Aku memilih meliburkan diri setelah kejadian kemarin. Tidak ada orang normal yang bisa sembuh dalam sehari ketika mendengar sahabatnya di ambang kematian. Namun, bukan itu saja alasanku satu-satunya untuk tidak pergi ke sekolah.
Aku menatap layar ponsel. 8 September.
Ada satu tanggal di mana sebuah penyakit datang secara tiba-tiba tanpa permisi. Aku menjadi sangat lemah dan perlu istirahat, kerap kali ayah dan ibu pulang lebih awal dan memanggil dokter pribadi keluarga kami.
Jantungku lebih lemah, seakan-akan Tuhan akan memanggilku kembali untuk berada di sisinya. Namun ketika aku melangkah, Tuhan memintaku kembali dan menunggu panggilan-Nya lagi. Semua ini terjadi semenjak aku dilahirkan dan mulai terhitung parah sejak umurku dua tahun, di tanggal yang sama tiap bulan, dan sekarang ke-147 kalinya aku mengalami hal serupa.
Namun, kali ini sedikit berbeda. Dalam dunia mimpi yang aku ciptakan sendiri, aku tidak lagi sendirian menunggu hari berganti. Ada Hana di sana, dan kini kami duduk berdampingan di bangku yang berseberangan dengan kebun bunga lavender. Walaupun aku sendiri bisa merasa dan mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhku.
"Ada apa denganmu?" tanya Hana padaku.
Aku mengangkat bahu. "Tidak tahu, aku memang terlahir seperti ini."
"Kapan saja?" Aku mengembuskan napas terhadap pertanyaannya serta rasa sakit ketika infus sudah terpasang pada tubuhku yang terlelap.
"Tiap bulan tanggal delapan, paling parah saat hari lahirku," balasku dan dia hanya mengangguk saja, mungkin tidak tahu harus bicara apa.
Aku menatap gadis di sebelahku, dia memang cantik menurutku. Hana memiliki telinga runcing, ciri khas elf yang aku tahu dari buku fiksi. Di atas rambut ada mahkota bunga yang melingkar. Tatapan mata yang hangat, sehangat bunga mekar di pagi hari. Di lehernya ada kalung berlian, indah sekali membentuk sebuah hati. Terakhir, dia menggunakan gaun kerajaan yang tidak pernah aku lihat.
Aku kembali melihat Hana, lalu berkata, "Sebenarnya ada yang ini aku tanyakan padamu, Hana."
"Soal apa?" balasnya sambil menoleh padaku.
"Siapa Azumi? Kemarin kalian semua sempat menyebut namanya, dan aku tidak tahu apa hubungannya denganmu. Lalu, kenapa dia ingin menghancurkan tempat tinggal kami?" Mendengar pertanyaanku, Hana hanya tersenyum dengan tatapan sendu melihat padaku.
"Azumi adalah ratu kegelapan, dia dikuasai oleh kebencian dan kemarahan seseorang sehingga dia berniat untuk menghancurkan dunia kami juga duniamu. Dulu, aku hampir menang melawannya jika saja aku tidak kehilangan ketenangan," ucapnya dan ada kesedihan dari suaranya.
"Lalu?" Aku menuntut dirinya untuk bercerita lebih, suka atau tidak. Rasa penasaran sudah membuat hatiku teguh untuk bertanya perihal ini.
"Azumi memiliki sihir rahasia yang dapat membuatnya terlahir kembali. Tentu tidak untuk aku dan teman-temanku, jika kami terlahir kembali ... percuma saja. Kami semua tidak memiliki ingatan dan kekuatan untuk melawannya." Aku mencoba memahami. Teringat jelas wajah gadis berambut pirang kemarin sore. Orang yang telah menyakiti Demina.
"Maka dari itu, mereka semua mencari reinkarnasi kamu? Agar kalian bisa menghentikan rencana Azumi yang ingin menghancurkan kedua dunia?"
Hana mengangguk. "Namun, sudah ratusan tahun ... tidak ada reinkarnasiku. Dua belas tahun yang lalu, Ann merasa kalau reinkarnasiku kembali hidup dengan banyaknya kesamaan dengan nasibku. Lalu kamu tanpa sengaja membuat rohku bergabung dengan dirimu, kamu tidak gila, bahkan mencoba bunuh diri. Sejak dulu, tidak ada yang sanggup hidup dengan roh sepertiku."
Aku diam tidak membalas lagi perkataannya. Aku menutup mata, berharap bisa bangun dari tidurku. Percuma saja, bahkan terlalu berat bagiku membuka mata dan kembali ke sisi bumi lagi.
"Hana ... boleh aku minta satu permintaan darimu?" tanyaku lagi.
Hana melihat bunga lavender di seberang kami duduk, tidak melihatku. Dia hanya membalas, "Apa?"
"Jika aku menerima tawaran kalian, bisakah kamu menggantikan aku di setiap bulan pada tanggal yang sama, tanggal delapam? Aku ingin kedua orangtuaku tidak sedih lagi melihat keadaan anaknya." Penjelasanku berhasil membuat matanya membulat. Dia menatapku tidak percaya. Sorot mata hangatnya berubah menjadi tajam. Bukankah permintaanku tidak terlalu sulit? Aku memberi satu hari di mana dia bisa leluasa menggunakan tubuhku tanpa gangguan.
"Tidak!" Hana berucap tegas padaku, "itu terlalu berbahaya. Kamu membutuhkan pengobatan! Kalau kamu melakukan ini, kamu bisa mati!"
"Itu benar, Hana," balasku jujur.
Dia menampar pipiku, tidak sakit. Tentu, ini tidak nyata. Hana kembali berucap tegas kepadaku, "Apa kamu sangat menginginkan kematian? Mereka selalu dekat denganmu! Hargai hidupmu."
"Aku ... memang ingin meninggalkan dunia ini, tapi sejujurnya hatiku masih ragu." Aku tahu, Hana tidak setuju dengan pendapatku. Namun, tidak bisakah aku membuat semua orang tidak khawatir padaku di setiap bulan? Aku hanya ingin sehat.
"Nadira aku paham perasaanmu, tapi permintaan kamu tidak bisa aku setujui. Hidupmu terlalu berharga, hargailah ... aku hanya tidak ingin kamu berada di situasi yang lebih sulit lagi," jelas Hana. Aku menengadah, seandainya saja aku bisa menangis.
"Kenapa? Bukankah kamu kuat? Kamu bisa melawan Azumi tanpa gangguanku! Aku ...." Hana memotong ucapanku dengan tatapan nanarnya.
"Itu dia masalahnya. Aku sadar tubuhmu menolak keberadaanku. Ditambah mengeluarkan kekuatanku sama saja merusak dirimu sendiri. Itulah kenapa kemarin tubuhmu babak belur karena aku ...,"ucapnya. Aku teringat di hari dia menghina fisikku, dan memang kenyataannya begitu. Bukti nyata ada pada diriku sendiri.
Aku kembali bertanya, "Lalu bagaimana cara kalian menghadapi Azumi jika kamu belum juga menemukan orang yang merupakan reinkarnasimu?"
"Aku juga tidak tahu, tidak ada titik cerah untuk itu." Aku berpikir mengenai jawaban Hana. Tanpa ada yang melawan Azumi, bumi dalam bahaya, manusia terancam. Namun, jika saja Hana memiliki wadah atau boneka yang bisa membantu....
"Menyetujui hal ini berarti aku menanggung resiko kita. Tidak masalah bagiku untuk membantu, asal kamu bekerja sama denganku," bisikku pelan dan masih bisa dia dengar.
"Kamu tidak paham masalahnya! Apa kamu lupa apa yang aku ucapkan tentang tubuhmu?" Mata Hana berkilat marah padaku. Aku menunduk, rasanya memang tidak bisa. Untuk apa aku berharap dia dengan mudahnya menyetujui apa yang aku inginkan?
"Maaf, aku hanya mencoba mencari titik cerah untuk masalahku dan juga kamu. Aku pikir akan baik-baik saja karena kamu kuat, tapi nyatanya tubuhku ini tidak dapat mengimbangi kekuatanmu," ucapku dengan menatap matanya.
Kami sama-sama terdiam. Canggung, ini ulahku. Hana hanya diam memandang bunga-bunga lavender di seberang. Tiba-tiba matanya bulat dan berbinar-berbinar.
"Mungkin itu bisa!" celetuk Hana pelan, tapi aku bisa mendengarnya. Lalu dia mengembuskan napas dan geleng-geleng kepala.
"Hana, kenapa?" tanyaku heran.
"Aku ingat dua sihir yang bisa membantu keadaan kita. Namun, keduanya beresiko," ucapnya padaku dengan tegas.
Aku penasaran, maka aku kembali bertanya, "Apa itu?"
"Sihir pertama ini sangat umum, jika jiwa seseorang telah meninggalkan raganya, akan ada ritual agar aku bisa kembali hidup. Tentu tidak akan aku lakukan padamu. Lagipula banyak hal yang harus dikumpulkan. " Aku sempat terkejut dengan sihir pertama yang berarti aku harus meninggal dan dia mengendalikan tubuhku.
"Sihir itu mengerikan," bisikku pelan. Hana mengangguk sebelum melanjutkan ucapannya.
"Sihir kedua, aku memberikan bibit kekuatanku padamu. Sayangnya kamu masih remaja, emosi labil, bisa saja kamu malah jatuh ke posisi Azumi nantinya. Siapa yang tahu?" Aku ingin membantah, tapi ada benarnya. Bahkan kemarin saja aku tidak bisa melakukan apapun.
"Aku ingin membantu." Hana kembali menatapku tidak percaya. Tangannya menggenggam tanganku.
"Baiklah," ucapnya, "aku menitipkan bibit kekuatan tanah, bersamaan dengan itu aku juga akan melatihmu pelan-pelan. Dengarkan intruksiku, aku juga akan mencari sihir penyembuh untukmu."
Aku membisu. Hana memercayaiku? Dia menarik tangannya dan tersenyum. Ketika itu, pandanganku memudar dan dia menghilang begitu saja tergantikan dengan hitam di mana-mana.
Selama ada Hana, aku yakin tidak akan terbawa arus kegelapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Kyle Knight
Gak nyangka Nadira punya penyakit yang aneh. Ini baru awalnya, tapi tokoh utama udah menderita banget. Semoga aja Hana bisa bawa kebahagian buat Nadira ya Thor.
good luck! Semangat terus Thor
2020-05-02
2
Miss R⃟ ed qizz 💋
masih disini
2020-02-15
0
Azura Ryn
Semoga berhasil, Hana, Dira!
2020-01-04
0