Memilih tinggal di sini sama saja seperti bunuh diri. Ron akan membatasi pergerakanku, lagipula banyak kenangan yang menghantui kami. Memilih pergi pun malah memperburuk keadaan. Aku tidak suka bergaul, bahkan baru kali ini aku memiliki banyak teman. Salah satunya Radja menempati kata sahabat setelah Demina.
Aku mengembuskan napas berat. Sehari lagi aku harus memilih. Meskipun aku tahu, hidup adalah pilihan. Namun tidak untuk sekarang, aku tidak bisa memilih yang tepat.
Apakah seharusnya aku tidak memilih untuk membantu Hana? Membiarkan penyesalanku terus berlarut dan tidak pernah bertemu dengan mereka semua. Setidaknya keluargaku tidak akan meninggal.
Apa yang aku pikirkan!
Ini sudah rencana Tuhan. Takdirku dengan kebahagiaan yang terselip di antaranya. Aku seharusnya tidak berpikiran seperti itu. Seharusnya kali ini aku terus meyakinkan Ron!
Segera aku turun dari tempat tidur. Segera saja aku membuka pintu kamar dengan cepat. Ron harus menerima alasanku. Aku tidak mau kehilangan lagi. Ya, tidak ....
"Kak Ron, aku sudah memilih," ucapku agak berteriak. Ron tidak di ruang tengah. Mungkinkah dia ada di ruang tamu?
"Maaf tidak bisa." Aku mendengar suara Ron di ruang tamu, sepertinya dia sedang bicara dengan seseorang. Aku mencoba mendekati ruang tamu. Tidak masalah untuk menguping dengan siapa Ron bicara bukan?
"Aku mohon pertimbangkan lagi, Kak. Nadira lebih bahagia di sini, jika Kakak hanya takut bahaya yang mengancam ... Nadira bisa tinggal di Twins World. Banyak orang-orang yang menjaganya. Kami sebagai teman juga akan mengawasi Nadira." Suara itu berasal dari lawan bicara Ron. Mereka membahas diriku, terlebih dia salah satu dari teman-temanku.
Aku sumringah, aku yakin Ron akan menyetujuinya. Sayangnya senyumku luntur ketika Ron berucap, "Tidak."
Segera saja aku berhenti menguping dan langsung berdiri di samping Ron. Jelas di hadapanku tengah duduk seorang anak laki-laki, Bizar. "Kak, aku ingin tinggal di sini!"
"Dira," panggil Ron pelan, "aku tidak akan merubah keputusanku. Aku tahu betul Twins World seperti apa! Dan kamu harusnya lebih paham sebagai ilmuwan bukan?"
"Maksud kakak apa?" tanya Bizar bingung, begitupula aku. Oke aku memang bingung sejak awal.
"Bagus sekali kamu tidak mengenali aku! Lagipula aku tidak memiliki ikatan apapun setelah Hana mati. Jadi pergilah sekarang. Aku memaksa." Tegas. Mata Ron berkilat tajam. Aku semakin bingung, apa memang Ron sebenarnya Pean?
"Hanya ada dua orang yang memiliki ikatan dengan Hana. Vivian dan Pean. Sudah pasti kamu bukan Vivian, reinkarnasinya berhenti di generasi sebelum kami hadir. Artinya kamu ...," ucap Bizar terputus seakan tidak sanggung untuk melanjutkan.
"Benar. Aku Pean, pengawal Hana. Penetral kekuatan."
"Satu-satunya orang yang memiliki kemampuan regenerasi dan penetral," timpal Bizar begitu lirih. Aku terkejut mendengarnya. Bahkan saudaraku saja memiliki kemampuan?
Ron kembali bicara, "Bizar, kamu sudah mengerti, 'kan? Saat ini aku harus melindungi satu-satunya keluargaku yang tersisa. Besok Dira dan aku akan pergi ke Australia."
"Kak, aku belum memutuskan!" pekikku.
Ron berdiri dari duduknya tidak peduli dengan apa yang kukatakan, dia mengintimidasi Bizar melalui tatapan. Lalu tangan kanannya menarik lenganku untuk mengikuti ke mana dia pergi. Sebelum pada akhirnya Bizar kembali membuka mulut.
"Sebenarnya kamu melakukan ini untuk Hana, 'kan? Kenyataannya Nadira sudah meninggal lebih dari sebulan lalu." Ron semakin mencengkeram lenganku. Pipinya merah dan kedua alisnya nyaris bertemu.
"Tahu apa ilmuwan yang hanya mengandalkan logikanya? Aku lebih mengenal Hana dan juga Nadira. Tidak perlu pakai scanner menyebalkan milikmu saja aku tahu. Orang yang hadir di antara kita adalah Nadira." Aku terkejut. Ini kali kedua aku mendengar penolakan kebohonganku sendiri. Ron tidak hanya mengenal Hana sangat baik, tetapi statusnya sebagai saudaraku pun membuatnya lebih mengetahui perbedaan kami.
Tubuhku mengikuti arahan Ron, tetapi hati dan kakiku saling menolak. Bizar hanya terpaku duduk di kursinya. Aku berharap tiba-tiba saja ada hal yang dapat menahan keinginan Ron. Sungguh aku tidak bisa meninggalkan semua ini.
Tring!
Bizar segera melihat ponselnya. Matanya membelalak, seakan memang ada hal luar biasa dari ponselnya. Aku tidak lagi bisa melihat apa yang Bizar lakukan, karena Ron semakin menarikku pergi ke kamar.
"Kak Ron! Azumi ada di sekitar sini. Jika benar apa yang kakak ucapkan, bukankah percuma saja? Azumi pasti mengira Nadira adalah Hana dan dia terus mengincarnya!" teriak Bizar yang pasti menggunakan kemampuannya untuk berdiri di hadapan kamu. Aku rasa ini pertama kalinya aku melihat Bizar sangat marah dan khawatir.
"Azumi tidak akan mengincar Hana, kekuatan miliknya diambil oleh Hana palsu, 'kan? Dia sudah tahu Nadira meninggal, tidak ada lagi yang tersisa kecuali kekuatan yang tersimpan di tubuh Vivian," jelas Ron tidak mau kalah.
Aku mengempaskan tangan yang memegang lenganku. Tatapannya berkilat kembali, tetapi aku tidak peduli. "Kalau begitu bukannya percuma saja? Vivian yang membantuku hidup sampai saat ini! Dia juga memberikan aku kemampuan milik Hana. Bibit kekuatan Hana pun terus berkembang di tubuhku, Kak Ron!"
Bizar dan Ron saling memandang, mungkin keduanya mencoba telepati. Tunggu bukankah Bizar memang bisa telepati? Tidak lama keduanya mengangguk dan Bizar berdiri di hadapanku. Tangan kanannya mengeluarkan cahaya biru dan saling memantul ke tubuhnya sendiri. Kacamata biru itu kembali terpasang.
"Biar aku yang menghadapi Azumi. Bizar sembunyikan keberadaan Nadira!" Anak laki-laki sebaya denganku segera mengeluarkan kemampuannya. Dia segera mengutak-atik bahasa program yang sama sekali tidak aku mengerti.
Tubuhku dikelilingi kristal-kristal biru muda yang tidak lama pecah setelahnya. Aku masih bisa melihat fokus Bizar dan Ron di depan sana. Azumi terlalu bahaya, dia baru saja mencelakai Kazuhiro. Apa sekarang harus Ron juga?
"Wah wah, ternyata pengkhianat Azumi ada di sini." Aku menatap orang yang berdiri di depan pintu. Naira! Dia Naira. Dengan penampilan yang sangat jauh berbeda, wajahnya pun menyerupai Hana. Hanya bola mata hitam dan sebuah tato aneh di bagian bawah mata menjadi pembeda.
"Siapa yang kamu maksud?!" Aku pun memiliki pertanyaan yang sama dengan Bizar. Naira hanya tertawa menanggapi. Tatapannya mengarah pada Ron. Aku tidak ingin menerka, takut semua yang kupikir menjadi salah.
"Ron, sudah aku bilang jika kamu berkhianat ... semua milikmu hancur. Siapa sangka kamu pun saudara Nadira? Mudah bagiku untuk menghancurkan kalian."
Apa?
Bahkan Ron sudah mengenal Naira yang bekerjasama dengan Azumi! Lalu apa pula pengkhianat? Aku tidak ingin percaya! Itu terlalu sulit untuk aku percaya.
"Sudah kubilang jangan ganggu keluargaku! Kalian mau apa dariku silahkan, tapi jangan keluargaku!" bentak Ron pada Naira. Tidak lama badai pasir menyerbu rumah. Aku tidak tahu apa bahayanya, tetapi itu sukses membuat Bizar berlutut dan Ron terkapar.
Aku dapat melihat Azumi berdiri di samping Naira kali ini. Dia sama-sama tersenyum seakan menang. Lalu kudengar Naira bicara, "Tidak perlu memastikan, Nadira sudah mati ditanganku sebulan lalu, Azumi. Terlebih Hana pun sudah tidak punya kekuatan. Jadi tenang saja."
"Kamu benar. Percuma saja Hana hidup kembali. Sekarang kita harus menghancurkan bumi. Sudah tidak ada penghalang lagi bukan?" balas Azumi. Aku memelototi keduanya. Tidak tahan, rasanya aku ingin mengeluarkan daun-daun untuk mengikat mereka.
Naira tersenyum lalu mengangguk. "Ide bagus. Tapi aku ingin melihat kesebelasan ksatria pun hancur berkeping-keping!"
Tuhan ....
Aku harus apa? Haruskah aku menyerang mereka atau diam saja seperti sekarang?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Miss R⃟ ed qizz 💋
up up
2020-02-15
0