"Eh, Om ..., emm, maksud saya, Kak." Azlina meralat panggilannya.
"Enggak perlu pake bahasa formal. Biasa aja."
Azlina mengangguk, mengiakan perkataan Alvaro.
"Ehmm, emangnya Kakak sudah punya pacar?"
"Bukan pacar, hanya calon pacar. Jika dia tahu masalah pernikahan ini, alamat gagal kan buat dapetin dia."
Azlina hanya mengangguk-angguk saja menanggapi. Matanya kemudian menatap ke luar jendela mobil di mana menunjukkan pemandangan pepohonan yang rimbun. Dia hanya berpikir jika pernikahan yang akan dijalaninya ini bukanlah pernikahan sesungguhnya sehingga dia tak perlu terlalu memikirkannya. Akan tetapi, keduanya terlupa jika pernikahan yang mereka anggap sebuah kesepakatan itu akan menjadi titik awal perubahan keduanya.
... ***...
"Hai, Na. Kamu ke mana kemarin. Aku hubung-hubungin henpon kamu enggak aktif?" Lulu berjalan mengiringi Azlina yang baru turun dari mobil Ahsan dan langsung masuk melalui pintu gerbang sekolah. Dia sedikit mempercepat langkahnya agar segera menyusul langkah Azlina.
"Ah, aku lupa men-charge-nya. Gimana kemarin, ada PR enggak?" Azlina sampai terlupa menanyakan PR karena membolos sehari.
"Makanya itu. Aku mau ngasih tahu kamu kalau kemarin Pak Bambang ngasih banyak tugas untuk dikumpulkan hari ini."
"A-apa? Sial! Kenapa kamu enggak bilang, sih! Aduh, keburu enggak, ya?" Azlina melebarkan langkahnya. Pak Bambang adalah guru mata pelajaran akuntansi yang kebetulan hari ini berada di jam pelajaran pertama dan akan dimulai sepuluh menit lagi. Dia terkenal sebagai guru *killer*, tidak pandang bulu dalam menghukum siswa yang tidak mau mengerjakan tugas. Tiada alasan yang bisa termaafkan oleh Pak Bambang, meski sakit sekalipun.
Azlina semakin mempercepat langkahnya agar segera sampai ke kelas. Tiada waktu lagi untuk bersantai, dia harus segera menyalin pekerjaan teman-temannya agar tidak mendapatkan hukuman dari Pak Bambang. Sudah tidak penting lagi rasa malu menyontek pekerjaan rumah anak lain. Bagi Azlina, yang terpenting adalah terhindar dari hukuman Pak Bambang, sedangkan prinsip yang lain bisa diabaikan menjadi nomor ke sekian.
"Buruan, Lu. Keluarin bukunya!" ucap Azlina tampak tak sabar segera menyalin hasil pekerjaan Lulu.
"Ya, ya, sabar. Ini juga mau dikeluarin." Lulu mengeluarkan buku akuntansi itu, lalu memberikannya kepada Azlina. Namun, sebelum gadis itu sempat menyalin hasil pekerjaan rumah Lulu, Airin sang sekretaris kelas berteriak memberi informasi.
"Pemgumuman, euy! PR-nya Pak Bambang dikumpulin sekarang. Buruan!"
"A-apa?" Azlina syok dengan pengumuman yang baru saja disampaikan oleh Airin. Bagaimana ini? Dia belum sempat mengerjakan apa-apa. Mengapa harus dikumpulkan sekarang, sementara jam pelajaran baru akan dimulai sepuluh menit lagi?
"Jangan ngasal, deh, Ai!" Azlina mempertahankan bukunya ketika Airin mengambilnya. Ayolah, dia belum sempat menuliskan sesuatu di buku itu.
"Perintah Pak Bambang, Na. Kamu mau ngumpulin sendiri di meja Pak Bambang?" Airin menjawab ketus tak mau kalah dengan Azlina.
Ya, pada kenyataannya meskipun Airin jauh lebih cantik dan populer di kelas, tetapi ada rasa iri di hati Airin terhadap Azlina. Gadis dengan wajah biasa itu lebih mudah menarik perhatian lawan jenis daripada dirinya. Tentu saja hal itu membuat Airin semakin kesal terhadap Azlina. Sehingga, jika ada kesempatan untuk mengerjai Azlina, dia akan melakukannya.
Seperti apa yang dilakukan pagi ini. Airin yang mengetahui jika Azlina tak mengerjakan PR dari Pak Bambang. Dia sengaja mendatangi ruang guru untuk meminta izin kepada Pak Bambang untuk mengumpulkan tugas teman-temannya lebih awal dan tentunya Pak Bambang menyetujuinya.
Buku itu pun berakhir di tangan Airin. Terdengar \*\*\*\*\*\*\* ringan dari bibir Azlina. Dia pasti akan mendapatkan masalah besar dari Pak Bambang setelah ini. Apakah dia harus izin pulang? Pura-pura sakit begitu? Oh, pasti teman-temannya tidak akan memercayai alasannya. Otaknya berpikir keras untuk mencari jalan keluar agar terhindar dari hukuman Pak Bambang. Namun, sebelun dia selesai mendapatkan jalan keluar, Pak Bambang terlihat sudah berada di depan pintu.
"Selamat pagi!"
"Pagi!" jawab anak-anak serempak.
Pak Bambang melangkah dengan tegap menuju meja guru. Azlina meringis kecil sembari menelan ludah menatap Airin yang membawa semua buku tugas siswa satu kelas untuk diletakkan di meja Pak Bambang. Luput dari perhatian Azlina, Airin menyeringai senang.
Hati Azlina semakin gusar, tatkala Pak Bambang mulai memeriksa satu per satu tugas para siswa. Oh, tidak! Sepertinya dia tidak akan selamat. Melihat eskpresi Pak Bambang berubah-ubah ketika mengoreksi tugas murid-muridnya, membuat tubuh Azlina gemetar. Dan tibalah waktu yang sejak tadi ditungguinya. Dia sudah mengira jika hal ini pasti akan terjadi.
"Azlina!" panggil Pak Bambang seraya menurunkan kacamata bulatnya sampai di ujung hidung. Bola matanya menatap tajam ke arah Azlina, membuat gadis itu hanya mempu tersenyum sambil meratapi ketidakberuntungannya.
"Saya, Pak." Dia berdiri, dengan ragu melangkahkan kaki perlahan menuju meja guru, membiarkan takdir membawanya kepada masalah yang sesungguhnya.
》Up banyak yaa... terima kasih yang udah support dg meninggalkan jejak di setiap chapternya. 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Bzaa
Airin... namany aja yg bagus ternyata
2023-04-12
0
Sunarty Narty
habis lah zi
2022-10-27
0
azra
hadeeh cantik2 julid
2021-11-21
0