Jantungku ... tidak lagi berdetak. Saat kusadari tubuhku terjatuh di antara Naira dan Nadia. Seharusnya aku sudah mati.
Tanpa berharap jauh, jantungku berdetak normal kembali. Dapat terlihat lagi dua gadis yang membunuhku. Dari kejauhan pula terlihat kembali Radja, Bizar, dan teman-teman lainnya. Aku kembali hidup bukan sebagai aku, tapi sebagai dia.
"Dira!" Radja memanggilku dari kejauhan. Demina berlari dan langsung memeluk tubuhku. Dia menangis dan aku hanya diam mematung.
Perlahan aku mendorong bahunya. Lalu menatap semuanya tajam. "Maaf mengecewakan kalian, aku bukan Nadira."
Rasanya aneh tidak mengakui diriku sendiri sebagai Nadira. Begitu pun dengan mereka yang terbelalak. Terutama Radja. Naira menatapku tidak percaya. Seketika wajahnya berubah marah.
"Tidak mungkin, kamu ... Hana?" Aku hanya mengangguk atas jawaban Radja. Demina ambruk di depanku. Tidak tahu mengapa.
Bizar membuang mukanya lalu berkata, "Dia berkata jujur."
"Bagaimana bisa? Seharusnya kamu ada di dalam tubuhku dan hancur!" bentak Naira di seberang. Aku mengepalkan tangan dan mengembuskan napas.
Harus tenang ....
"Kamu terlalu lambat menyadari jika aku masuk ke tubuh Nadira saat kamu membunuhnya," balasku sambil berjalan berhadapan dengannya.
"Hana, cukup!" Radja menahan lenganku sehingga aku menoleh. "Tubuh ini terluka parah."
Aku tersentak. Radja memerdulikan tubuhku yang penuh luka. Sekilas aku teringat dengan orang yang berlabel 'sahabat' dan beberapa detik lalu sukses membunuhku. Menusuk perlahan-lahan dari belakang. Sekarang terbongkar sudah.
Keluargaku, Hana, dan Demina, sudah meninggalkan diriku terlebih dahulu. Orang yang membunuhnya tidak lain adalah Azumi dan sahabatku, Naira. Ya, aku marah. Sangat. Terlebih dia nyaris membunuhku.
"Seharusnya aku mengambil jiwamu, Naira. Kekuatan gelapku tidak bisa kamu kendalikan," ucapku setelah mendengar silir yang berbisik pelan.
Naira gemetar, tetapi tidak lama dia menyerangku. "Dark Ball!"
Bola hitam keluar dari tangannya. Mengambil tiap energi dari tanah lalu mengarah padaku. Aku yang diselimuti kemampuan Hana, dengan mudahnya mampu menghindari. Aku membalas dengan mengarahkan kedua telapak tanganku ke depan. Simbol di sana mulai bercahaya.
"Flower arrow," ucapku diikuti dengan munculnya bunga-bunga berkelopak tajam. Bunga-bunga tersebut melesat ke arah Naira. Tidak terlihat, sampai membuat lengannya tergores.
Radja menarikku. Tidak peduli apa yang sedang aku lakukan. Demina menggantikan aku bersama yang lainnya. Sementara Bizar menyibukkan diri dengan program sehingga muncul di atas permukaan sebuah portal berwarna hitam yang memudar. Aku tidak tahu ke mana portal akan membawa, tetapi aku tidak lagi bisa kabur.
"Aku tahu kamu mau menyelesaikan masalah ini sekarang dan aku tidak bermaksud mencegah kamu. Melawan Naira dengan kekuatan gelapnya, sama saja mencari mati, Nad ...." Radja berhenti bicara ketika menyebut namaku. Tangan lainnya yang bebas hanya mengepal. Dia memaksa aku untuk masuk ke dalam portal.
Seketika begitu saja kami ada di ruangan yang penuh dengan kabel, komponen-komponen elektronik, dan perkakas. Bizar menyuruh Radja dan aku duduk di salah satu sofa berwana cokelat pudar, sementara dirinya mengaktifkan kacamata birunya sekali lagi.
"Aku sudah menghubungi Miss Merry ke sini, Radja. Semoga saja dugaanku ini salah," ucap Bizar sambil menggigit kuku jempol kanannya sendiri. Radja mengembuskan napas mendengaranya. Dia melepaskan genggaman tangan dan segera menghampiri si ilmuwan.
"Sudah aku duga Naira bukan reinkarnasi Hana!" bentak Radja. Semua komponen aneh itu berserakan di bawah lantai, tetapi Bizar tidak marah. Dia terdiam dan sibuk mengutak-atik komputer di seberang sana.
Aku menahan napas lalu mengembuskannya dan memulai percakapan. "Apa maksudmu, Radja?"
Brak
Suara pintu terbuka lebar, menampakkan seorang wanita sebaya dengan Miss Ann. Rambutnya ikal kemerah-merahan dan tatapannya tegas. Dia memiliki sayap lancip layaknya para peri-peri yang biasa aku lihat di animasi-animasi barat. Ingin rasanya aku tertawa, tetapi label ini membuatku harus menjaga wibawa.
Dia terbang dengan cepat kea rahku. Secepat pula dia menepuk kedua pipiku keras. "Katakan apa kamu benar-benar Hana?"
Bibirku terasa kelu seperti kedua telapak tangannya yang menyentuh pipiku. Mata tajam itu luluh, irisnya peraknya berbinar-binar. Bahu miliknya bergetar, lalu memelukku erat.
"Miss Merry memeluknya, itu berarti dia benar-benar Hana," ucap Bizar pada Radja.
"Aku ... tidak paham," balasku. Radja hanya membuang muka dan berjalan ke arah pintu.
Orang yang memelukku akhirnya melepaskan pelukan, dan berkata, "Mungkin karena baru saja masuk ke tubuh reinkarnasi lain menyebabkan ingatanmu terbentur layaknya asteroid turun ke bumi. Hei, Bizar, Naira di mana?"
"Dia sedang ditangani yang lainnya, Miss."
"Mengalahkan Naira akan sangat sulit seperti kalian melawan dark Hana dulu. Lebih baik kita mundur dan beristirahat." Miss Merry memberikan solusi, dan Bizar mengangguk. Sebuat portal hitam pudar kembali muncul di balik punggungnya.
Bizar tidak berpamitan dan langsung masuk ke dalam portal yang menutup sedikit demi sedikit. Miss. Merry menggenggam tanganku dan kembali menatap.
"Sekilas aku merasakan keberadaan lain dalam jiwamu. Ceritakan padaku, tidak apa." Aku bungkam. Namun, perasaanku mengatakan aku harus menceritakan padanya.
Mulutku tetap menolak bercerita. Akhirnya aku hanya meneteskan air mata. Ini mungkin mengecewakan Miss Merry. Dia mengeratkan genggaman, memberikan sedikit demi sedikit rasa percaya padaku.
"Maafkan aku, Miss. Aku hanya bisa bilang. Nadira telah meninggal. Meninggalkan kita semua untuk selamanya." Aku menangis, memeluk Miss Merry dengan erat. Perasaanku hancur.
*Entah apa yang membuatku hancur. Kenyataan bahwa aku sendiri telah mengakui jika aku sudah mati. Ataukah hidup dalam kepalsuan yang akan kumulai esok hari?*Dua-duanya sama saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
onyourm__ark
jadi dia—Nadira—ga mati? cm pura-pura? uhh twt
2020-08-01
2
Miss R⃟ ed qizz 💋
selalu semangatt
2020-02-15
0