tempat moni

{ Cerita ini hanya fiksi belaka yang     

                  tidak di sengaja. Bila ada       

                          kesamaan    

                         cerita, nama, atau           

                   apapuun itu mohon di maafkan }

                           ________________

Sesuai dengan ucapan tadi, setelah selesai makan ia akan pergi ke bengkel, dan akan dijemput kembali oleh William.

Dalnim mematikan mesin motor black ketika sudah sampai pada depan bengkel langganannya, ia sengaja tidak menggunakan mesin motor sampai kedalaman bengkel.

Mendorong black masuk kedalam bengkel hingga ia letakkan black pada tempat perbaikan.

Melihat seorang gadis yang sangat tidak asing bagi dirinya, pria ini pun segera menghampiri Dalnim untuk bersay hai kembali.

"Dalnim." sapa pria berpakaian kasual itu.

"Ngapain kesini."

"Cari makan bang."

"Basa - basi elah, gimana keadaan lu ?"

"Seperti yang terlihat, baik."

Lelaki itu berjalan menuju motor Dalnim, mengelilingi motor hitam tersebut, mencari sebuah kerusakan pada black.

Dalnim mengikuti langkah pemilik bengkel langganannya sembari bermain handphone untuk mengirimkan pesan kepada William.

√ BNG William D.A •

online

"Di tempat bang." |

"Sip." |

"Gue berangkat skrng." |

Mematikan handphone terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam saku celana.

"Ada yang salah sama black ?"

"Gue jarang make, jadi gak ada."

"Palingan oli aja gue belum ganti."

"Jadi ganti oli aja ?"

"Ya, dicek juga bang bagian yang lain."

Ia tercengang, memberhentikan ucapannya sebentar sebelum kembali membuka suara "lu.. mau main lagi Dal ?"

"Iya, maka dari itu gue bawa black kesini."

"Kalo ada bagian yang rusak benerin aja bang, tadi gue hampir nabrak tukang cilok gara - gara rem kurang mengenakkan." penjelasan dari Dalnim akan kerusakan black.

"Kali ini taruhannya apa Dal ?"

"Mulut lu bang.., gue kali ini mainnya tidak liar."

"Lu disuruh Dal ?" nada bicaranya berubah seketika, ia takut kejadian masa lalu terulang kembali.

"Kemauan gue bang."

"Hmm.., kalo gitu lu mau janji sama gue ?" Pria itu memberikan jari kelingkingnya untuk menyepakati perjanjian.

"Janji apa ?"

"Lu harus janji, jika kejadian lu koma setahun gara - gara main liar tidak akan terulang lagi."

Dalnim yang sudah memberikan posisi jari kelingking sama dengan pria itu, menurunkan kembali tangannya, ia menyembunyikan kedua tangan kebelakang badan dengan disilangkan.

"Jika gue gak bisa janji, apa lu masih mau benerin motor gue bang ?"

"Ni cewek....."Tak habis pikir dengan pernyataan wanita didepannya, Dia memijat dahinya kebingungan.

"Gimana bang, bisa gak lu ?"

"Bisa cantik, buat kapan ?"

"Pertandingannya besok, lu bisa bang ?"

Pria berpakaian kasual itu benar - benar tidak bisa berpikir dengan jalan pikiran Dalnim, Apakah semua keluarga Gentara ini memiliki pola pikir seperti Dalnim ?.

"Keluarga Gentara satu ini.."

"Apakah seluruh keluarga Gentara ini selalu berpikir diluar otak ?" Dia menekankan katanya, mencoba sabar menghadapi pola pikir Dalnim.

"Gue akan kasih tau bang."

"kita itu terkadang berpikir didalam otak, namun, pemikiran tersebut tidak digunakan dengan luas, pemikiran pertama mengarah kepada ketakutan."

"Jika kita balik, berpikir diluar otak lebih menyenangkan, walaupun terkesan tidak masuk akal. hal ini dapat menyelesaikan dengan lebih cepat." Jelas Dalnim kepada pria berambut cokelat tua tersebut.

"Apalagi... lomba kali ini bisa dibilang tidak biasa."

"Misalkan gue menang, bengkel lu ini mendapatkan nama. "Goda Dalnim kepada pria kasual disamping dirinya.

"Itu juga jika lu menang, jika kalah ?"

"Anda mendapatkan jasa."

"Benar - benar keturunan Gentara satu ini..."

"Kenapa ? apakah anda tidak bisa ?"

"Gue usahain."

Drtt.. drtt.. drtt...

Handphone yang berada dalam saku Dalnim bergetar, Dalnim segera mengambil handphonenya, melihat seseorang menelpon dirinya.

📞√ BNG William D.A •

"Gue ada di depan."

"Lu dimana ?"

"Ada di dalam."

"Lu tunggu disitu, bentar."

Segera mematikan panggilan, dan memasukkan handphone bewarna hitam pekatnya kedalam tas ransel yang Dalnim bawa.

Wanita berhodie ini menggerakkan kembali kakinya, berjalan mendekat kepada pria berpakaian kasual sebelum menghampiri William.

"Bagus bang, lagipula saya akan bayar, tidak berhutang." bisik Dalnim.

Ia segera berjalan keluar, meninggalkan pemilik bengkel langganan dirinya.

Namun, setelah beberapa langkah. Dalnim kembali memberhentikan langkahnya, melanjutkan kata untuk pria lebih tua tiga tahun dari dirinya."Gue bercanda bang."

"Tolong benerin black bang, gue pamit dulu."

"Thanks bang." Teriak Dalnim sembari melanjutkan langkahnya dengan melambaikan tangan kepada lawan bicara, yang tak lupa juga dia iringi dengan senyuman bodoh khasnya itu.

Lelaki itu memasukkan tangannya kedalam saku celana, menatap pergi Dalnim dengan sepasang kedua mata yang terlihat sedih tetapi memberikan senyuman yang terlihat bahagia.

Saya terheran, siapa yang bodoh sebenarnya ?

"Dalnim Bradiska Gentara."

"Satu tahun yang tidak memiliki perubahan."

"Jika Jessica mendengarnya, dia pasti akan mewawancarai dirimu."

"Wanita muda yang tidak bisa merangkai kata - kata."

Tiba - tiba saja pria itu tertawa setelah mengeluarkan kata - kata menjijikan didalam dirinya. entah apa yang ada didalam pikirannya, Dia ingin selalu melihat Dalnim menunjukan senyuman itu kepada nya.

"Woiy Dalnim !"

"Sini - sini." William melambaikan tangan untuk menunjukkan dirinya berada.

Melihat lambaian tangan William, Dalnim pun berjalan menuju William berada.

"Mau kemana ?" tanya William kepada Dalnim

"Ayok, anterin gue ke tempat momi." jawab Dalnim bersemangat.

"Oke Come on."

"Tunggu - tunggu..." Jeda William.

"Tempat momi ? Maksud lu tante Jessica ?" tanya William ragu.

"Yes, my super women."

"Lu tidak perlu masuk, Cukup tunggu diluar saja."

"Oke - oke."

William membenarkan posisi duduknya, ia kemudian menyalakan mesin motor tersebut. Sekali memainkan gas kendaraan roda dua sebelum menyuruh Dalnim menduduki tempat belakang kendaraan roda dua tersebut.

"Silahkan naik, my baby."

Mendengar perkataan William, Dalnim menaiki motor William dan mendudukan dirinya pada kursi belakang. Memeluk tubuh William sebelum kendaraan itu berjalan, dia mendekatkan alat tubuh pengucap dirinya kepada alat pendengar William.

"Kata yang tidak pantas untuk dikeluarkan." kata Dalnim dengan suara kecil yang Dalnim keluarkan.

William yang awalnya menahan diri agar dirinya itu tidak ketahuan sedang salah tingkah, seketika berubah menjadi batu ketika Dalnim mengeluarkan katanya.

Tidak, dia menjadi batu bukan karena mendengar kata Dalnim. tetapi, karena Dalnim melepaskan pelukannya dari dirinya.

"Yah... by, kok dilepas."

Sebelum membuka suara, Dalnim memukul terlebih dahulu helm yang berada di atas kepala William, "Lu BISA JALAN SEKARANG BANGgg... ?" Dalnim menekan katanya untuk mencoba bersabar.

"Helm gue mahal ini."

"Bang William."

"Iya cantik." jawab William sembari menyalakan mesin motor kendaraan tersebut, meninggalkan tempat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!