karyanya keren" 😘
2023-04-12
1