"Di mana aku?" Miss Ann dan satu orang lainnya berkeringat dingin. Mata mereka membelalak terkejut melihat tubuhku. Sejujurnya aku juga, bahkan lebih terkejut.
Aku tidak bisa menggerakkan apa pun. Namun aku bisa merasakan seseorang mengendalikan tubuhku. Jari tangan dilihatnya intensif, entah mengapa. Lalu melihat kedua orang di sana tampak akrab.
"Ini tidak bisa dipercaya! Hana ... kamu kembali?" Apa? Mereka memanggilku Hana? Siapa dia? Percuma saja, semua pertanyaanku tidak mungkin keluar dari bibir sendiri.
Sebaliknya ujung bibirku menarik senyum. "Sepertinya, begitu, Ann."
"Tapi, ini tidak mungkin. Kenapa harus Nadira?" tanya suara berat yang sepertinya sangat aku kenal. Dia ... Radja. Wakil ketua kelasku, sekaligus orang yang dikatakan paling menyebalkan seantero jajaran kelas satu. Eh, kenapa Radja juga tahu soal Hana?
"Oh, jadi anak yang sejak tadi banyak pertanyaan di dalam kepala ini namanya Nadira? Bisakah kamu lebih tenang di dalam sana?" ucapnya padaku.
Tunggu dulu, memangnya ini tubuh siapa? Geram!
"Ann ... kenapa kamu menyiapkan wadah reinkarnasi seperti ini untukku? Dia sangat berisik. Apa kalian tidak memberitahukan padanya kalau tubuh ini milikku sekarang?" Angkuh benar! Sejak kapan pula hak milikku dengan mudahnya dia ambil? Bukankah HAM dimiliki semua orang?
"Hana ... kamu salah pahan," bisik Miss Ann dengan lirih. Kedua mata wanita itu begitu lembut tetapi lembap, seakan-akan tetesan bening dapat mengalir dari sana. Bibirnya bergetar seolah orang yang mengendalikan tubuhku cukup berbahaya. Radja tidak bergeming, tidak ada lagi sepatah kata yang keluar dari mulut itu. Lalu Miss Ann melanjutkan kata-katanya, "Nadira bukan reinkarnasi ataupun wadah sementara kamu. Dia hanya murid biasa tanpa kekuatan. Benar, kejadian hari ini di luar dugaan."
"Jadi ini kesalahan teknis? Ya, sepertinya benar. Nadira jauh dari kriteriaku, kalau berperang menggunakan satu atau dua jurus saja tubuhnya bisa hancur." Kasar memang, walaupun aku tidak paham tetapi aku menyetujuinya. Buat apa juga aku membantu dirinya? Berperang pula! Pasti akan menyusahkan.
Miss Ann mengerutkan dahi, telapak tanganya menghentikan apa yang menjadi niat Hana. Rasanya dia belum mengucapkan niatan apa pun. Namun, Miss Ann seakan tahu apa yang ingin Hana lakukan. Sayang meskipun aku berteriak, tidak ada yang dapat mendengarnya kecuali dia.
"Hana, tidak ada waktu lagi ... Walaupun Nadira bukan reinkarnasimu, kita membutuhkan jasanya. Kamu tahu, Azumi telah kembali," lirih Miss Ann. Aku tidak mengenalnya, sama sekali tidak. Memang apa hubungannya Azumi, Hana dan jasaku?
Aku yakin Hana mendengarkanku. Dia lebih banyak diam dibandingkan sebelumnya. "Aku rasa Nadira kebingungan, Ann."
"Biar aku yang menjelaskan pada Nadira. Lalu, bagaimana cara kalian bertukar jiwa lagi? Maksudku, agar Nadira di sini dan kamu di dalam," jelas Radja. Aku termenung di dalam tubuhku sendiri, aneh, aku tahu. Hana mengangkat bahu, tapi dia mencoba menutup mata. Tiba-tiba saja aku merasa ditarik. Tanganku, kakiku, seluruh tubuhku seolah ditarik ke atas!
Saat membuka mata, di hadapanku berdiri Radja dan Miss Ann yang memandang khawatir. Aku coba menggerakkan tanganku, melambai-lambaikannya sampai kedua dahi insan di hadapanku berkerut, kebingungan. Aku kembali. Aku kembali dan dapat menggerakkan tubuhku sendiri.
"Kamu lagi apa, Dira?" tanya Radja bingung.
Bukannya menjawab, aku malah menatapnya. "Tadi itu apa? Siapa Hana? Kenapa aku tidak bisa mengendalikan tubuhku seolah-olah aku terkunci di dalam tubuh sendiri?"
"Nadira, jam istirahat pertama ke perpustakaan lagi ya? Miss akan menjelaskannya untukmu." Aku kecewa. Tentu saja aku berharap untuk mendapatkan jawaban dari kejadian beberapa menit tadi. Radja bahkan tidak berkata apapun. Sebenarnya ada apa?
oOo
Harusnya waktu tidak berlalu dengan cepat. Radja mengajakku ke kelas bersama. Sial, aku baru ingat. Bagaimana aku menjelaskan tentang ulangan matematika pada Demina nanti? Masa aku harus berbohong.
Satu buku fantasi cukup tebal aku pinjam. Miss Ann mempersilakan padahal belum melihat judulnya, dan aku sendiri tertarik dengan cover bukunya. Hanya cokelat dengan tinta emas bertulis 'Twins Knight'. Pasti ceritanya menarik.
"Dira!!!" seru Demina. Dia berlari ke arahku sambil memamerkan senyum. Sayangnya, bagiku itu sangat menyeramkan. Serius, apa yang harus aku katakan?
Aku melirik ke segala arah, mencari jejak Radja di sekitar koridor kelas. Nyatanya dia sudah berlalu lalang, tidak terlihat lagi. Hanya ada Demina dan murid kelas lain yang tidak aku kenal. Sahabatku yang kelewat cerewet pasti menanyakan nilai.
"Kamu cari siapa? Ah ... gak penting! Nilai ulangan hari ini berapa? Ulangan kemarin kamu cuma dapet 50, 'kan?" Aku mengangguk menyetujuinya. Debaran jantungku tidak terkendali, sementara matanya berbinar-binar seakan mendesak untuk memberitahu.
"Dapat sepuluh," balasku cepat.
Wajah Demina berubah masam, kedua dahinya berkerut, lalu berkata, "Tunggu ... sepuluh nilai sempurna atau sepuluh dari seratus?"
"Sepuluh dari seratus, Na." Demina tidak terkejut, sebaliknya dia menutup mata dan mencoba mengatur napasnya.
Ketika matanya terbuka, itu yang paling aku takutkan. "Kok malah turun sih? Udah sekarang kamu gak boleh baca buku fiksi dulu! Duh kamu udah minjem buku lagi aja."
Demina mengambil buku novel yang aku pegang. Aku mencoba meraihnya, tapi sahabatku sudah berlari ke kelas lebih dulu. Oke waktunya negosiasi ....
"Nilai buruk, kamu tidak belajar?"
Aku mengabaikan apa yang pikiranku katakan. Oke ini terdengar sangat aneh, tapi begitu nyata. Kalau aku bercerita pada Demina, apa dia akan percaya? Dengan otaknya yang sangat logis, aku rasa tidak.
Jika bercerita dengan Naira —sahabatku selain Demina— di kelas sebelah, pasti dia lebih mengerti. Kami sama-sama dipenuhi imajinasi, aku rasa dia akan percaya. Sebaiknya setelah mendengar cerita dari Miss Ann aku akan kembali menurunkannya ke pada Naira.
"Jangan, itu sangat bahaya."
Aku sangat tidak peduli. Aku punya hak untuk bercerita. Suara itu hilang, lenyap. Namun, kepalaku sakit. Seakan ada yang mendobrak masuk ke dalam akal sehatku.
oOo
"Namanya Hana, dia ratu alam di dunia kami. Kehadirannya di masa ini hanya untuk menyelamatkan bumi dari Azumi. Dia ratu jahat yang nyaris meluluhlantakkan dunia kami." Miss Ann menatapku sungguh-sungguh. Di sampingku ada Radja yang menyibukkan dirinya dengan buku sejarah.
"Jadi maksud kalian aku memiliki alter ego?" tanyaku, tapi Miss Ann menggeleng.
Radja menoleh. "Maksudnya, roh Hana hinggap di tubuhmu untuk sementara sampai kami menemukan reinkarnasinya."
"Tapi dia bisa menggerakkan tubuhku! Mengurung aku di dalam tubuh sendiri. Ini gila!" kilahku. Aku tidak habis pikir dengan mereka, juga orang bernama Hana yang hinggap di tubuhku.
"Itu pula menjadi pertanyaanku. Selama lebih dari 500 tahun aku mencari reinkarnasinya dan mencoba ke manusia biasa sepertimu, tapi hasilnya sangat berbeda darimu. Dengan mata kepalaku aku melihat mereka jadi gila, atau bahkan meninggal dunia begitu saja. Aku mohon, bantu kami, Dira." Aku mengerutkan dahi, antara percaya dan tidak percaya. Tidak masuk akal.
"Aku tidak mau terlibat pada konflik orang lain. Lalu, ini sangat ...." Sulit bagiku melanjutkan kata-kata. Debaran jantung berdetak lebih cepat, terlalu takut untuk mengungkapkan jika ini tidak masuk akal.
"Perlu bukti?" tanya Radja padaku. Dia tidak perlu menunggu apa jawaban yang akan aku berikan.
Anak laki-laki itu menutup buku, berhadapan denganku. Radja menyuruh aku melihat telapak tangannya, tidak ada apapun di sana. Aku baru saja akan tersenyum tapi sebuah kumpulan cahaya berwarna biru berkumpul di atas telapak tangannya.
Mataku melebar, mulutku terbuka tidak percaya. Aku mencoba menyentuhnya. Ada hawa panas dan rasa menyengat yang membuat tubuhku sakit. Aku tidak percaya jika hal itu nyata!
"Bagaimana? Kamu sudah percaya?" tanya Radja lagi. Aku tetap terdiam, rasanya sulit bagiku untuk percaya.
"Aku ... beri aku waktu untuk berpikir! Ini benar-benar di luar logika dan bahkan melebihi imajinasi!" balasku pada keduanya. Radja mengangguk sementara Miss Ann menggigit bibir bawahnya.
Aku menunggu salah satunya bersuara. Baik Radja ataupun Miss Ann tidak ada yang menanggapi. Aku melangkah pergi dari perpustakaan sebelum akhirnya Miss. Ann mengeluarkan suara lagi, "Baiklah, Nadira. Hanya satu minggu. Kami harus segera bertindak."
Aku diam. Satu Minggu ... cukup apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
ZalikaAngel 🤧🥀❣️
Hallo like dan vote 5 bintang Uda mendarat🤧
jadi jangan lupa tinggalkan like dan vote 5 bintang di “playboy maniak sexx"
2020-06-10
0
Arinimase
aku ora paham tentang penggambaran yang ada di chap ini .
2020-05-22
1
rachmahwahyu
seru nih
2020-05-14
0