Hanya kebetulan

{ Cerita ini hanya fiksi belaka yang     

                tidak di sengaja. Bila ada kesamaan    

                cerita, nama, atau           

             apapun itu mohon di maafkan }

________________

"Bang bisa cepetan sedikit ? saya cuma dikasih waktu 13 menit." protes Dalnim kepada abang ojol.

"Bisa mba, tenang saja" jawab santai Abang ojol

Hari libur pertama menjadi hari yang mengejutkan, setiap jam yang ada menjadi keajaiban atau pergantian hal menegangkan. Dimulai pagi terdapat sedikit sidang perdebatan yang sedikit menyuramkan hingga sekarang memiliki hari yang sedikit suram.

Sesudah sarapan selesai membuat rumah keluarga Gentara seperti tidak berpenghuni, semua anggota Gentara pergi bekerja di perusahaan masing - masing kecuali Dalnim. Dan sesuai perintah Dady yang mengharuskan tiga putra Gentara menghadiri meeting di sebuah perusahaan makanan.

Untuk Dalnim sendiri dia berniat menghabiskan waktu liburan dengan melanjutkan menonton sisa episode film yang belum terselesaikan. Tetapi, Dalnim harus menunda akibat perintah Dady menyuruh mengambil berkas perusahaan dan hanya boleh dikirim oleh Dalnim sendiri tanpa menggunakan black dan kendaraan lain. Cukup mengejutkan jika tidak boleh menggunakan black dan kendaraan lain, berarti hanya boleh menggunakan taksi dan ojol. memperkirakan waktu yang diberi hanya 13 menit Dalnim terpaksa memilih ojol motor untuk mengejar waktu.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai di perusahaan tetapi, walaupun datang tidak terlambat ia perlu menggunakan waktu untuk berhadapan dengan resepsionis dan satpam. Inilah alasan malas untuk ke kantor. Akan tetapi hal ini itu paling menyenangkan.

Ingat akan waktu yang tersisa, Dalnim bergegas masuk perusahaan sesudah membayar ojol dengan sedikit tergesa - gesa.

"Selamat pagi kak, ada yang bisa saya bantu ?." Sapa hangat resepsionis

"Hmm... kalo ruang meeting dimana ya kak ?." tanya Dalnim dengan terengah-engah

"Ruang meeting berada di lantai dua, ketika sudah sampai di lantai dua, belok kanan, ruangan ketiga dari ruangan pertama." penjelasan dari resepsionis

"Terima kasih." Meninggalkan tempat resepsionis dengan berjalan pelan menuju lift.

Meletakkan tangan di dagu sembari mengingat kembali perkataan petunjuk dari resepsionis "Lantai dua, belok kanan, ruangan ketiga dari ruangan pertama, oke oke. "

  ------------------

"Ruangan ketiga dari ruangan pertama, berarti ini kan ?." menunjuk ruangan tersebut.

Tok... Tok... Tok...

"Permisi....."

"Masuk."

Mendengar Jawaban yang memperbolehkan masuk, Dalnim membuka pintu ruangan tesebut untuk melangkahkan kakinya masuki ruangan dengan sedikit rasa ragu akibat suasana ruangan yang penuh obrolan seketika berhenti dengan kehadiran seseorang.

"welcome my sister." sambutan Bang Jondi

Hanya membalas dengan senyuman yang terus berjalan menuju tempat Dady berada untuk memberi berkas permintaan dirinya dan berharap segera keluar dari ruangan tersebut untuk menghirup kembali udara segar dengan penuh kesantaian.

"Ini dad pesanan nya." memberi berkas yang diminta.

"hahaha.. pesanan, ongkirnya berapa ?."canda Sino

"Dua puluh ribu dikali waktu 13 menit ditambah ongkos bensin dua puluh ribu." jelas Dalnim.

"Buset ongkos apa ongkos itu."

"Ya, memang segitu."

Hanya menghela napas dalam-dalam sembari menggeleng - gelengkan kepalanya seperti, hari tanpa berdebat serasa hampa "Lagi dan lagi kalian itu selalu seperti ini."

"Sudah - sudah, berhubung orang yang Dady bicarakan sudah berada di tempat bagaimana jika segera diberitahu tujuan Dady menggandakan pertemuan ini ? ." usul Jondi Stevan Gentara

"Baik, sebelum itu saya Alexander Gentara ingin memperkenalkan putri bungsu keluarga Gentara, Dia adalah Dalnim Bradiska Gentara, penerus terakhir perusahaan GF ( Good Food ). Dan pertemuan kali ini saya ingin kalian semua menjadi saksi perpindahan tangan perusahaan GF ( Good Food ) kepada Dalnim Bradiska Gentara."

Tangan yang berada di atas kepala Dalnim mengusak - usak rambut dirinya "Keren dek, bangga gue."

"Tapi kan---"

"Dengan kata lain walaupun perusahaan ini sudah beralih tangan tetapi tetap dipegang dengan tangan sebenar dan akan diberi pada waktu yang tepat tiba" lanjut penjelasan bang Jondi

Berbalik arah kepada Dalnim dengan berkas perusahaan yang sudah mengatasnamakan dirinya, Dady memberikan berkas tersebut untuk menyesuaikan tema pertemuan kali ini.

Tetap menerima berkas tersebut walaupun dengan penuh ragu - ragu, Dalnim membungkukkan badannya untuk memberikan rasa hormat sekaligus terima kasih kepada semua yang menghadiri pertemuan kali ini.

Bertepuk tangan atas pengalihan tangan perusahaan GF ( Good Food ), Dalnim berusaha tetap tenang sebelum membuka suara untuk menghentikan riuh tepuk tangan.

"Nah dek, ada yang mau disampaikan ?."

"Jangan tegang gitu, rileks dek."

"Bener, gue harus rileks huff..." batin Dalnim sembari menghela nafas.

"Selamat siang semua, saya Dalnim Bradiska Gentara sungguh berterima kasih atas kehadiran kalian semua. Saya tidak menanti hal ini terjadi tetapi saya sungguh terkejut akan hal ini yang terjadi begitu cepat, saya tidak yakin ataupun berjanji ketika perusahaan ini berada di tangan saya sepenuhnya berjalan dengan baik, walaupun begitu mohon bimbingannya dan semoga bisa selalu bekerja sama dengan baik Terimakasih." pesan Dalnim kepada para Rekan bisnis yang berada di ruang tersebut.

Mendengar pesan Dalnim seperti seseorang yang sudah berpengalaman ruangan tersebut kembali riuh tepukan tangan sekalipun anggota Gentara, walaupun mereka sendiri tidak begitu menyukai kata tertengah Dalnim Bradiska Gentara.

Rekan bisnis 1 :"Ucapannya seperti orang berpengalaman."

Rekan bisnis 2 :"Betul sekali, padahal umur dia masih dibilang sangat muda."

Rekan bisnis 3 :"Antara ragu dan tidak ragu perusahaan ini dialihkan ke dia."

Rekan bisnis 4 :"Seperti tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan perusahaan."

Rekan bisnis 5 : "Walaupun begitu saya bersyukur perusahaan ini masih berada di tangan sebenar.

Keluarga Gentara hanya mendengar tanpa menegur - begitu pula dengan Dalnim, Mungkin perkataan mereka tidak semua nya salah.

Tak ingin ada kegaduhan akibat omong kosong belaka Dady membuka suara untuk mengalihkan topik. "berhubung sudah memasuki makan siang bagaimana jika kita menikmati menu makan siang perusahaan kali ini ?." ajak Dady kepada para Tamu.

"Ide yang cukup bagus" Jawab salah satu rekan bisnis.

 

 

Memasuki acara makan siang berakhir, ruangan meeting tersebut menjadi sepi tanpa ada seorang pun yang tertinggal, para rekan bisnis kembali ke perusahaan masing - masing. Jika keluarga Gentara mereka sedang berkumpul di sebuah ruangan khusus kedap suara yang memiliki suasana berbeda akan luar dan dalam, bisa dibilang mereka sedang berdebat kembali.

"DALNIM !!." Bentak seseorang

Sudah terdidik keras bahkan sudah terbiasa memenuhi, menanggani keinginan dady yang tak terbantah sejak dini Dalnim hanya tersenyum dengan menjawab Santai tanpa kembali melempar kata yang bernada sama "Lagi dan lagi, kan Dalnim sudah bilang jangan terlalu cepat akan peralihan tangan perusahan."

"Bener dad, lagian Dalnim masih terlalu muda."

"Sino belum waktunya Anda membuka suara."

"Tapi kan bang---"

"SINO !!! TIDAK SEMUA HAL TERDAPAT BERHAK ANDA."

"Sorry dad."

"Sudahlah dad tenangkan dirimu dahulu, bukankah tidak begitu baik untuk melampiaskan amarahmu ke sesama makhluk sosial ? and I am so sorry dad, tidak semua hal yang Dady inginkan dapat saya penuhi dengan baik."

"Dua orang yang memiliki pendapat tanpa bisa di bantah ataupun membantah."

Memegang kedua pundak Dady untuk duduk sambil seraya memijat pelan kedua pundak tersebut untuk mendinginkan kembali pikiran dan perasaan.

"Rileks dad, jangan terpaku akan suasana, Tidak semua hal harus terlaksana dengan baik." kata bang Jack

"Dady tau akan hal itu, tetapi dady mau kalian mendapatkan masa depan terbaik."

Melangkahkan kaki untuk duduk di samping kuris kosong yang terdapat di samping dady seraya lebih mendekatkan diri untuk menenangkan sekaligus meyakinkan dengan memegang lembut tangan Dady.

"Dad, Dalnim di sini berjanji akan melanjutkan jika cita - cita sebenar Dalnim tercapai. Dalnim tahu bagaimana perasaan Dady yang menghawatirkan masa depan Dalnim, tetapi tolong beri waktu untuk lebih menjelajah jauh jalan Dalnim."

"Kamu ini hahaha...." tawa bang Jack

"Dengan kedua takdir disatukan pasti akan lebih cepat terselesaikan."

Dia mengerti bahwa tidak semua hal yang dia inginkan harus terlaksana dengan baik, sesekali dia harus lebih mendengarkan seseorang tanpa mempedulikan dahulu keinginan dirinya.

Sebelum berkata laki - laki berumur 46tahun itu tersenyum tipis sambil menyentil pelan dahi Dalnim.

"kamu itu, Dady beri waktu untuk menjelajahi jalan kamu sampai kamu berumur 20tahun, jika tidak ada perkembangan kamu terpaksa meneruskan dengan target yang berbeda setiap Minggu tanpa bisa mengulangi kembali."

"Cuma tiga tahun, Dad itu terlalu sebentar." protes Arsino

"Memiliki satu kesempatan di setiap kesempatan."

"Tiga tahun ? memiliki satu kesempatan di setiap kesempatan ? WAH... TIDAK ADA GAME YANG LEBIH SERU DARI INI." ucapannya dengan penuh semangat

"Gimana Dalnim ? apakah Anda setuju dengan perjanjian kali ini ?."

"Thanks dad, saya sangat - sangat menyetujui perjanjian kali ini."

"Tapi kan dek it---"

"Ayolah bang, kesempatan langka untuk memainkan game secara nyata."

"Ingat dek satu kesempatan !." menggulang kata kembali

"Inget dong." jawab semangat Dalnim

"Mau gimana lagi." ucap pasrah Sino

"Dengan begini masalah terselesaikan dan tidak lagi terjadi perdebatan." mengeluarkan suara relatif kecil

"Mungkin salah bang, pasti takdir akan berkata lain dan ini hanya kebetulan damai, kebahagiaan semata." jawab Dalnim yang mendengar

Ruangan khusus kedap suara terdapat di masing - masing perusahaan gentara, ruangan tersebut bertujuan untuk membahas mengenai perusahaan bahkan untuk pertemuan atau meeting bila terjadi di setiap perusahaan gentara. Terkadang juga di pakai keluarga Gentara untuk menonton atau menyelesaikan perdebatan seperti yang terjadi tadi.

Ketika perdebatan menemukan jawabannya dan kembali damai, kepala keluarga Gentara menyuruh tiga putra Gentara kembali ke perusahaan mereka masing - masing untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Begitu pun dengan Dalnim dia diminta untuk menemani Arsino kembali ke perusahaan hingga pekerjaan dia selesai.

"Untung ikut lu paan ?."

"Ada, dah lu diem aja."

Mengikuti langkah Sino menuju ruangan kerja dirinya yang terbilang cukup berbeda dari ruangan lain.

Mengambil kursi berbeda Dalnim menidurkan dirinya sembari bermain handphone. Mengambil Tablet dilaci meja, Sino kembali berjalan ke arah Dalnim untuk mengembalikan tablet dirinya.

Mendaratkan pipi bokong di depan kursi kosong depan Dalnim, Sino kembali menaruh tablet berukurang melebihi tangan itu di depan meja dirinya.

"Nih untung ikut gue." sambil seraya menaruh tablet di meja.

Sebelum berkata wanita tersebut menggangkatkan badannya untuk kembali duduk sehingga dapat dengan muda mengambil tablet. "Gue kira hilang."

"Kemarin gue buru - buru jadinya salah bawa."

"Gitu ternyata."

"Habis dari sini lu mau kemana ?." tanya nya yang kembali sibuk mengetik keyboard laptop

"Mau ke markas, tadinya juga selesai nonton gue mau ke situ." Menjawab dengan asik menonton film anime.

Tercengang atas jawaban Dalnim, sino berhenti mengetik keyboard laptop. wajahnya yang berubah drastis dari sebelum hingga menekukan tangannya di depan dada sembari menatap serius Dalnim yang masih terbawa akan suasana film yang ia tonton "Lu masih ikut geng motor drak kode ?." kembali tanya nya.

"Hooh." masih menjawab santai.

"Masih main di sirkuit ?." menanya kembali.

"Iya dong bentar lagi gue main."

"Lomba ? Lo lupa ya kan Dady dah ngelarang lu main di sirkuit lagi !." tintanya tegas

"Hahaha....tenang saja, Dady dah tau. Semua."

"Syukur."

Menaro tablet di meja, Dalnim berdiri dan menggangkatkan kakinya untuk berjalan menghampiri Arsino dan duduk di sampingnya. "Hmm.. Bang gimana kalo kita taruhan ?, kalo gue menang lu gak boleh ngelarang atau ngungkit hal, kejadian, apapun itu yang sudah berlalu dan yang gue lakukan."

Merasa tertarik, Sino menjentikkan jarinya yang berarti di benak Sino terdapat ide taruhan cukup berbahaya. Mendekatkan dirinya kepada Dalnim, dengan sengaja tangannya bergerak menuju pipi Dalnim yang berniat untuk mencubit pipi chubby adiknya. Sekilas menatap wajah wanita di depan dirinya dan dibuat terpesona oleh mata indah perempuan tersebut dengan air yang hampir menetes dari matanya.

Semakin dibuat terlena oleh mata yang berkaca-kaca, tanpa sadar Sino telah menatap adiknya melebihi waktu lima detik. Perlahan sadar apa yang tengah terjadi, sino menggerakkan badannya untuk memeluk adiknya agar air di matanya tidak jatuh terlalu banyak.

Melepaskan pelukan, menatap kembali sembari seraya membersihkan air mata yang menempel di pipi Dalnim.

Dalnim mengerutkan dahinya heran atas apa perlakuan yang terjadi. "Kenapa lu bang ?." bertanya dengan heran

"Harusnya gue yang nanya ke lu, lu yang kenapa ? masa dicubit gitu doang nangis."

Kembali mencoba menjerna kejadian yang terjadi dengan perkataan Sino sekarang, Dalnim tak tahan akan rasa menggelitik untuk menggeluarkan tawanya.

"Hahahaha.... aduh.. hahaha.... wahahaha.... aduh Sino... lu goblok banget." katanya dengan tertawa terbahak-bahak hingga terjungkal dari kursi.

Melihat Dalnim terjungkal, Sino ikut tertawa atas musibah yang terjadi sebelum menolong wanita tersebut. Hal manusiawi tertawa menolong.

"Awas jatoh hahaha....." mengulurkan tangannya untuk membantu Dalnim berdiri

Tak ragu - ragu, Dalnim segera menerima uluran tangan Sino untuk segera berdiri. "Sial, thanks."

"Kenapa bisa sampe gitu anjir hahaha..." kembali teringat atas musibah menimpa Dalnim yang menghasilkan tawa Sino kembali.

"Badan Hulk hati hello Kitty, mudah banget terbawa perasaan kalo soal wanita Haha...."

"Emang gue salah ? lu kan memang cengeng."

Kehilangan kesabaran yang dimiliki dirinya, Dalnim memberdirikan badannya sambil berjalan mendekat arah sofa untuk Menggambil bantal dan melempar ke arah Sino dengan tenaga dalam yang dimiliki dirinya.

"Soto ayam Lo, mata gue berkaca - kaca tadi karena gue keinget ending anime yang gue tonton tadi." katanya kesal setelah melempar bantal ke Sino.

"Gitu ? berarti gue salah dong ?."

Kembali fokus kepada handphone dalam menjawab singkat perkataan Sino "Yoi."

Sama seperti yang dilakukan wanita didepan dirinya, Sino kembali mengetik keyboard laptop untuk menyelesaikan pekerjaan dirinya.

Tak berselang lama, Sino kembali membuka suara untuk mengeluarkan ide taruhan di benaknya, dengan jari - jari mengetik keyboard laptop dan tatapan fokus akan layar laptop.

"Dek taruhan dari gue ketika lu kalah lu gak boleh main di sirkuit lagi."

"Hanya sirkuit ? jika--"

Sino memotong ucapan Dalnim yang sudah tau akan arah pembicaraan yang akan dia keluarkan. "Hanya sirkuit, anda setuju ?." pemastian Sino

"Saya setuju." Mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan sekaligus menggikari perjanjian kali ini.

PUKUL 18.27

Sudah hampir sehari Dalnim menemani Sino bekerja, kini waktunya mereka kembali ke rumah untuk membersihkan, mengistirahatkan diri mereka.

Memang masalah itu bisa datang kapan saja, dimana saja dan bisa terjadi dengan siapa saja bahkan sering terjadi atau menimpa Dalnim dan Sino. Jika bisa dibilang bukan masalah yang menimpa mereka tetapi mereka yang mencarinya, seperti perdebatan akibat memilih makanan seketika pulang dari kantor.

Dalnim itu seperti brand ambassador Samsung walaupun tidak resmi, dia hanya memakai barang komunikasi walaupun ada beberapa yang bukan barang komunikasi ia miliki. Dan kira - kira seperti itulah tablet milik Dalnim yang salah di bawa Sino.

Smartwatch Dalnim itu adalah yang paling berguna di masa depan.

THANKS YOU ALL I really appreciate it

JANGAN LUPA KOMEN AKAN CERITANYA.

DI TULIS DENGAN 2225 KATA

감사 해요

Terpopuler

Comments

Mayko Xianka

Mayko Xianka

Gilaaa Sino

2021-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!