Pandangan fokus akan jalan, begitu pula tangan yang masih stay menyetir mobil, Sino berniat membuka suara untuk lebih meramaikan suasana di dalam mobil yang hanya terdengar suara music, dan sedikit Suara film yang Dalnim tonton.
"Gue laper, kalo Lo gimana ?" Tanya sino kepada Dalnim.
"Sama." jawabnya dengan pandangan fokus pada tablet.
"Mau makan dulu gak ?"
"Boleh tuh, di warung angkringan depan. " request Dalnim.
Terkejut atas request Dalnim memilih tempat, Sino melihat ke arah kaca atas fashion yang ia gunakan "Gue pake beginian."
Dalnim menyeritkan dahinya heran "Terus, masalah nya apa ?"
"Gak cocok banget fashion sama tempat."
Sebelum berkata Dalnim mengepouse terlebih dahulu flm yang ia tonton "Alay gila, terus mau dimana ?"
"Kalo gak salah, gak jauh dari sini ada restauran gimana kalo disitu ?"
"Kelamaan nunggu di restauran." protes Dalnim
"Ribet gak sih ?"
"Memang, lebih baik di rumah."
"That's right."
Pembicaraan berakhir dan mereka kembali fokus pada pandangan masing - masing, begitupun dengan suasana yang kembali seperti semula.
Di tambah kemacetan jalan tak kunjung memudar, membuat rasa lapar dalam diri Arsino semakin tidak tertahankan.
Melebihi waktu Lima menit terjebak dalam kemacetan - Arsino mendecak kesal sebelum mengeluhkan semua beban dirinya.
Tin.. Tin... Terlihat bahwa jalan didepan sudah sedikit melonggar, akan tetapi mobil didepan Arsino tidak bergerak.Sino pun memutuskan menekankan klakson mobil untuk menggerakkan mobil didepannya tersebut.
"Mobil didepan ngantuk atau gimana ?" ucapnya kesal.
"Bang, didepan kan ada perempatan nanti lu jangan lurus tapi belok kiri terus lurus ada pertigaan lurus lagi sebentar- terus belok kanan."
Tak percaya akan perkataan Dalnim Sino memprotes kan usulan Dalnim tersebut "Nanti nyasar lagi ?"
"Kan hanya saran."
"Iya.. deh."
Perlahan sedikit demi sedikit kemacetan mulai memudar, mengembalikan jalan seperti semula dan dapat dilihat bahwa kendaraan berlalu lalang dengan lancar.
Tiba di perempatan Sino mengikuti saran dari Dalnim dengan keadaan ragu - ragu, karena, itu juga pertama kali bagi diri Arsino melewati jalan yang belum pernah dilewati sebelumnya.
Melihat ke kanan dan ke kiri dengan tatapan bingung, Dalnim yang tak sengaja melihat Sino tidak fokus pada pandangan jalan mengentak Sino untuk kembali fokus mengendara agar tidak terjadi hal tak diinginkan.
Membasahi tenggorokan terlebih dahulu, Dalnim mengambil botol minum yang terdapat pada tas miliknya , sebelum kembali bermain handphone dengan seraya mengentak Arsino. "Fokus bang ! tenang aja lu gak bakal nyasar."
Terkejut karena terlalu berpikir pada hal negatif sino kembali fokus menyetir dengan tangan satu dirinya yang menganggur di letakkan di atas paha Dalnim, merasa risih akan hal tersebut Dalnim menepis keras tangan Arsino.
Melihat julid ke arah laki laki di samping, Dalnim sesekali memalingkan matanya ke samping dan kembali fokus pandangan ke depan.
"Gue bilangin bang Jondi- mesum lo kumat."
"Wadul Sono wadul."
"Hahaha...." memegang lembut tangan Sino sembari mengelus - elus pelan tangan tersebut untuk menenangkan diri Sino. Sino yang sadar bahwa adiknya tengah menenangkan dirinya merasa lebih tenang dari sebelum, membalas dengan genggaman yang jauh lebih erat dari adiknya.
"Tenang bang, bentar lagi ada pertigaan, lurus sebentar- terus belok kanan and finished."
Mendengarkan saran Dalnim Sino Membelokan setir mobilnya seperti instruksi Dalnim dengan tatapan fokus akan jalan, sedikit melajukan dengan balap gas mobil tersebut dengan harapan segera sampai di kediaman.
Sekian dari lamanya perjalanan akhirnya mereka sampai di kediaman. Pak satpam yang segera membukakan pagar setelah mendengar suara klakson seperti biasa.
Kembali mengendarai mobil tersebut untuk benar - benar terparkir dengan aman di ruang garasi. Disuguhkan dengan pandangan mobil dan motor yang terparkir rapih pada garasi membuat Arsino sedikit bingung untuk memarkirkan kendaraan miliknya.
"Dek.. bingung gue mau parkir dimana."
Melihat sekeliling terdapat banyak tempat kosong untuk parkir bahkan anggota Gentara sendiri sudah membuat aturan sesiapapun yang melanggar, memarkirkan kendaraan tidak sesuai dengan kodratnya akan mendapatkan hukuman. itulah mengapa garasi Gentara selalu tertata rapih kendaraan. Mungkin Arsino sedang modus kepada Dalnim ?
Merasa lelah dan tidak ingin membuang-buang tenang untuk hal tidak berguna Dalnim hanya bicara pasrah sambil menunjuk tempat kosong untuk memarkirkan kendaraan Arsino. "Sebelah kiri sana kosong."
Dengan sigap Arsino melihat ke arah yang Dalnim tunjuk untuk memastikan ucapannya, terlihat bahwa tunjukkan Dalnim sesuai dengan perkataan Sino segera memarkirkan kendaraan di tempat tersebut.
Segera turun dan berjalan untuk menghitung kembali jumlah kendaraan yang terparkir di garasi.
"Sembilan... sepuluh... sebelas....dua-- Lah kok ?" menggaruk tengkuk nya bingung.
Sino yang dari tadi memperhatikan Dalnim menghitung kendaraan dengan ujung kebingungan, terheran - heran sendiri melihat perilaku wanita yang jauh lebih muda dari dirinya.
Kasian kepada Dalnim yang dari tadi kebingungan seperti orang salah alamat, sino berjalan mendekatkan diri kepada Dalnim untuk menanyakan apa yang tengah terjadi.
"Kenapa lu ?"
"Kayaknya udah pada Dateng semua deh, tapi kaya ada yang kurang gitu ?"
Berjalan ke arah belakang badan Dalnim Sino meletakkan tangan dirinya di punggung wanita tersebut agar berjalan meninggalkan garasi.
"Sino !!! nanti dulu woiy." teriak Dalnim.
Memandang sadar wanita di depan dirinya bahwa lebih pendek dari dirinya. "Hahaha.... lu pendek banget ternyata."
"Terus masalah sama lu nya apaan ?"
"Gila, sinis amat santai - santai."
Menepis tangan Sino si punggung dirinya dan berlari mendahului Sino.
Terkejut atas perilaku adiknya, laki - laki tersebut berteriak tidak terima. "DALNIMMM....."
Sangat menghiraukan Sino, wanita tersebut terus berlari hingga menabrak seseorang yang sedang berjalan ke arah dapur.
"Aduh.. anjir." Lirih Dalnim
"Pelan - pelan dek." Ucap laki - laki tersebut sembari menggulurkan tangannya untuk membantu seseorang berdiri.
"Thanks bang."
"Sans, dikejar apa sampe lari - lari ?" Tanya Jack kepada Dalnim
"Di kejar hama gede bang." Jawab Dalnim penuh dengan semangat.
"Ada gitu ? Hahaha... Dah kamu belum makan kan ? Ayok kita makan bareng." mengandeng tangan Dalnim dengan sedikit menarik untuk menuju ruang makan.
Dalnim yang merasa hanya pasrah menerima semua hal yang terjadi pada dirinya. capek man.
Sesampai di ruang makan Dalnim dan Jack di suguhkan pemandangan Alexander Gentara tetapi, mereka lebih di kejutkan dengan keberadaan Sino yang jauh lebih dulu tiba di tempat. apakah dia memiliki kekuatan teleportasi ?
Berjalan ke arah meja makan untuk segera melahap dan membaringkan tubuh, melepaskan semua lelah hari ini.
Memperhatikan satu - persatu anggota yang berada di ruang makan, Dalnim mengingat sesuatu dan dia merasa seperti ada seseorang orang tidak hadir dalam makan malam kali ini.
Ingin menanyakan mengapa dia tidak Hadir kali ini, tetapi Dady sudah membuka mulut untuk memberitahu terlebih dahulu.
Membasahi tenggorokan dahulu sebelum memberitahu agar tidak terlalu bosan mendengar suara dirinya.
"Jondi bilang dia ada kerjaan tambahan, mungkin dia akan pulang larut malam nanti."
"Kasian." ucap Dalnim pelan.
Jack yang mendengar perkataan Dalnim tersebut menjawab sesudah mengunyah makanan.
"Dia bukan anak kecil lagi dek, jangan terlalu mengkhawatirkan."
Mendengar perkataan Jack Dalnim hanya tersenyum kecil sembari menghabiskan makanan miliknya.
**MOHON MAAF BILA ADA PENULISAN KATA ATAU KEKURANGAN DALAM CERITA.
DI TULIS DENGAN 1081 KATA**-
**TERIMAKASIH SEMUA YANG SUDAH MEMBACA DAN JANGAN LUPA KOMEN DAN VOTE AKAN CERITANYA**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments