{ Cerita ini hanya fiksi belaka yang
tidak di sengaja. Bila ada kesamaan
cerita, nama, atau
apapun itu mohon di maafkan }
_________________
"Kenapa kebangun dek ?"
"Entahlah."
Sedikit menambahkan hiasan kepada masakan sebelum dibawa ke meja makan untuk dinikmati bersama.
Seperti pelayan restoran Dalnim menirukan gerakan bahkan nada bicara saat memberikan hidangan pesanan pelanggan.
Memberikan pesanan jondi yang diiringi dengan nada bicara tidak biasa. "Ini mie goreng dengan dua telur goreng."
"Dan satu lagi ?" menunjuk kepada piring di tangan Dalnim.
"Ini punya Dalnim, mie goreng telur mata sapi."
"Ayo tukeran dek, keliatannya punya kamu lebih menggoda."
"Jika sudah pesan tidak boleh ditukar."
"Yah..."
"Selamat makan."
Mereka menikmati makanan mereka tanpa ada suara selain kecapan mulut dan ketukan alat makan dengan piring. menyeramkan namun menyenangkan.
Jondi yang tidak suka akan suasana canggung ini, membuka suaranya untuk memecahkan suasana horor ditempat.
Meletakkan sendok dan garpu di piring, mengambil segelas air yang berada di samping piring makannya, meminum air putih tersebut, dan kembali menaro segelas air itu pada tempatnya kembali.
Sebelum membuat suara jondi sesekali melirik wanita dihadapan dirinya yang tengah asik menikmati masakannya. "Dek." panggilnya.
merasa terpanggil, wanita tersebut menoleh ke arah seseorang yang memanggil dirinya. seolah bertanya "ada apa ?"
"Besok adek sibuk gak ?" kembali tanya jondi.
"malam adek sibuk nya, emangnya kenapa ?"
"Malam ya ? kenapa harus malam coba ?" teringat akan jadwal esok Jondi langsung melanjutkan perkataannya dengan semangat. "oh iya jadwal besok kan cuma setengah hari."
Tak mengerti apa yang dibicarakan pria tersebut, Dalnim hanya mendengarkan sembari menikmati makanannya.
Kembali melanjutkan perkataannya setelah memasukan satu sendok mie goreng kedalam mulutnya. "Jadi.. besok temenin Abang nonton, bisa ?"
"Bisa." sahut Dalnim.
"Oke sipp.. besok adek ke kantor Abang pukul 11 : 56 siang.
Mendengar perkataan tersebut Dalnim terkejut yang membuatnya menatap pria didepan dirinya seperti bertanya "mengapa ?"
Jondi yang tersadar segera melanjutkan kata dirinya untuk menjawab pertanyaan Dalnim. "Besok kan jadwal Abang setengah hari, Abang nyuruh adek ke kantor supaya kita bisa langsung jalan - sekalian gitu."
Ayolah Jondi... modusmu begitu kuat, sehingga mudah ditebak.
Paham akan pembicaraan Jondi, Dalnim mengangguk-angguk kan kepalanya sembari menjawab singkat . "gitu.., kenapa gak ketemuan aja ?."
Terguncang atas jawaban Dalnim, Jondi yang tengah asik mengunyah makanan akhirnya tersedak mendengar jawaban singkat Dalnim.
Uhuk.. uhukk... uhukk..
Sadar akan hal tersebut, Dalnim segera memberikan segelas air kepada Jondi.
"Pelan - pelan bang."
Uhuk.. Uhuk..
ekhemm...
"Hufff... lain kali jika bicara diperhatikan terlebih dahulu."
Mengangkat satu alis dirinya, Dalnim tak mengerti apa yang dibicarakan kakaknya. "maksud ?"
Mengeluarkan kata salah ucap, Jondi bingung harus menjawab bagaimana, dengan pasrah dia mau tidak mau harus menyetujui jawaban Dalnim.
"Sudah lupakan saja, besok kita ketemuan di tempat biasa saja."
Wanita tersebut hanya mendengar sembari mengangguk tanpa merespon kembali kata - kata sang pengucap.
Sang sinar kembali menggantikan malam, selalu senantiasa melaksanakan tugas dengan sempurna. Ini adalah waktu dimana para makhluk bernyawa membuka mata mereka untuk menjalankan aktivitas.
Tetapi, tidak semua makhluk dapat membuka mata mereka dengan segera, ada kalanya menjeda terlebih dahulu untuk mengumpulkan energi mereka dan ada juga yang kembali melanjutkan bunga tidur mereka.
Mana tipe kalian ? jika Dalnim dia adalah tipe mahluk yang kembali melanjutkan tidur, sesudah rumah tak berpenghuni Dia akan membuka matanya.
Seperti saat ini. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08 : 54 pagi, segera turun dari kasur untuk membersihkan diri sebelum menikmati sarapan.
Menuruni tangga dengan santai Dalnim melihat sekeliling lantai pertama yang hanya terdapat seorang wanita sedikit paruh baya tengah membersihkan ruangan makan.
Segera menghampiri wanita tersebut dengan lari kecil, sesampai di tempat Dalnim berjalan mengendap - ngendap dengan niat mengageti wanita tersebut.
2.....3....
"Se.....lamat pagi bi." langsung kembali berjalan santai seolah tidak terjadi sesuatu.
"Ehh....tikus kejepit aduh.. aduh..eh... aduh.. aduh.. " latah wanita tersebut.
Dalnim yang mendengar hanya bisa tertawa atas latah bi inah. "Ahahaa.. aduh... hahaha...."
Berbalik arah untuk melihat siapa yang mengageti dirinya, wanita tersebut langsung disungguhkan oleh seorang perempuan tengah duduk santai sembari meminum segelas susu.
Berjalan perlahan mendekati Dalnim dengan niat menyiapkan sarapan untuk Dalnim, namun Dalnim sudah terlebih dahulu membikin sarapan untuk dirinya sendiri.
Mengambil alih Dalnim sembari berkata"udah adek duduk aja, sini bibi yang nyiapin."
Mengambil kembali roti yang sudah berada pada tangan Bi inah dengan satu tangan dirinya menarik pelan tangan Bi Inah seolah menyuruhnya duduk.
"Udah bibi duduk dulu, bibi juga belum sarapan kan sekarang biar Dalnim yang bikin."
"Mau pake selai apa bi ? atau mau Dalnim bikinin sandwich ?" tawar Dalnim.
"Roti polos dengan teh manis hangat, itu mah lebih nikmat." Saran Bi inah. Namun saran itu menurutnya hanya candaan, namun perbeda pula penangkapan Dalnim.
"Tanpa isi, betul ?"
"Betul sekali." Sahut bi inah sambil mengacungkan ibu jari.
Dalnim yang berjalan pelan menuju arah dapur untuk mengambil gula dan teh hanya tertawa geli mendengar obrolan random mereka.
Membuka lemari berukuran sedang penyimpanan bahan - bahan untuk membuat minuman seperti gula, teh, susu sachet, atau minuman instan. Jika kaleng atau botol? Tenang, Keluarga Gentara sendiri memiliki lemari es khusus menyimpan minuman kaleng atau botol. jadi untuk sachet, kaleng, dan botol mereka memiliki tempat sendiri sesuai tahta mereka.
Ketika dibuka, terdapat banyak bahan dengan bermacam - macam nama dan bentuk siap seduh ataupun untuk siap bereksperimen. Mencari letak teh dengan teliti, Dalnim sedikit memoltotkan matanya agar lebih mudah menemukan. Agar tidak diomeli Dengan kata ada disini tetapi tadi tidak ada.
"Nah Nemu juga."
Segera berlari menuju meja makan dengan dua tangan Dalnim yang satu membawa teh dan membawa gula. Kelihatan sangat senang sekali dia.
"Jangan lari - lari dek, nanti jatoh." Tegur Bi Inah.
Meletakkan gula dan teh di atas meja, Dalnim mulai bergerak membuat teh manis hangat untuk bi Inah.
Tutorial bikin teh manis ala Dalnim :
1. Tuang air hangat.
2. Tambahkan teh.
3. Beri gula sesuai dengan selera.
4. Aduk air hingga gula larut dan air berubah warna.
Terakhir : teh hangat siap dinikmati.
Membawa teh tersebut menuju Bi inah berada dengan penuh kehati - hatian, meletakkannya dengan perlahan di atas meja makan.
Menerima teh pemberian Dalnim dengan sesekali melirik wajah Dalnim yang tersenyum tipis saat memberikan teh buatan dirinya.
Melihat wajahnya, begitu... indah.
menarik mundur kursi meja makan dengan perlahan, Duduk di kursi tersebut yang memiliki tempat samping Bi inah, sembari menikmati sarapan yang Dalnim buat.
"Gimana bi ? Enak gak ?" Tanya Dalnim.
"Yang mana dulu nih ? Ini atau ini ? Menunjuk kepada sepiring roti tawar dan segelas teh di hadapan dirinya.
"Dua - dua nya bi."
"Mana bisa dek."
"Bi inah keberatan umur."
"Tapi jiwa bibi masih umur belasan loh dek." Balasnya semangat.
Dalnim yang mendengar obrolan random mereka hanya bisa tertawa dengan tambahan Sifat komedian Bi inah.
Menaro selembar roti kepada piringnya, Bi inah kembali memperhatikan Dalnim dan tersadar ia menggunakan pakaian dengan rapih. "Dek.. habis ini mau kemana ?"
Dalnim yang ingin menggigit sandwich nya kembali harus menunda terlebih dahulu, karena dia harus menjawab pertanyaan Bi inah. "Ada deh."
"Yah.. mainnya rahasiaan."
"Haha... Sekali - kali Bi."
"Iya deh."
Sesudah sarapan selesai Dalnim kembali ke kamarnya untuk mengambil tas berwarna hitam berisi laptop, handphone, dan notebook dengan helm dan kunci motor.
kembali menuruni tangga dengan terburu-buru sembari memakai smartwatch nya di pergelangan tangan dengan sesekali menyalakan smartwatch itu untuk melihat jam kali ini.
Ingin berlari menuju garasi untuk mengejar waktu yang ada, namun saat tiba ditengah ruangan langkahnya diberhentikan oleh seorang wanita.
mengambil tangan wanita yang lebih tua dari dirinya, membalikan dan mencium telapak tangan tersebut. melepasnya dan berkata. "Bi.. Dalnim berangkat."
Bi inah hanya bisa terharu melihat perilaku Dalnim yang memperlakukan dirinya seperti seorang ibunya pada saat mominya masih bersama hingga sudah tak lagi bersama.
"Iya hati - hati dek, Jangan ngebut - ngebut."
"Sip.."
Pembicaraan berakhir, Dalnim segera berlari kembali menuju garasi sebelum dia datang terlebih dahulu.
15 sampai di tempat.
Dalnim memarkirkan kendaraan roda dua miliknya pada halaman teras cafe langganan dirinya.
Membuka pintu utama cafe tersebut dan terus berjalan santai menuju meja yang berada pada samping jendela dengan tempat paling pojok. tempat yang jarang dihuni oleh pengunjung.
"Eh.. Dalnim." sapa barista.
"Biasa bang."
"Es cappucino ?"
"Yoi."
Menaro tas dirinya pada kursi kosong sampinya, menarik mundur kursi satunya untuk tempat duduk dirinya. membuka tas ransel hitam tersebut untuk mengambil handphone sebelum diletakkan di meja.
Mengambil earphone pada saku bajunya, memasang earphone tersebut pada telinga dirinya yang sudah terdengar alunan music. memandang sekeliling caffe dengan tatapan akhir yang tertuju pada tulisan "ALL YOU NEED IS LOVE" bewarna kuning yang memiliki cahaya merah, memberikan warna setengah berbeda pada cafe tersebut.
memberikan pesanan Dalnim sambil berkata "Silahkan dinikmati."
Mengambil pesanan dirinya yang tak lupa mengucapkan terimakasih. "Thanks bang."
"You are welcome." berbalik arah dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Melihat pada jam tangan dirinya yang sudah menunjukkan pukul 11.20, Dalnim kembali mengambil handphonenya untuk mengirim pesan pada jondi.
BANG Jondi Steven
online
"Bang." | 11.20
"Dalnim dah di tempat." | 11.21
"Bohong nih." | 11.21
Fhoto | 11.21
"oke sip, Abang jalan sekarang." | 11.23
"👍." | 11.24
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments