Terima kasih Sino

{ Cerita ini hanya fiksi belaka yang     

                  tidak di sengaja. Bila ada       

                          kesamaan    

                         cerita, nama, atau           

                   apapuun itu mohon di maafkan }

                           ________________

Wanita tersebut mencubit terlebih dahulu lengan Sino. "Serah lu dah..., Cepetan balikin celana gue."

"Sakitt.. "mengusap-usap pelan bagian lengan dirinya. "lagian lu ribet banget tinggal beli lagi aja, apa susahnya ." Ucap lanjut Sino.

Menyodorkan tangan dirinya dihadapan Sino."Kalo gitu sini bagi duit lu."

Menurunkan tangan Dalnim, Sino menaik turunkan kedua alisnya heran ia pura - pura tak mengerti kata yang dikeluarkan Diska.

"Buat apaan ?"

"Gue doain lu dongo beneran." 

"Jangan gitu dong, Tidak baek."

"Ya, iya. Kalo gitu sini balikin...!" Ucap Dalnim ngegas

"Aduh - aduh nangis dulu gak sih."

"Kok ngeselin ya, sabar - sabar." Mengelus - elus dadanya pelan.

Sino melihat Diska yang sabar menanti kembali barangnya dari pasrah hingga sabar menghadapi sifat dirinya.

Karena jiwa Sino masih memiliki rasa belas kasih ia berniat mengambilkan barang Dalnim tetapi dengan satu syarat dari Sino untuk Dalnim. Antara kesempatan diantara kesempitan atau menambahkan beban diantara beban ?.

SINO - SINO...

"Gue balikin celana lu, tetapi dengan satu syara-"

Dalnim refleks berdiri dari kasur Sino dan beranjak keluar dari kamar Sino dengan diiringi ucapan. "Dady .. Where is it ?"

"Gak asik lu - gak asik."

"Bomat." teriak Dalnim.

Dalnim menyusuri lorong menuju kamar Alexander Gentara, namun saat di pertengahan lorong lebih tepatnya ia dikejutkan dengan seseorang yang membuka pintu kamarnya saat dirinya tengah asik berjalan.

Diska terkejut, berhasil membuat langkah Diska terhenti dengan berteriak "wahh.. momi..."

"sttt..."

"Ngagetin lu bang, mana masker lu putih bener kaya kertas gambar."

"Jangan gitu."ucap Jack.

Dalnim memperhatikan Jack dari atas hingga bawah yang hanya menggunakan celana pendek dan tshirt polos.

Bertanya dengan muka heran tak biasa."mau kemana lu bang ?"

"ke kamar Sino."

"Ngapain ?"

"Berisik banget tuh kamar padahal tuh anak cuma sendiri, kan gue jadi kepo, lu sendiri mau kemana ?"

"Ya... kalo gue mau minta duit ke Dady."

"Kasian nasib anak bungsu ya gitu."

"Iya ni tinggal minta, dikasih, nikmatin tanpa perlu kerja. gak kaya anak tunggal."

"Sial. nanti lu juga bakal ngerasain."

"IYOooo... i"

Dalnim kembali berjalan menuju kamar Alexander, sesampai kamar ia membuka pintu tersebut dan segera mencari orang yang ingin ditemuinya.

"Dad... dad" panggil Dalnim.

Merasa dirinya terpanggil Alexander menjawab terlebih dahulu panggilan Dalnim sebelum keluar dari ruangan kerja untuk menemui Dalnim.

"Kenapa dek ?" jawab Alexander.

"Dad, Dady tau gak ?"

"Kan adek belum ngasih tau jadi Dady gk tau."

"Gak salah." lirih Dalnim.

"Celana adek diambil Sino lagi.." lanjut nya dengan nada bicara geramnya.

"Lagi ? emang udah berapa kali dia ngambil ?"

"Satu kali, tapi waktu kemarin dia ngambil Hoodie Dalnim, Terus sweater terus This shirt. emang Sino gak punya pakaian ngambilin pakaian Dalnim terus ?" jelas Dalnim.

"Udah gitu gak mau diganti jangankan di ganti dibalikin aja enggak."sambung Dalnim.

Alexander Gentara mengangguk paham akan arti pembicaraan Dalnim. "Jadi.. inti pembicaraan ini adek mau minta Dady yang gantiin gitu ?"

"Nah... bener banget, tapi enggak juga."

Alexander Gentara menggeluarkan dompet pada kantong saku celananya, membuka dompet tersebut dan mengambil sebuah creadit card miliknya untuk diberikan kepada Dalnim.

Menyodorkan kartu tersebut kepada Dalnim, wanita tersebut dengan sigap mengambil kartu Alexander dengan dalam benak dirinya yang bertanya - tanya.

"Jadi creadit card itu mulai sekarang buat adek."

"Creadit card nya yang megang siapa ?"

"Dady sendiri, emang kenapa ?"

"Dalnim takut dibekuin atau semacamnya."

"Gak akan, kan Dady sendiri yang megang jadi hal begitu tidak akan terjadi."

"Beneran ?"

"Iya dek."

"Buat Dalnim kan ?"

"Iyaa.. buat adek."

"Horee... makasih ya dad, kalo gitu Dalnim mau langsung belanja. boleh kan ?" Dalnim bersorak ria sekaligus meninta ijin kepada sang Dady walaupun berbohong.

Alexander yang melihat tingkah wanita tersebut hanya tertawa kecil sembari memberikan jawaban untuk putrinya. "boleh - boleh, hati - hati dijalan ingat itu."

Sebelum benar - benar melangkah keluar kamar Alexander Dalnim menjawab kata Alexander dengan diberi acungan jempol diakhiri kata."Oke.. siap."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!