David dan Perasaannya

Tak terasa jam menunjukkan pukul 10 malam, Diandra duduk diantara tiga pria tampan sambil berbincang-bincang mengenai banyak hal.

Sesekali terdengar canda dan tawa diantara mereka, bahkan perdebatan juga tak jauh dari perbincangan mereka.

Apalagi dengan kepribadian Otniel dan Diandra yang sama sama tukang onar membuat suasana menjadi sangat menyenangkan.

Hanya seorang pria dengan kaos abu abu, celana hitam pendek dan kumis tipis tampak diam dan sibuk dengan dunianya sendiri, memeriksa laporan perusahaannya yang dikendalikan oleh orang kepercayaannya.

Meski demikian sesekali dia melirik ke arah istrinya yang tampak nyaman dengan ketiga sahabatnya, ada sedikit rasa iri melihat mereka begitu bahagia, hanya sedikit selebihnya dia tak peduli.

Entahlah pikiran buruknya membuat dia menjadi orang yang cuek dan tak peduli padahal dia tidak tau kalau benang merah sudah terikat di jari kelingking mereka masing-masing, sebuah rasa yang tinggal menunggu waktu untuk segera diungkapkan.

Rasa takutnya yang berlebihan membuat pria itu menutup hatinya rapat rapat, padahal tanpa dia sadari semakin dia berusaha menutup hatinya, cinta sudah mulai bertumbuh.

"Kak Joel, Dian boleh gak kerja di ladangnya kak Joel?" Tanya Diandra.

"Hmmm? Kamu mau ngolah tanah? Emangnya kamu gak kerja?" Tanya Joel yang cukup terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Diandra.

Wanita itu menggeleng dengan pelan sambil tersenyum lembut, "Dian dipecat Kak, Dian udah 3 hari nggak masuk, jadi pemiliknya memecat Diandra, terus sekarang aku jadi pengangguran," ucapnya sambil menunjukkan isi pesan pemilik toko buku dimana Dian bekerja.

"Wah, iya ya, kamu sih molornya kelamaan," celetuk Otniel yang asik mengunyah keripik yang dibuatkan Diandra untuknya.

"Ck... Jangan ngajak gelud dong kak," gerutu Diandra.

"Buat apa kamu kerja? kan kamu punya suami?" Ucap Joel sambil melirik David yang tampaknya biasa saja dengan pembicaraan mereka, entahlah pria itu tampak sangat cuek.

Dia hanya terus terusan membaca pesan dari bawahannya yang mengurus perusahaan miliknya.

"Heh? Suami ya? Aku kan udah minta pisah, dia yang bujuk dia yang tiba tiba kayak kulkas, aku gak butuh kak, aku masih bisa kerja buat biaya hidupku," ucap Diandra menyindir David.

"Jadi gimana kak? Bisa gak aku kerja di tempat kakak? Aku gak nyusahin kok, lagian aku suka pertanian dan itu cita cita aku dari dulu, " tanya Diandra lagi memastikan.

"Hmmm.... Kurasa kalau David mengijinkan aku akan memberimu pekerjaan," ucap Joel sambil menatap David yang tampak diam saja sambil terus menatap layar ponselnya dan sesekali membalas pesan.

Mereka semua menatap ke arah David, dengan respon David yang begitu dingin dan datar membuat Diandra kesal karena dia merasa tak dianggap oleh David tepat setelah pernikahan mereka.

Wanita itu mengepalkan kedua tangannya, dia benar benar sakit hati dengan sikap David yang tiba tiba ini.

"Kalau gak bisa ya gak apa apa, aku cari di tempat lain aja, makasih kak, aku ke atas dulu, ngantuk besok mau cari kerja" ucap Diandra dengan wajah kecewa,

"Ada manusia yang tidak bisa menggunakan mulutnya dengan baik di rumah ini dan selalu merasa paling menderita," sindiran Diandra terdengar begitu menusuk di telinga David namun dia diam saja.

Diandra naik ke lantai dua, dia tidak mau bertanya pada David Karena menurutnya itu hal yang sia sia.

Mereka menatap kepergian Diandra, Vasko sejak tadi diam saja, dia mengamati ekspresi David yang bagi orang lain itu tampak cuek tapi bagi Vasko, David mendengarkan semua ucapan mereka bahkan merasa sedikit tersinggung.

"Ekhmm... Bro, dia itu istrimu sekarang, kau yang meminta untuk bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada kalian di malam itu, kalau begini jadinya kau sama saja menyiksanya, " ucap Otniel dengan wajah kesal.

"Dia takut padaku Otniel, dia takut dengan wajah ini, aku bisa apa? Lagi pula aku sangat sadar dengan diriku kalau tak ada seorang pun yang benar-benar mau bersama pria menyeramkan seperti diriku," ucap David yang benar benar telah di bodohi oleh pikirannya sendiri.

"Tcihh.... Dasar pria bodoh, pria berpikiran sempit!!" Ketus Vasko.

"Bukankah dia gadis yang kau cari itu, gadis yang kau pikir sudah mati? Cinta pertama mu?" Ucap Joel yang cukup membuat Vasko dan Otniel terkejut karena mereka belum tau hal ini sebab David jarang bercerita.

Joel pun tau karena mereka pernah minum bersama dan mabuk sehingga Joel dengan isengnya bertanya tentang cinta pertama David.

"Iya, tapi dia berubah, dia lupa, dia tidak seperti Lily yang ku kenal dan kami sudah lama tak bertemu, jadi tak ada lagi cinta itu disini," ucap David dengan wajah datar seperti tembok rumah mereka itu

"Cihhh.... Kau mengatakan dia berubah? Yang benar saja David, kurasa kau yang berubah disini, bahkan aku tak melihat lagi semangat David yang dulu, kau sudah di bodohi oleh pikiranmu sendiri!" Umpat Vasko sambil mengeraskan rahangnya.

"Kau yang mengambil keputusan, tapi kenapa tiba tiba kau berubah? Ku pikir kalian akan menjadi pasangan paling romantis, tau taunya cuma jadi pasangan yang dingin, cepat selesaikan masalahmu David!!" Ketus Otniel sambil berdiri dan mengambil kunci mobilnya.

"Mau kemana kau?" Tanya Vasko.

"Aku ada tugas malam ini," ucap Otniel berlalu meninggalkan mereka.

"Apa yang dikatakan Otniel benar David, berdamailah dengan masa lalumu, jika tidak kau hanya kan menyesalinya, Diandra juga punya perasaan," ucap Joel sambil berdiri dan menepuk bahu pria itu lalu berjalan menuju kamarnya di lantai satu.

Vasko menatap David dengan tatapan datar," benar kata Diandra, kau lemah! " Umpat Vasko sambil berdiri dan meninggalkan pria itu sendirian di dalam ruang tamu.

David mengusap kasar wajahnya sendiri, dia benar benar tidak bisa, dia benar benar takut kecewa, dalam pikirannya akan lebih mudah jika dia bertanggungjawab seperti saat ini, jika dalam beberapa bulan ke depan Dian mengandung anaknya maka dia akan menunggu sampai anak itu lahir dan menceraikan Diandra.

Rasa takut ditinggalkan dan dikhianati telah menguasai hatinya sampai dia tidak ingin membuka hatinya dan melihat bagaimana Diandra yang sekarang.

Ucaoan sahabat sahabatnya kembali terngiang di kepalanya, dia mengingat pertemuan pertamanya dengan Diandra dulu saat usianya masih 18 tahun, sebuah pertemuan yang manis, saat itu wajah David belum cacat.

Pria itu menyentuh wajahnya," apa benar kalau aku yang berubah?" Gumam David yang masih bertarung dengan pikirannya.

"Aku tidak bisa, aku.... Aku.... Ahhhhh" David memijit kepalanya.

David merogoh ponselnya, dia mencari nomor seseorang yang sangat dikenalinya dan bisa dikatakan bagian dari keluarga besar mereka.

"Halo pembuat onar apa kabarmu disana???" Ucap seseorang dari balik ponsel.

"Ahh aku baik kak, kalian bagaimana? Mama dan Papa bagaimana mereka sehatkan ? Apa mereka masih sering pergi memancing berdua?" Tanya David.

"Kami semua baik disini, Mama dan Papa juga, kau Taulah pasangan paling romantis itu selalu saja pergi berdua bahkan tidak mempedulikan kami, mereka bilang kami sudah besar, cihh Papa mencuri Mama dari kami," decih pria itu.

"Hahhaah kau bisa saja, baguslah kalau mereka semakin romantis, aku jadi iri," ucap David sambil tertawa, "Apa Mami dan Papi disana atau berpelancong juga?" Tanya David.

"Ya seperti yang kau katakan, semua orang tua di rumah besar ini sudah seperti anak remaja yang sedang kasmaran, mereka hang out bareng dan ya begitulah," ucap pria itu.

"Hahahah baiklah, aku ingin meminta tolong padamu," ucap David.

"Ada apa?apa ada masalah? Ku dengar kau sudah menikah, kenapa tidak diumumkan? Mama sampai berubah jadi Rapper gara gara kau tidak mengangkat panggilannya begitu juga dengan Mami dan yang lainnya, setiap malam kami harus mendengar ocehan para nenek itu," ucap pria itu.

"Belum saatnya, aku ingin kau mencari tahu tentang masa lalu wanita yang menjadi istriku, namanya Diandra Aniston, ada yang aneh dengan latar belakang wanita itu, aku tak sempat mencari tau, bisa tidak?" Tanya David.