“ Eumphm” lenguh Lyra, dibukanya matanya menatap langit-langit di atasnya. Kesadarannya mulai pulih, seluruh tubuhnya sungguh kedinginan. Lyra tersadar dia masih berada di dalam bath up penuh air.
“ Apa aku pingsan? ” gumamnya lalu dia berusaha bangun, kakinya terasa membeku, seluruh tubuhnya membiru dan pucat. Menyeret kakinya perlahan ia meraih handuk. Lyra keluar dari sana, dia sangat kedinginan sekarang.
Memasuki kamarnya, dia kembali merasa miris. Inilah dia sekarang seorang wanita yang direbut paksa kehormatannya, lalu di lupakan.
Dengan susah payah Lyra memakai pakaiannya, di ambilnya selimut, dan handphone nya lalu keluar dari kamar itu. Dia tidak ingin berlama-lama di sana hingga semua memori menyakitkan itu kembali lagi.
Lyra memilih tidur di sofa ruang tengah, dia meringkuk di sana. Tubuhnya kedinginan, tapi ketika dia menyentuh dahinya suhu badannya tinggi.
“ Berapa lama aku tidak sadarkan diri di kamar mandi? Ohh badanku lemas sekali”
Lyra lalu meraih handphone yang ia letakkan di meja tadi untuk memastikan pukul berapa sekarang.
“ pukul 11 malam, tu-tunggu aku pingsan mulai dari kemarin malam. Kenapa tidak sekalian mati saja.” sesalnya.
Lyra mulai mencek handphonenya di lihatnya draf panggilan, ada beberapa panggilan tak terjawab dari Tara.
“ Ya ampun Ibu!! ”
Lyra baru teringat perihal ibunya, segera dia menelpon Tara.
“ Halo Tara”
“ Halo Nona, apa Anda baik-baik saja? aku khawatir karena Nona tidak mengangkat telpon. ”
Aku tidak baik-baik saja. Sangat aku sangat sakit kali ini.
“ Hmmm maaf ya aku karena membuatmu khawatir aku baik-baik saja. Bagaimana keadaan Ibu? ”
“ Nyonya Diandra sudah kembali sadar tadi pagi Nona, sekarang kondisinya mulai membaik”
“ Benarkah? Syukurlah. Maaf karena aku tidak datang”
“ Tidak apa-apa Nona, Anda bisa datang jika memang sudah sempat”
“ Iya terima kasih”
Lyra lalu mengakhiri panggilan itu, dia sangat merindukan Ibunya, tapi dengan kondisinya saat ini. Ingin rasanya dia menjauh dari Ibunya, dia takut Diandra mengetahui semuanya.
Lama Lyra terdiam hingga akhirnya dia terlelap tidur.
* * *
Pukul 5 pagi Lyra terbangun, hari ini harusnya dia kuliah, tapi Lyra memilih untuk tidak ke kampus beberapa hari. Dia harus menata kembali mental dan pikirannya.
Tubuhnya masih lemah dan demam, tapi tidak seperti semalam. Dia membuka laci di dapur, mengambil kotak P3K dari sana dan meminum obat demam.
* * *
Lyra Pov On
Aku ingin pergi dari dunia ini, mengakhiri semua. Penderitaan. Ya semua penderitaan dari kecil aku adalah anak yang ditelantarkan oleh orang tua, hidup dibawah belas kasihan orang lain. Selalu berusaha bergerak untuk mengubah takdir hidup. Aku ingin bisa memulai dunia ku sendiri, tidak perlu mendapat belas kasihan orang lain.
Tapi yang terjadi, selalu saja penderitaan. Sekarang aku hidup dikendalikan oleh orang lain, dengan semua siksaan. Pergolakan antara perasaan dan logika.
Saat ini hatiku memerintahkan untuk menyerah. Sudah akhiri saja hidup ini. Apa gunanya kau ada? Tidak ada yang peduli.
Tapi logika pikiran berkata lain, tentu aku harus hidup, anak-anak panti membutuhkanku agar dapat hidup dengan nyaman di panti. Aku harus terus bertahan Ibuku membutuhkanku. Jangan mengakhirinya nanti bagaimana dengan semua itu.
Dan Ya aku memilih mengikuti logika ku, membuang semua perasaan untuk diriku sendiri. Jika hidup ini berat dan hancur, setidaknya masih ada satu manfaat untuk bertahan. Hidup ini.. takdir ini.. semuanya seakan kutukan bagiku. Tapi jika dengan bertahan menghadapi semuanya aku bisa menyelamatkan sesuatu yang berharga bagiku.
Aku akan memilih bertahan.
Lyra Pov End
* * *
Lyra masuk ke kamarnya, dia berusaha meredam emosinya. Diambilnya seprei yang tergeletak di lantai. Memasukkannya ke dalam kantong plastik sampah. Berlanjut membersihkan pecahan lampu dan botol-botol kosmetiknya.
Dia menyusun kembali kosmetik yang masih utuh ke meja rias. Mengganti seprei baru, hingga kamar itu kembali rapi.
Lyra melakukan semua itu, setidaknya untuk sedikit menghilangkan kenangan malam itu dan membantunya bertahan.
Setelah semuanya Lyra segera mandi, dia membersihkan tubuhnya yang berkeringat. Setelah mandi dia mengenakan kaos dan celana jeans panjang miliknya.
Lalu dia duduk di depan meja rias, dilihatnya dirinya dari pantulan kaca. Tanda-tanda merah yang terlihat di lehernya kini nampak kebiru-biruan dan tidak sebanyak kemarin.
Aku akan samarkan dengan kosmetik, pikir Lyra.
Tangannya sibuk memoles kulit lehernya yang terlihat dengan poundation lalu menambahkan tipis lapisan bedak. Hingga menyatu ke warna kulitnya yang lain, dan tanda-tanda di lehernya tak terlihat lagi.
Hari ini dia juga memakai baju turtleneck untuk menutupi lehernya walau hanya sebagian.
Setelah semua siap Lyra segera berangkat ke rumah sakit.
“ Tara” panggil Lyra begitu ia tiba di depan ruang rawat Diandra.
Tara yang duduk di kursi menoleh ke arah Lyra.
“ Nona”
“ Bagaimana keadaan Ibu? ”
“ Nyonya Diandra sedang menjalani pemeriksaan Nona mungkin sebentar lagi selesai”
“ Ohh begitu ya. Baiklah aku akan menunggu ”
Sesaat kemudian dokter dan beberapa perawat ke luar dari kamar rawat Diandra.
“ Halo dokter” sapa Lyra
“ Halo Nona apa Anda telah lama menunggu? ”
“ Tidak aku baru saja sampai, bagaimana hasil pemeriksaannya dokter”
“ Seperti yang saya sebut sebelumnya, kondisi Nyonya Diandra tidak dapat dikatakan baik. Tapi untuk saat ini mulai stabil. Kita akan melihat perkembangannya lagi Nona.” jelas dokter itu.
“ Aku bersyukur jika memang keadaan Ibu mulai stabil. Apa sekarang Ibu bisa di kunjungi? ”
“ Tentu Nona, tapi saya sarankan jangan terlalu banyak diajak bicara. Silakan Nona, sekalian saya permisi”
“ Baik dokter”
Lyra lalu masuk perlahan ke ruangan Diandra dirawat. Ketika dia membuka pintu dapat dilihatnya Diandra yang menatapnya sambil berbaring lemah di ranjang itu.
“ Ibu.. Bagaimana kabar Ibu? ” tanya Lyra lembut pada Diandra.
“ Aku baik-baik saja Lyra.. hanya sedikit lemah saja”
Bahkan saat seperti Ibu tetap saja berbohong untuk menenangkan aku.
“ Syukurlah” Lyra duduk di samping ranjang Diandra di genggamnya tangan wanita itu dan menciumnya.
Lama Lyra disana, hanya duduk diam. Dia mengikuti saran dokter untuk tidak banyak mengobrol dengan Diandra.
“ Lyra”
“ Hmmm”
“ Kau sedang ada masalah? ”
“ Ya? oh tidak, bu”
“ Kau harus memperhatikan dirimu sendiri, dan.. selalu jaga kesehatan” ujar Diandra perlahan.
“ Hmmm”
Hanya itu jawaban yang dapat Lyra keluarkan, dia menunduk sambil terus menciumi tangan Ibunya. Air matanya mulai berdatangan.
“ Kau tahu? saat pertama kali aku tiba di panti, setelah di tugaskan sebagai Ibu pengasuh kalian. Aku melihat seorang anak perempuan, dia cantik dan juga nampak polos. Sayangnya dia murung”
“ I-ibu tidak boleh banyak bicara, simpan tenaga Ibu.”
“ Dalam pikiranku saat itu, bagaimana bisa anak sekecil itu nampak sesedih itu? apa penyebabnya? ”
“ Ibu ku mohon sudahlah istirahat lah. A-aku baik-baik saja” ucap Lyra sambil menangis, dia tahu anak yang diceritakan Ibunya adalah dia sendiri.
“ Setelah beberapa waktu karena dia sangat pendiam, aku mencoba bicara dengannya perlahan. Ku tanyakan mengapa dia murung? ”
Diandra tetap meneruskan bercerita walau terkadang ia harus menarik napas dalam-dalam untuk melanjutkan ucapannya.
“ Kau tahu apa jawabannya? ”
Lyra menggeleng memberi tahu Diandra untuk berhenti dan tidak perlu mengatakan itu.
“ Ketika aku menanyakan itu, dia menatapku dengan tatapan yang dalam. Karena di dunia ini aku adalah seorang yang malang, yang membutuhkan rasa kasihan dari orang lain. Begitulah jawaban anak itu, aku terkejut saat itu. Dengan tulus aku menjelaskan padanya bahwa dia tidak hidup seperti itu. Tapi dia dengan manik matanya yang dalam mengatakan bahwa dia memang harus hidup dengan wajah murung dan menyedihkan sehingga orang-orang akan iba, karena dia anak yang ditinggalkan orang tuanya.”
Lyra hanya bisa diam dan menangis mendengar penuturan Diandra.
“ Aku banyak bertemu anak-anak yang sedih karena di tinggalkan orang tuanya, tapi aku tidak pernah melihat seseorang yang menghukum dirinya sendiri agar terus bersedih. Semenjak hari itu aku terus memperhatikannya, mengajarkannya bahwa dia tidak butuh semua itu. Tidak perlu selalu bersedih, tidak perlu berpikir kita selalu membutuhkan belas kasihan orang lain. Tapi kita memang membutuhkan bantuan orang lain, tapi tidak rasa kasihan. Jadilah kuat dan ubah hidupmu sendiri. Itu yang kukatakan padanya.”
Diandra lalu terdiam sesaat nampak dia sedang mengumpulkan tenaga.
“ Lalu perlahan senyumannya kembali. Tapi anehnya hari ini aku kembali melihat wajah murung gadis itu. Aku harus bagaimana? Kata-kata apa yang akan kuucapkan untuk mengembalikan senyumannya? ”
Lyra yang mendengar itu makin tersedu-sedu, ternyata sebesar apa pun usahanya untuk menyembunyikan perasaannya saat itu, tapi Diandra tetap dapat mengetahuinya.
“ Apakah dia akan terhibur dengan kata-kata manisku lagi? Itu yang aku pikirkan sekarang. Bagaimana menurutmu Lyra apa yang harus kulakukan? ”
“ Ibu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Tidak perlu memikirkan itu, a-aku sangat bahagia sekarang. Aku bahagia, baik-baik saja dan tidak ada masalah yang menggangguku. Kalau aku baik-baik saja untuk apa Ibu menghiburku” ujar Lyra.
“ Benar. Itulah jawabannya, untuk apa Ibu mengucapkan kata-kata manis yang terdengar seperti bualan. ”
“ Tidak, bu. Aku tidak bermaksud begitu”
“ Saat ini kau tidak membutuhkan kata-kata penghibur dari orang lain. Kau butuh penghiburan dari dirimu sendiri. Temukan semangatmu sendiri, lalu tersenyumlah lagi. Kau tahu? hidup ini pahit, takdir yang kita jalani mungkin sulit. Tapi kita terus berdiri sampai saat ini menjalaninya ”
“ Iya Ibu ” jawab Lyra air mata yang tadinya menggenang berjatuhan kembali di pipinya.
Diandra mengelus lembut kepala Lyra.
“ Ibu tahu kau bisa. Seseorang yang menjalani hidup dengan sedikit berbeda dari orang lain, tahu cara bertahan. Maka bertahanlah hingga kau temukan tujuanmu”
“ Hmmm” Lyra menganggukkan kepalanya.
Ibu memang benar. Hidup ini mungkin memang takdir yang terkutuk tapi itu justru memaksa kita terus bertahan, batin Lyra.
“ **Hidup ini sangat sederhana, tapi kami bersikeras membuatnya menjadi rumit”-Confusius
Mystorios_Writer💟**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
KINOSANN
lanjut
2021-11-20
2