David masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan sedikit kacau, entahlah dia merasa ada yang salah dengan dirinya.
Dia membuka pintu kamar, pria itu masuk ke dalam dan melihat di dalam kamarnya sudah bertambah beberapa barang. Sebuah rak buku di sisi tempat tidur yang berisi beberapa buku yang sudah di susun Diandra sebelumnya.
Pakaian Diandra sudah di susun ke dalam lemari, David melihat pakaian itu, pakaian yang terbilang jauh dari kata mewah. Mungkin wanita itu mendapatkannya dari penjual pakaian bekas yang harga terjangkau sesuai dengan pendapatan Diandra.
Dua pasang sepatu, satu sepatu flat shoes dan satu lagi sebuah sepatu sport yang biasa di pakai Dian bekerja, telapak kakinya sudah aus pertanda sudah dipakai lama.
Mata David kemudian tertuju pada tumpukan kertas di atas meja yang belum di susun oleh Diandra.
Dia mengangkat kertas kertas itu yang ternyata adlah beberapa foto yang di ambil Diandra dari kamarnya di rumah keluarga Aniston.
“Lily dan tante Kath, hmmm..... aku merindukan sosok kalian berdua, orang yang menerimaku meski saat itu jelas status sosial kita berbeda, aku merindukan sosok gadis ini, “ gumam David sambil mengusap foto foto itu.
“Tapi lily sudah bukan Lily yang dulu, dia berubah, dan aku tidak mengenali dirinya lagi, dia lupa denganku, dia takut padaku, aku.... huhh... maaf tan aku tidak akan bisa menepati janji itu,” batin David sambil meletakkan foto itu di atas meja.
Pria itu masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, membuang semua penat dan lelah yang melandanya hari ini.
Pernikahan yang diawali dengan sebuah salah paham dan kesedihan, sungguh menyakitkan bagi mereka berdua.
David telah selesai mengganti pakaiannya, dia keluar dari kamar mandi,tak sengaja dia menjatuhkan sebuah buku yang di letakkan Dian di pinggir meja.
Pria itu memungut buku itu, sebuah kertas terjatuh dari dalam buku itu, kertas berbentuk potongan segitiga. Dia memungutnya dari atas lantai sambil membalikkan kertas yang ternyata adalah sebuah foto yang di potong.
David melihat foto itu, dia menyerngitkan keningnya, sebuah foto yang di potong secara diagonal menyisakan foto seorang anak laki laki berusia sekitar 9 atau 8 tahun serta sebuah tulisan di ujungnya.
“Kita akan selalu bersama, bahkan jika takdir memisahkan, kita semua akan dipertemukan kembali pada waktu yang tepat,” ucap David membaca tulisan itu.
“Foto apa ini?” gumam David sambil melihatnya dengan lebih jelas.
Tiba tiba pintu kamar di buka, David menoleh ke arah orang yang masuk ke dalam kamar itu masih dengan posisi memegang buku dan foto tersebut.
Diandra menatap Dev yang memegang foto yang di carinya sejak tadi, bahkan di lantai bawah dia dan yang lainnya sampai mengacak acak semua buku yang mereka bawa dan belum Dian susun.
Matanya langsung tertuju pada foto yang di pegang David, langsung saja wajahnya berbinar binar saat melihat benda itu. Dengan segera Diandra menghampiri David.
“Dari mana kau mendapatkannya kak? Aku sudah mencarinya kemana mana,” ucap Diandra dengan mata berbinar binar.
“Apa ini milikmu?” tanya David masih dengan nada datarnya itu, mendengar itu dian merasa tidak senang, tetapi dia akan mencoba bersikap tenang karena dia sudah tau alasan David seperti itu.
“Iya, itu milikku, foto mendiang kakak laki laki ku,” ucap Diandra sambil mengambil foto yang dipegang David.
“Ohh.... jangan sembarang meletakkan bukumu,” ucap David sambil meletakkan buku itu di atas meja lalu keluar dari dalam kamar meninggalkan Diandra dengan wajah dinginnya.
Diandra mengerucutkan bibirnya, ada sedikit sakit hati dirasakannya, namun dia segera menepis hal itu toh juga mereka menikah karena terpaksa dan biarlah semua mengalir sebagaimana adanya.
“ Dasar laki laki plin plan, saat membujukku dia benar benar seperti seorang pria yang bertanggung jawab, tetapi setelah aku setuju dia berubah menjadi bongkahan es yang sangat dingin, bikin kesal saja,” gerutu Diandra dengan wajah kesal.
Dia melihat foto itu, seketika senyuman merekah di wajah cantiknya, “Aku menemukanmu kak heheh, walau pun aku tidak mengingatmu aku sangat bahagia dengan fakta kalau aku punya seorang kakak, meski aku tak tau apa kita punya hubungan darah,” lirih Diandra sambil mengusap foto itu.
“Ku tunjukan ke mereka deh, “ ucap Dian sambil berjalan keluar kamar, kebetulan Vasko naik ke lantai dua sambil membawa buku buku Diandra yang sudah mereka cek.
“Ehh kak Vasko, “ ucap Diandra.
“Ini buku kamu Dian, aku bawa ke dalam?” tanya Vasko yang dianggukkan oleh Diandra.
Dian membuka pintu dan membiarkan Vasko masuk ke dalam dengan semua bukunya itu. Vasko menyusun buku buku itu di dalam lemari yang tadi mereka naikkan ke lantai dua sebagai tempat untuk buku buku Diandra.
“Banyak banget buku kamu, udah di baca semua?” tanya Vasko yang asik menyusun buku itu di dalam lemari itu.
“Udah kak, aku sering baca buku biar gak bosan, aku gak punya teman karena papa batasin pergaulanku, apalagi ada mak lampir di rumah besar itu, aku benar benar gak di kasih bergaul sama orang lain, katanya takut buat nama keluarga jelek,” ucap Diandra dengan nada sedih.
Vasko menatap wanita itu,” hei jangan bersedih, sudahlah buang rasa sedihmu itu,” ucap Vasko menyemangati Diandra.
Dian tersenyum, “ he...emm.... kak aku udah dapat fotonya, tadi kak Davis yang temuin, ternyata terselip di buku yang ada di meja itu,” ucapnya sambil menunjukkan foto itu pada Vasko.
Vasko menerima foto yang diberikan oleh Diandra, seketika dia terkejut bukan main saat melihat foto itu di depan matanya.
Deg..... deg.... deg.....
Jantungnya berdegup kencang foto yang Dian sebut sebagai foto kakak laki lakinya adalah foto vasko saat dia masih kecil, tepat beberapa hari setelah kematian adik perempuannya yang kala itu berusia 3 tahun.
“Ba...bagaimana bisa?” ucap Vasko tak percaya sambil menatap foto itu serta Dian secara bergantian.
“Dari mana kau dapatkan foto ini Dian? Apa benar ini milikmu?” Tanya Vasko sambil memegang kedua bahu Diandra dan menatapnya dengan serius.
“I...iya kak, itu punyaku, satu satunya foto dari masa lalu, tapi setengahnya di robek, kata Mama itu di robek Papa karena gak mau lihat foto kakak lagi, jadi waktu di buang ke tempat sampah Mama ambil dan di kasih ke aku waktu umurku 7 tahun,” jelas Diandra.
“Apa kau yakin dia itu kakakmu? Kau bahkan bukan anak kandung mereka, apa kau yakin kalau anak lelaki di dalam foto ini adalah kakakmu?” tanya Vasko sekali lagi, tampak pria itu benar benar penasaran.
“A..... aku, aku tidak tau kak, setelah sadar kalau aku bukan anak kandung papa dan Mama, aku tidak tau hubunganku dengan dia,tapi setidaknya aku tau kalau aku punya seorang kakak,” ucap Diandra sambil menunduk sedih dengan fakta tentang dirinya.
“apa kau tidak mengingat apa pun dari masa kecilmu?” tanya Vasko.
Diandra menggelengkan kepalanya lemah, dia tidak ingat sama sekali,” Lagi pula kata mereka, kakak meninggal saat usia kakak sekitar 9 tahun atau 8 tahun, itu yang ku ketahui, itu semua pun sebenarnya di ceritakan oleh Papa dan Bibi yang merawat ku setelah kecelakaan dan aku tidak ingat apa apa,” jelas Diandra.
“Aku juga punya buku harian. Jadi aku membaca buku itu dan bisa tau beberapa momen di masa lalu yang ku lupakan,” ucap Diandra sambil menangis sedih.
Vasko terdiam sungguh sebuah potongan puzzle yang benar benar rumit, teka teki yang sangat sulit.
“Tak mungkin dia adikku, karena dia sudah meninggal bersama Mama, tapi foto ini, apa Papa tau sesuatu? Apa Papa menyembunyikan sesuatu dariku selama ini?” batin Vasko yang masih menatap Dian yang menangis.
“Sudah jangan menangis, itu bukan kesalahanmu karena tidak mengingat masa lalumu, hapus air matamu itu dasar cengeng,” ledek Vasko.
“kakak yang buat aku menangis,” ucap Dian sambil mengusap air matanya.
“Sudah lah cepat bantu aku menyusun ini,” ucap Vasko sambil memasukkan sesuatu ke dalam kantong celananya.
.
.
.
Like, vote dan komen ya,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
andi hastutty
lanjut penasaran
2023-07-11
0
nichic
kyaknya diandra adik Vasco dech
2022-04-26
0
Nuryanti Nuryanti
sukur deh klw diandra itu adeknya vosko. ayo thor semangat
2022-02-20
0