{ Cerita ini hanya fiksi belaka yang
tidak di sengaja. Bila ada
kesamaan
cerita, nama, atau
apapuun itu mohon di maafkan }
________________
"Sino, adeknya jagain."
"Iya dad siap."
"No Sino." Panggil jack dengan menepuk - nepuk pundak Sino.
"Paan lu."
"Lu gantiin gue ya, lu kan libur hari ini."
"Enak di lu gak enak di gue. ogah banget."
"sehari doang."
"Ogah."
"Mau rebahan gue."
"bulsit."
"JACKKK..." teriak Dady memanggil Jack.
"Yes dad, i would to come."
Berlari meninggalkan Jack menuju kamarnya, sembari berteriak untuk meledek Jack. "Belum rezeki lu tuh bang."
"Sabar - sabar."
Memperhatikan Bi inah tengah melihat kembali isi tas belanjaan nya, Seorang pria yang tengah duduk santai dengan bermain handphone dan tv yang menyala di ruang keluarga, Merasa penasaran akan tingkah Bi Inah.
"Dompet ada, daftar belanjaan juga ada."
"Tinggal cap cus..."
Menghampiri Sino terlebih dahulu, sebelum melaksanakan perjalanan.
"Sino."
"Iya Bi ?"
"Meja adek yang di kamar itu, Udah bibi siapin susu, kalo dia mau makan nanti Sino tinggal bikinin aja."
"Ada bubur instan di lemari. tinggal seduh aja."
"Ok.. WAIT ? SINO ? WHY SHOULD ME ?"
"Mungkin gara - gara hujan - hujanan semalem, adek sakit. panas banget badannya."
"Yang lain udah pada pergi, tinggal Sino yang dirumah. bibi juga mau pergi beli bahan - bahan dapur sebentar."
"Yes, and next. WHY SHOULD ME ?"
"Bibi titip adek ke Sino, Sino juga harus jadi kakak yang baik."
"Inget itu."
"Yah, Good brother. BUT ADA BANG JONDI KAN ? DIA JUGA BELUM BERANGKAT !"
"Gak usah teriak ngegas juga, kasian adek bangun nanti."
"sepuluh menit lagi dia berangkat, dia sengaja karena ada sedikit pekerjaan yang belum tuntas."
"Okee...." jawab sino lesu
"Kalau gitu bibi berangkat."
"Bibi naik apa ?"
"Naik kendaraan umum."
"Sino anter aja."
"Remember that, good brother !"
"Pulang nganter bibi juga bisa."
"Sinooo...."
"Yes, I'm sorry."
"Nice."
Berpamitan sekali lagi, sebelum benar - benar keluar rumah. "inget ya ! bibi berangkat."
"iya.. hati - hati hati."
Bi Inah menjawab perkataan Sino dengan ajunggan jempol sembari berjalan untuk mengeluarkan diri dari rumah Gentara. *untuk membeli bahan - bahan dapur, bukan melarikan diri*.
Membuka mata dengan perlahan halan, memiliki pandangan kunang - kunang dengan tambahan kepala yang terasa berat.
Dalnim berusaha sebisa mungkin untuk membangunkan dirinya, yang bertujuan menjawab pertanyaan akan pukul berapa sekarang ini ?
Menjawab dengan melihat pada jam dinding dengan tepat di hadapan Dalnim. ia seakan memiliki dua bayangan yang tidak dapat di perhatikan dengan jelas.
"Jam sebelas kurang. kayaknya."
Melihat bahwa di atas nakas tersebut terdapat segelas susu, Dalnim mengambilnya, ia meminum segelas susu tersebut untuk mengembalikan energi setelah tertidur semalaman.
karena dirinya merasa lapar, ia ingin ingin membuat bubur instan untuk meredakan rasa laparnya. Memberdikan diri, Dalnim mengangkat kaki menuju dapur dengan sekaligus menaruh gelas yang tadi.
menuruni tangga dengan hati - hati, ia sesekali disungguhkan dengan pandangan bertema mation blur. mengharuskan ia memberhentikan langkah sekejap.
pada tangga kedua akhir, ia melihat sebentar sekeliling lantai pertama khususnya ruangan keluarga, dia hanya disungguhkan oleh satu seorang pria menggunakan t-shirt dan celana pendek tengah bermain handphone dengan tv menonton dirinya.
Saat ingin menuruni satu tangga kembali, Dalnim malah diberikan efek lens blur untuk pandangannya. dengan tambahan kepala yang terasa berat, ia bahkan sangat kesusahan mencari senderan padahal terdapat di sampingnya.
hal tersebut membuat Diska tidak menginjak tangga terakhir. ia terjatuh, gelas yang ia bawa mengalami hal sama hingga menjadi serpihan kaca.
"Damm..."
Pria yang tatapan fokus pada layar handphone seketika memalingkan tatapan tersebut saat mendengar barang kaca terjatuh.
Mencari sumber suara itu, tatapan Sino berfokus kepada Dalnim dengan keadaan duduk tersungkar, yang tepat di hadapan gadis itu terdapat serpihan kaca.
Membuat Sino terkejut, segera berdiri dan menghampiri Dalnim. Menyamakan posisi, Sino malah dikejutkan dengan tangan gadis tersebut yang terluka akibat serpihan kaca.
"Jalan aja lu masih jatuh."
"Sok - sokan ikut balapan."
"Bentar, gue ambil kotak p3k dulu."
Dalnim tak membalas ucapan Sino, ia lebih memilih mendengar dari pada menjawab. Sino kembali berdiri menuju bawah tangga untuk mengambil kotak p3k.
"Sial.. berkasnya pake ketinggalan segala." celoteh Jondi.
Ia bergegas berjalan cepat menuju ruang kerjanya untuk mengambil berkas sebelum kembali ke perusahaan.
Sebelum tiba di ruang kerja, lebih tepat saat di ruangan keluarga, Jondi terkejut melihat seorang gadis tengah duduk dengan serpihan kaca di hadapan dirinya.
Lelaki itu segera berlari menghampiri Diska. mengangkat dengan perlahan badan Diska agar sedikit menjauh dari serpihan kaca tersebut.
saat Membawa Diska kearah sofa, dia hampir saja jatuh bersama diska, Jondi terkejut akan suhu badan diska seperti cuaca saat siang hari.
"Masih pagi ini dek."
"kenapa panas banget."ucap Jondi saat memegang dahi diska.
"Udah minum obat belum ?"
Melihat jari Diska yang berdarah, kepanikan Jondi semakin bertambah, ia membangunkan diri lagi untuk mengambil kotak p3k.
namun langkahnya diberhentikan saat sino datang dengan barang yang akan diambilnya.
"SINO !"
"Adek kenapa bisa kaya gitu ?"
"Kenapa dibiarin didepannya ada serpihan kaca ?"
"Berisik lu bang."
"Kenapa lu ada di sini lagi ?"
"Kerjaan lu dah selesai ?"
"Berkas saya ketinggalan, saya balik lagi mau ngambil berkas."
"Terus ? lu dah."
"Saya panik tadi, jadi saya undur sebentar untuk ngambil berkas."
"Lu cepatan ngambil dah, biar Dalnim gue yang ngurus."
"Berisik bang." gubris Dalnim.
bukannya kepusingan dan keberatan di kepalanya mereda, malah semakin bertambah.
Jondi menoleh, ia bertekuk lutut di depan Dalnim. medangkup lembut perlahan kedua pipi gadis berkaos oblong itu, dengan sesekali mengelus pelan kedua pipi tersebut.
"pusing ya ? mana yang sakit ?"
"Mau Abang beliin apa ? nanti saya usahain pulang cepet."
"martabak, kebab, dan... dessert, gue pengen dessert bang." sahut Sino.
"Anda bisa beli sendiri, kalo malas tinggal delivery."
"sip, lu bayarin."
"Iya, nanti kamu kasih ke saya uangnya. terus-"
"Terus nanti saya yang bayar-"
"mau momi..." ucap Dalnim tiba - tiba.
"panggilin momi..."
"Dalnim sakit, sama dengan ngelindur."
"Lu jangan jawab bang, nanti malah bahaya."
"Biarin aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments