Setiap harinya Zoya ingin selalu tampil cantik, bahkan ia selalu bersemangat karena Aiden. Sementara Aiden, tengah merapikan dasi dan jasnya di depan cermin. Setelah itu ia menuruni tangga dan menyusul orangtuanya sarapan.
"Mama, papa!" sapa Aiden lalu duduk di kursi dan memulai sarapan.
"Pa, kok papa jarang ke perusahaan saat ini. sebagai direktur utama, papa harus banyak mengurus pekerjaan tau, atau kita tukar posisi aja, pa. Sebagai CEO aku benar-benar kewalahan," keluh Aiden seraya memakan sarapannya.
"Nggak mau papa, papa udah lelah mengurus perusahaan terlalu menggebu-gebu, sekarang giliran kamu anak papa satu-satunya, Aiden. Papa percaya sama kamu, kamu masih muda tapi kamu punya skill yang mumpuni, papa bangga sama kamu! Jadi, jangan sia-siakan kepercayaan papa. Yaudah, papa duluan, ya! papa ada meeting hari ini dengan client, assallamuallaikum, ma!" ucap Hilman lalu Nike mencium tangan suaminya itu dan Aiden hanya menghela nafas.
"Semangat ya, nak! Papa kamu itu kalau sudah percaya sama seseorang ya demikian, kamu harus semangat karena papa kamu selalu mendukung kamu!" ucap Nike menenangkan anak lelaki yang berparas rupawan itu.
"Hum..iya, mama benar. Ya udah, aku juga mau ke perusahaan ma, assallamuallaikum!" ucap Aiden dan mencium tangan Nike lalu berpamitan menuju ke mobilnya.
"Waalaikumsalam." sahut Nike dengan senyumannya.
Sesaat mengemudikan mobilnya, Aiden teringat akan Zoya. Ia kan ingin meminta nomor ponselnya hari ini. Semoga ia tidak lupa.
Sementara itu, Keenan sendiri baru saja menyelesaikan sarapannya. Ia melihat dirinya di cermin, merapikan rambutnya dan menyemprotkan parfum ke pakaian dan tubuhnya. Seperti biasa pakaiannya selalu casual, kemeja kotak-kotak berwarna abu terbalut blazer hitam tipis.
"Siap!" ucap Keenan kemudian beranjak dari rumah atap dan menuju ke penyewaan taksi.
Namun, Chelsea menghubunginya memintanya menjemput. Ia sedang malas menunggu taksi. Tak lama Keenan beranjak menuju ke kediaman Chelsea. Setelah tiba, Keenan keluar dari taksi dan menunggu di depan rumah Chelsea. Beberapa saat kemudian, Chelsea keluar namun ia terantuk sesuatu sehingga Chelsea hampir terjatuh untunglah Keenan menangkapnya sehingga mereka berpandangan.
Deg..Deg..Deg..
Debaran itu jelas terdengar dari balik dada kiri Keenan. Saat ia berada sedekat itu dengan Chelsea. Mereka sempat bertatapan beberapa saat, hingga akhirnya Chelsea menarik tubuhnya. Keenan merasa kikuk dan menggaruk kepalanya karena merasa salah tingkah.
"Maaf Keenan, aku kepeleset tadi hehe.." ucap Chelsea.
"Nggak apa-apa, ayo kita berangkat!" ajak Keenan lalu membukakan Chelsea pintu. Chelsea pun tersenyum lalu masuk ke taksi.
Sesekali Keenan menatap ke kaca depannya melihat cantiknya wajah Chelsea. Anehnya kenapa debaran itu makin terasa,
Chelsea sangat cantik...Keenan membatin.
"Kita berangkat, Chelsea?" tanya Keenan.
"Iya, Keenan." sahut Chelsea dengan senyumannya.
Sesaat di perjalanan Chelsea menanyakan beberapa hal pada Keenan.
"Oh iya, Keenan. Mulai besok, kamu bisa nggak mengantar aku ke perusahaan. Karena aku agak malas mencari taksi, bisa dibilang aku mau jadi pelanggan kamu?" tanya Chelsea.
"Hum..boleh kok. Boleh banget hehe.." jawab Keenan.
"Maaf Keenan, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Chelsea.
"Silakan Chelsea!" ucap Keenan santai dimana matanya itu terus menatap ke depan membelah jalan raya yang diliputi hiruk pikuk kemacetan setiap paginya.
"Kamu udah punya kekasih, belum?" tanya Chelsea.
"Kekasih? hehe..belum, aku malah belum terpikir itu..Kamu sendiri, apa kamu udah punya kekasih?" tanya Keenan.
"Belum," jawab Chelsea singkat.
"Loh, apa kamu nggak punya hubungan khusus dengan Aiden?" tanya Keenan.
"Kamu tau, Keenan. Sepertinya, Aiden menyimpan perasaan pada Zoya. Kamu kan bertetangga dengan dia, apa kalian nggak pernah terlibat rasa?" tanya Chelsea.
"Maaf, terlibat rasa?" tanya Keenan kurang memahami ucapan Chelsea.
"Iya, apa kamu nggak menyimpan perasaan pada Zoya?" tanya Chelsea.
"Hahaha..aku. Nggak Chel, nggak ada. Untuk saat ini, dia hanya aku anggap sebagai teman nggak lebih." jawab Keenan.
"Untuk saat ini, berarti suatu saat akan ada rasa?" tanya Chelsea makin intens.
"Ekhm..nggak ada. Nggak ada sama sekali." jawab Keenan pasti.
Mendengar ungkapan Keenan, Chelsea tersenyum. Chelsea lega, karena kalau seperti itu Chelsea bisa berteman dengan baik pada Keenan tanpa ada yang merasa tersakiti atau cemburu.
"Kalau gitu, ayo kita berteman lebih dekat mulai sekarang!" ajak Chelsea mengulurkan tangannya ke hadapan Keenan. Sementara Keenan menjabat tangannya.
"Iya, makasih Chelsea." ucap Keenan dan senyumannya itu membuat Chelsea merasa klepek-klepek.
Cute nya..gumam Chelsea pelan.
"Iya, kenapa. Chelsea?" tanya Keenan.
"Nggak apa-apa, maaf Keenan bisa dipercepat!" pinta Chelsea dengan senyuman
"Iya, Chelsea." jawab Keenan dengan senyuman.
Tak lama kemudian mereka tiba di depan perusahaan dan Keenan membukakan Chelsea pintu. Sementara Aiden sempat melihat Chelsea keluar dari taksi Keenan. Kemudian beranjak masuk melangkahkan kakinya ke ruangannya.
Sesaat tiba di depan ruangannya Aiden berpapasan dengan Zoya yang baru selesai membersihkan ruangannya.
"Zoya! kamu baru selesai membersihkan ruangan aku?" tanya Aiden.
"Iya, pak. Saya permisi dulu, ya!" ucap Zoya seraya menundukkan kepalanya.
"Tu-tunggu Zoya!" panggil Aiden namun refleks memegang jemari Zoya sehingga Zoya berdebar. Zoya menghadap pada Aiden yang masih memegang jemari Zoya namun perlahan Aiden melepaskannya.
"Maaf Zoya, bisa kamu ke ruangan aku. Aku ada perlu sama kamu?" tanya Aiden agak gemetar karena ia kembali berhadapan dengan wanita yang selalu hadir dalam pikirannya.
"Bisa, pak." jawab Zoya seraya memperhatikan tangannya yang masih digenggam oleh Aiden.
"Maaf!" ucap Aiden lalu melepaskan jemari Zoya dan masuk ke ruangan Aiden bersama.
Aiden tengah masuk ke ruangannya. Sedangkan Zoya berdiri di hadapannya menatapnya dengan lekat, Entah kenapa CEO muda itu begitu gugup untuk sekedar menanyakan nomor ponsel Zoya.
Namun, untuk menghilangkan grogi yang bersarang dalam dirinya, ia mendehem saja.
"Ekhm..bisa kamu tulis nomor kamu di ponsel aku, Zoya?" tanya Aiden seraya menyodorkan ponsel di hadapan Zoya.
"Nomor ponsel? Oh, iya hehe..aku akan menulisnya." jawab Zoya dan mengambil ponsel dari tangan Aiden dan mengetik nomornya dan langsung mengsavenya ke kontak Aiden lalu kembali memberikan kembali ponselnya.
"Makasih, ya! Nanti aku hubungi kamu, Zoya." ujar Aiden dengan senyumannya.
"Ba..baik, pak. Maaf, saya permisi dulu, pak Aiden." pamit Zoya dari hadapan Aiden.
"Silakan." sahut Aiden seraya tersenyum simpul sehingga jantung Zoya berdebaran tak karuan.
Kemudian Zoya mengambil nafas panjang dan melangkahkan kakinya perlahan meninggalkan ruangan Aiden. Sementara Aiden, tersenyum teringat akan tingkah Zoya barusan. Kemudian ia kembali meneruskan pekerjaannya.
Keenan sendiri tengah mendapat penumpang lagi. Namun, ia mengenali nomor masuk tersebut. Dia adalah Billy, si pria homo itu. Tidak, Keenan tidak akan peduli. Ia malas berurusan dengan pria gila itu. Namun, Billy yang sudah tergila-gila pada pesona Keenan tak kehabisan akal. Ia akan tetap menemui Keenan, karena Billy merindukannya.
"Jadi dia akan kembali sore hari, baiklah! aku akan menemui dia sore nanti, aku harus tau dimana si tampan itu tinggal, ah..aku sangat rindu sama dia." monolog Billy yang tak sabar menemui Keenan karena hasrat homo seksualitas yang terus bangkit terlebih saat mendapati pria tampan, bertubuh atletis dan lugu seperti Keenan. Ia tak akan melewatkan kesempatan itu.
Sementara itu Chelsea tengah terbayang akan hal tadi saat ia tak sengaja bertatapan dengan Keenan. Wajah Keenan, paras tampannya itu mengalihkan dunianya dari rasa sukanya pada Aiden.
"Ah, Keenan itu. Kenapa aku jadi mikirin sopir ganteng, itu, ya?" monolog Chelsea.
Sehingga kedatangan Aiden, membuat Chelsea terkesiap manakala ia justru memanggil Aiden dengan Keenan.
"Chelsea!" ucap Aiden.
"Iya, Keenan. Ops..ma-maaf pak Aiden." ucap Chelsea jadi merasa canggung karena terkejut.
Aiden tersenyum, pikirnya apakah Chelsea sedang memikirkan Keenan barusan.
"Ayo kita harus bertemu client. Dia sudah menunggu di restoran black, soal proyek furniture yang akan dipesan dari perusahaan kita!" ajak Aiden.
"Ah, iya. Pak Aiden, mari silakan!" ujar Chelsea dan mereka berangkat bersama menemui client mereka di restoran yang sudah dijanjikan.
Setelah Aiden memintanya menulis nomornya di ponselnya tadi. Zoya makin sumringah saja, rasanya ia makin tergila-gila pada Aiden. Aiden benar-benar membuatnya seperti sesak, karena kebaikan dan keramahannya membuat Zoya tak tahan untuk bisa lebih dekat dengannya.
Sementara Mitha yang tengah selesai mengepel lobi depan kembali ke pantry dan melihat Zoya yang mencuci cangkir bekas minuman pada karyawan sambil senyum-senyum sendiri.
Duar..
Mitha mengejutkannya sehingga Zoya begitu terkejut dan hampir saja memecahkan gelas yang dicucinya.
"Astaga, Mitha!!! untung nggak pecah nih, cangkirnya!" sungut Zoya kemudian bergegas merapikan cangkirnya ke rak.
"Maaf, abis aku lihat kamu kayak orang gila, senyum-senyum sendirian, kan aku prihatin, takutnya kamu gila beneran haha.." ucap Mitha lalu ambil posisi duduk di kursi setelah selesai membersihkan toilet tadi.
"Hum..enak aja!" sanggah Zoya lalu merapikan cangkirnya dan mengelap tangannya yang basah lalu duduk di dekat Mitha sebelum ia kembali mengepel lantai 3 nantinya.
"Aku abis ini mau mengepel lantai 3, aku langsung aja ya, aku duluan, Mitha" ucap Zoya kemudian meninggalkan Mitha dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Oke, Zoya." sahut Mitha lalu ia juga keluar dari pantry untuk melanjutkan tugas lainnya.
**********
Tak terasa Keenan sudah hampir dua bulan menempati rumah atap milik Sandi. Dan ia harus membayar sewa hari ini, untungnya uangnya sudah cukup, jadilah ia mangkal sejenak dan bersantai dirumah teman payahnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Rangga, sahabat yang bucin abis dengan wanitanya si Felly.
Tok..tok..
Rangga pun membuka pintu dan mereka mengobrol didalam rumah Rangga sambil main play station.
"Jadi, kamu mau traktir aku, nih. Emangnya kamu punya duit, gaya banget, nih!" tanya Rangga di mana matanya masih fokus ke layar tv dan kedua ibu jarinya sibuk menekan tombol alat pengendali jarak jauh.
"Berisik kamu, ayolah! kalau nggak nggak mau, syukurlah!" ujar Keenan ia juga fokus ke layar main play station itu.
"Pretlah!! Aku mau makan paling mahal." ujar Rangga.
"Jangan dong, kita makan bakso kalau nggak mie ayam?" tanya Keenan menawarkan sementara matanya terus fokus memainkan game.
"Kita makan di restoran jepang aja!" ajak Rangga.
"Eh, sekarang kamu yang kegayaan! Udah ditraktir mintanya macam-macam." sahut Keenan.
Lalu Rangga menghentikan mainnya. Keenan langsung menatapnya.
"Kok berhenti?" tanya Keenan.
"Jadi mau kamu, kita makan dimana?" tanya Rangga sehingga Keenan mendapat ide.
Tak lama mereka sudah ada di warteg yang letaknya tak jauh dari rumah Rangga. Rangga mengerutkan kening, sudah ia duga pasti tak jauh dari warteg.
"Warteg pun warteg lah haha.." ungkap Rangga dan mereka tengah memesan makanan yang rasanya tak kalah enak dari restoran.
"Maaf ya! nantilah kalau tiba-tiba aku jadi Ceo, aku ajak kamu makan di restoran haha.." ujar Keenan.
"Jangan mimpi Keenan!" ujar Rangga seraya menjitak kepala Keenan.
"Auh..haha..Biarin, mimpi kan gratis haha.." sanggah Keenan membalas memukul pundak Rangga.
"Iya juga sih haha..bisa aja pria cute satu ini haha.." ujar Rangga kemudian mereka melanjutkan memakan menu yang sudah mereka pesan meskipun hanya di warteg. Namun, Rangga sebenarnya sangat bersyukur karena Keenan tak pernah melupakannya meskipun Keenan selalu merasa kalau Rangga adalah teman payahnya.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Artini
mampir lgi ka semangat
2022-02-07
0
Kidung Mesra
nyicil sampai sini dulu ya otor... salam dari My Student my lovely ternyata Aku Istri ketiga...
2022-01-29
0
~🌹eveliniq🌹~
mampir lg nih semangat lanjut Thor
2022-01-11
1