Setelah keluar dari gedung itu, Gilang berjalan sempoyongan sambil membopong mayat pak Herdi.
Gilang terus memikirkan semua yang terjadi. Kenapa harus Pak Herdi, bukan dirinya. yang meninggal kenapa harus orang baik seperti Pak Herdi yang meninggalkan mereka duluan.
Tak jauh dari pintu keluar ia malah ambruk di tengah jalan. Badanya sudah tak kuasa menahan rasa sakit, serta kelelahan pasca pertarungan dengan orang yang membunuh pak Herdi.
Tak lama Ismira datang dengan berlari serta segera menyadarkan Gilang untuk berlari dari tempat itu. “Gilang....Gilang bangun.. kita harus pergi dari sini!!!..” ucap Ismira sambil terus mengoyang-goyangkan tubuh Gilang.
Sekilas ia melihat wajah wanita itu, terduduk sambil mencoba mengoyang goyangkan badanya. Pandanganya memudar, sesaat terlihat semua orang yang sudah meninggalkan terlebih dahulu melihatnya sambil tersenyum.
dan tak lama ia memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpi. Dalam mimpinya ia bertemu dengan wujud ibunya, menemuinya memberi semangat untuk meneruskan hidup.
“Terus hidup nak,... jangan biarkan dunia ini melunak sebelum kamu jadi keras..” ucapnya ibunya sambil memeluknya. serta mulai memudar dan membuat Gilang terbangun di atas kasur sebuah ruangan yang entah di mana.
Sesaat ia melihat pundak kananya yang terlihat sudah terbalut kain kasa, menandakan ia telah di obati seseorang. segera ia membangunkan badanya untuk mencari Ismira.
krekk.... Suara pintu terbuka.
Ismira datang kehadapanya dengan raut muka marah. Serta langsung menampar keras muka Gilang.
Plak........
“Orang bodoh!!... Cukup pak Herdi yang menginggal.... Jangan jadi orang bego buat balas dendam!!..” Ucap marah Ismira. Sebari langsung menutup mukanya yang tak ingin Gilang melihatnya menangis dihadapanya.
Sesaat Gilang terdiam, terduduk mematung mencerna semua. Tak sepatah kata keluar dari mulut Gilang yang sedikit mengeluarkan darah di ujung mulutnya,
Ia tertunduk termegun, dengan apa yang ia lakukan sebelumnya. sesaat ia melihat Ismira tertunduk menutup mukanya dan melihat gadis itu menitikan air mata yang keluar dari dagu manisnya.
Segera ia menarik ujung baju yang di digunakan Ismira namun segera di tepis, dan balik di caci maki oleh gadis itu.
“Jangan tarik tarik aku!!... Aku ga mau deket deket orang bodoh, gila, sama gak punya otak!!... ” cacinya sambil mengibas ngibaskan tanganya tanda ia tak ingin di sentuh.
Segera Gilang memeluknya dan mengucapkan permintaan maafnya dan berhasil menghentikan kibasan tangan gadis itu.
“Iya aku tol#l.. Maaf ya."
Ucapnya Setelah ia memeluk Ismira. Ia mengeluarkan secarik keretas dari saku celananya dan liontin yang sebelumnya bawa dan di gunakan oleh pak herdi ke tangan kanan Ismira.
“baca...”
Ucap Dingin Gilang sambil berjalan dari ruangan itu.
Tak lama, terdendengar jerit tangis Ismira. Dan Gilang menutup pintu itu rapat rapat serta terduduk di balik pintu itu sebar menangis menutupi mukanya.
Mereka arut dalam kesedihan untuk sesaat. Tak lama keluar Ismira membuka pintu sambil terlihat sembab menandakan ia menangis cukup lama.
“Kita harus pulang ke rumah pak Herdi, yukky nunggu kita...” ucap dinginya, sambil berlaju menuju tasnya dan segera mengendongnya. “Ayo” ucapnya sambil menaikan maskernya.
Mereka pun kembali keluar melanjutkan perjalanan serta tak ada sepatah katapun mereka ucapkan selama perjalanan, yang menambah kesan sunyi. Tak berasa matahari pun terbenam, mereka berduapun berhenti sesaat dan memutuskan istirahat sambil mengisi perut.
“Kita istirahat kan Mi??...” Ucap tanya Gilang yang langsung di tolak mentah mentah Ismira.
“Ngapain istirahat??...Yukky nungguin di rumah!!...” ucapnya sambil memasang senter kepala dan segera melemparkan botol air kearah Gilang.
Setelah melanjutkan perjalanan, mereka akhirnya sampai Di depan pintu garasi rumah pak Herdi. dan akan masuk tetapi tangan mereka terasa sangat berat untuk menarik gagang pintu.
Namun Ismira menarik pintu garasi dan berjalan, namun di hentikan oleh Gilang. “Mi,... biarin aku yang ngomong!!..” Ucap Gilang yang menarik lengan Gadis itu tetapi segera di tepis olehnya.
“Dah aku aja, aku tau hati cewe!!.. Gak kaya kamu!!..”
Ucap ketusnya yang segera memasuki rumah dan segera memeluk anak gadis itu sambil meminta maaf karena gagal untuk kembali bersama ayahnya.
“Dek... maafin mbak.. mbak bener-bener minta maaf...papa...papa kamu... meninggal....” sontak Yukky menutup mulutnya dan memundurkan badanya, badanya bergetar hebat mendengar kabar ayahnya mati.
“Gak... gak mungkin... papa...” ucap anak gadis itu tak menyangka bahwa orang yang sangat ia cintai pergi untuk selama lamanya.
Tak lama Ismira memberikan secair keretas dan liontin yang sebelumnya di berikan oleh Gilang, yang membuat Gadis itu terduduk tertegun dan untuk sesaat gadis itu terdiam tampa kata-kata.
“papa.....”
Ucap gadis itu menitikan air mata. dan segera berlari menuju kamar ayahnya. Meningalkan Gilang dan Ismira di ruang tengah.
Sesaat mereka berdua hening, melihat sikap Ismira yang seakan berubah menjadi Dingin. Gilang mencoba menanyakan tengtang keadaan gadis itu.
“Mi kamu kenapa??...Sikap kamu berubah..”
sambil berusaha memegang pundak gadis itu, namun ia melihat air mata juga menetes dan membasahi muka gadis itu.
Segera gadis itu membalikan badanya, dan menatap Gilang dengan tatapan kosong.
“Semua kejadian ini gak mungkin terjadi kan Lang...”
Ucap Ismira sambil terlihat hidungnya yang mengeluarkan darah dan tak lama kemudian gadis itu pun pingsan dan tak sadarkan diri.
Sontak Gilang segera berlari dan membopong kepala ismira “Mi...mi...” ucap Gilang sambil mencoba membagungkan ismira, namun gadis itu tak kunjung bangun-bangun. Dan segera membopong gadis itu ke atas kursi dan menidurkan gadis itu.
Segera ia mengeluarkan air botolan dari tasnya, untuk mencuci muka gadis itu.
Setelah semua beres, ia duduk termenung melihat semua terjadi. sesaat ia teringat dengan ucapan pak Herdi yang membuatnya kuat dan yakin untuk menjalani hidup, namun sekarang ia ragu dengan ucapan itu.
“Kenapa semua harus kejadian gini!!." keluhnya sambil menutup mukanya.
Tak terasa matahari pagi pun mulai menyinari bumi yang masuk dari sela sela ventilasi jendela, dan membangunkan Gilang dari tidurnya.
"emmmm"
Erangnya sambil meregangkan badanya, serta berjalan menuju kamar mandi. Sebari membawa sebotol air dan beberapa potong roti untuk di simpan di depan kamar pak Herdi untuk Yukky. yang mungkin dari kemarin belum makan.
Tok...
tok....
tok...
suara pintu di ketuk sambil menaruh roti di depan pintu.
Ia langsung membasuh mukanya dan segera meminum sisa air di botolnya untuk melepas hausnya, dan segera berjalan keluar dari kamar mandi.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka yang ternyata Yukky keluar dari kamar almarhum ayahnya, sambil membawa tas dan sepucuk surat.
"Dek.. maafin kak Gilang gagal..." ucap sesal Gilang sambil menundukan kepalanya.
"Udah kak gak apapa.... dek yukky udah ihklas. Sekarang dek yukky tau rasanya kehilangan. sama kaya kak Gilang ma mbak Ismira " ucap tegas gadis itu membuang semua kesedihan yang ia rasakan.
"kak Gilang.. Izinin de yukky ikut kalian!. karena papa percaya sama kalian!!.."
Sambil menunjukan secarik keretas di lenganya dan mengambil sepotong roti dari depan pintu yang sebelumnya di letakan Gilang.
Segera Gilang mengambil secarik keretas itu dan membaca isi keretas itu, yang ternyata berisi tulisan tangan pak Herdi. yang menitipkan anaknya pada mereka jika ada hal buruk terjadi pada dirinya.
Sesaat ia membaca dan sedih, karena begitu percayanya pak herdi pada mereka berdua, yang sekarang ia harus menjaga dan menjadi sosok 'Kakak' bagi yukky.
"Dek,.. kak Gilang janji, sampe kak Gilang mati,bakal jaga Kalian apapun yang terjadi. " ucapnya sambil berlutut di depan anak itu. dan memberikan simbol janji dengan jari kelingking tanda ia berjanji.
"Sekarang, kamu bangunin mbak Ismira deh... kayanya dia tidur di kamar kamu!!.." ucap Gilang sambil mengusap rambut Gadis itu.
Segera gadis kecil itu belari menuju kamarnya namun ia kembali datang dengan secarik keretas dari Ismira yang meningalkan mereka.
"kak...Mbak ismira Ga ada!!..."
ucap gadis itu pucat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments