Weekend...
Saatnya bersantai dan Keenan tengah menyiram tanaman milik Zoya. Tampak Zoya tengah naik ke rumah atap untuk meletakkan bunga yang semalam Keenan berikan. Zoya terhenti sejenak saat melihat Keenan yang menyirami bunganya sehingga Zoya tersenyum.
Keenan yang menyadari ada Zoya, segera mensenyumi Zoya. Namun, Zoya bersikap biasa saja lalu menghampiri Keenan dan meletakkan bunga pemberian Keenan semalam.
"Ini, kan bunga dari aku. Kamu menyimpannya?" tanya Keenan.
"Nggak, aku terbiasa membawa beberapa bunga ke kamar saat aku malas merapikannya di rumah atap." jawab Zoya lalu mengambil alat penyiram bunga dari tangan Keenan dan ganti menyirami bunganya.
Zoya memperhatikan Keenan, yang biasanya sudah mulai bekerja. Namun, ia masih berada disini dan belum beranjak.
"Kamu nggak bekerja?" tanya Zoya.
"Aku mau break hari ini, bersantai. Kamu, juga libur. Apa, pak Sandi nggak pernah libur. Dia selalu ke peternakan setiap hari?" tanya Keenan.
"Hum..siapa lagi kalau bukan dia yang mengurusnya," jawab Zoya.
Namun, hari ini ada yang memesan 1000 pack susu murni dari peternakan. Sedangkan, stok sedang habis dan Sandi harus kembali memerah beberapa sapinya untuk mengumpulkan kekurangan dari susu murni tersebut.
"Zoya! bantu ayah ke peternakan yuk! Ayah ada pesanan!" pekik Sandi.
Zoya pun turun disusul Keenan. Zoya selalu malas kalau diminta ke peternakan karena ia malas memerah sapi. Namun ternyata Keenan malah menawarkan diri untuk membantu.
"Zoya, ayo bantu ayah di peternakan! Ayah kewalahan memerah sapi, kamu mau, kan?" ajak Sandi.
"Tapi, aku mau santai, Ayah. Mumpung libur." sanggah Zoya.
"Biar, kami membantu, pak Sandi." sahut Keenan.
Zoya dan Sandi antusias memandang Keenan. Keenan yang dasarnya petakilan tak bisa diam, mengambil kesempatan ini daripada boring dirumah.
"Ah, nggak. Biarlah, kalau dia mau bantu ayah, aku mau bersantai." sanggah Zoya membantah.
"Zoya, ayolah, nak!" pinta Sandi sendu.
"Huft, yaudah. Aku siap-siap dulu!" dan akhirnya Zoya menyetujuinya.
Namun saat Zoya tengah masuk kerumah Sandi dan Keenan saling menempelkan tangan bertosan. Dan cekikikan sesaat. Entah, kedua orang itu begitu akrab saat ini. Macam ayah dan anak saja, namun tentu saja Keenan menikmatinya. Terlebih Sandi tipe ayah yang sedikit lucu, tak beda jauh darinya.
Tak lama Zoya tengah siap, Sandi memilih duduk di box belakang mobil pick up nya. Zoya malah kesal karena ia harus sedekat ini dengan Keenan meskipun hanya beberapa saat. Sesekali Keenan menatap Zoya dan tersenyum lalu Zoya malah memelototinya.
"Menjauh, jangan dekat-dekat!" pinta Zoya menekankan .
Keenan menelan saliva dan menjauh hingga ke ujung pintu mobil sambil bergumam. Tak lama mereka pun tiba di peternakan sapi. Melihat begitu banyaknya sapi di kandang Keenan sangat senang. Ia seperti anak kecil yang baru diberikan permen.
"Eh, Zoya lihatlah! begitu banyak sapi disini. Pasti sangat menyenangkan bisa memerah sapi disini hehe.." Keenan segera berjalan lebih dulu menuju ke lokasi pemerahan sapi.
"Ck, Ayah nih! lihatlah dia begitu aneh, kan! sebentar lagi dia pasti bikin ulah!" ujar Zoya menatap Keenan begitu sinis sementara Keenan sudah ambil langkah memberikan sapi rumput.
"Aduh, Zoya! janganlah berburuk sangka terus sama Keenan. Dia itu anak yang baik, tau." pinta Sandi.
Sementara Keenan tengah membelai kepala sapi lalu memberinya rumput. Ia bahkan merogoh sakunya untuk mengambil ponsel dan mengajak sapi berfoto. Zoya sempat bergidik, pikirnya apa yang sedang Keenan lakukan. Lantas Zoya segera menghampirinya.
"Dasar aneh!" ucap Zoya dihadapannya.
Saat Zoya mengatakan ucapan itu di hadapannya Keenan langsung celingukan. Apa Zoya mengatakan dirinya aneh barusan.
"Siapa yang, aneh?" tanya Keenan.
"Kamu lah, masa' sapi." jawab Zoya kemudian berlalu pergi menyusul Sandi ke lokasi pemerahan sapi.
Kenapa harus memerah sapi, bukankah seharusnya mereka mengemasi susu ke plastik. Zoya antusias bertanya karena ia tak mau jika melakukan itu.
"Ayah, bukannya kita akan mengemasi susu sapi, kenapa malah kesini?" tanya Zoya.
Sementara Keenan ulahnya itu tak habis-habis belum di aba-aba oleh Sandi, dia sudah memerah susu dengan riangnya.
"Iya, kita harus memerah dulu, Zoya! Kan, tadi Ayah bilang, stok kita habis." sanggah Sandi.
"Memerah sapi?" tanya Zoya sekali lagi.
"Zoya, ayo ini menyenangkan! Lihatlah! Lakukan dengan lembut supaya sapinya nyaman!" seru Keenan.
"Wah Keenan, kamu begitu bersemangat ya?!" ujar Sandi.
"Ish, baiklah!" sahut Zoya malas.
Sandi mulai mengajari Zoya melakukannya. Zoya sempat takut, sementara Keenan dengan santainya memerah sedikit demi sedikit hingga menjadi sekaleng penuh ukuran 5 liter. Kemudian Sandi meninggalkan mereka untuk melihat karyawannya mengemasi susu yang tersisa. Melihat Keenan begitu cepat melakukannya. Zoya tak tinggal diam, ia melupakan cara memerah dengan kelembutan sehingga sapi yang kurang nyaman diperahnya itu menendang tubuh Zoya hingga tersungkur ke belakang.
"Auh, dasar sapi resek!!" ucap Zoya.
Melihat Zoya terjatuh, bukan menolong Keenan malah menertawainya.
"Hahaha..sapi pun disalahkan, dia hanya hewan Zoya!" ucap Keenan.
"Apa, berisik," kesal Zoya lalu menghampiri Keenan dan mencipratkan susu hasil perahan ke wajah Keenan.
"Zoya!!" pekik Keenan.
"Rasain, huh.." ucap Zoya lalu kembali memerah sapi.
Keenan segera mengusap wajahnya dan menjilat sedikit hasil usapan tangannya itu.
"Ih, enak hehe..Ayo! Zoya semangat lah!" pekik Keenan.
"Berisik!!" Zoya ganti memekik sedangkan Keenan malah cekikikan hingga membuatnya sakit perut.
Setelah itu Keenan kembali mengeluarkan ponselnya dan memfoto Zoya yang tengah memerah sapi. Namun, tak menyangka Aiden mengirim pesan padanya untuk minta diantar, yang harusnya ia menjawab tidak bisa melakukan itu ia malah tak sengaja mengirim foto Zoya yang sedang lusuh itu ke ponsel Aiden. Aiden pun membalas dengan tawa ke ponsel Keenan dan mengatakan kalau hal itu sangat lucu.
"Eh, terkirim. ups..!" ungkap Keenan.
"Apa, yang terkirim?" tanya Zoya.
"Bukan apa-apa hehe.." sanggah Keenan lalu menyembunyikan ponselnya dan Zoya dengan cepat merebutnya.
"Lihat, aku mau lihat!!" paksa Zoya sehingga ia berhasil merebut ponselnya dari genggaman Keenan dan melihatnya.
"Ish, oh, ya ampun, tengsin, ish!!!" berbagai ekspresi Zoya curahkan mengingat foto memalukan itu terkirim pada pria yang disukainya.
Keenan menghela nafas, apa yang harus dilakukannya kini. Ia berusaha bersikap tenang meski sudah mempermalukan Zoya di hadapan Aiden, Ia melangkah sedikit demi sedikit menjauhi Zoya. Namun, Zoya yang sudah kepalang malu segera menarik telinga Keenan dengan kuatnya.
"Jangan kabur kamu, aku malu. Kenapa kamu melakukan itu!!" ujar Zoya.
"Auh, sakit Zoya! aku nggak sengaja," lirih Keenan.
"Bodo amat, biar aku tarik telingamu hingga putus dan kasih sapi makan, argh!" ujar Zoya sehingga ia menarik telinga Keenan karena sangat kesal.
Namun, melihat anaknya yang anarkis pada Keenan membuat Sandi melerai mereka.
"Eh, Zoya, Apa yang kamu lakuin?" tanya Sandi sehingga Zoya pun melepas telinga Keenan dan tersenyum pada Sandi.
"Dia mengirim foto memalukan pada pak Aiden, ayah! aku malu!" keluh Zoya.
"Foto apa, coba Ayah lihat Keenan?" tanya Sandi dan melihatnya.
Niat hati mengadu agar Sandi memarahi Keenan dan menambah hukuman karena ulahnya. Ternyata yang Sandi tunjukan semakin membuatnya kesal. Sandi malah tertawa dan menggelengkan kepalanya.
"Hahaha..ini bukti kalau kamu anak yang berbakti pada Ayah ke bosmu, sudahlah! kirain kenapa, nah! cukup susunya, sekarang ganti mengemas. Ayo! ikut ayah!" ajak Sandi.
Siapa sebenarnya anaknya, kenapa Ayah nggak memarahinya sama sekali...batin Zoya merasa di anak tirikan.
Dan yang makin buat Zoya kembang kempis Keenan malah menjulurkan lidah padanya sehingga Zoya berniat ingin menarik telinganya lagi. Namun, Keenan segera berlari menghindari cengkeraman tangan Zoya yang mengarah ke telinganya.
"Haha..jangan Zoya!" pinta Keenan segera berlari.
"Awas, kamu! jangan lari!" pekik Zoya.
Mereka seperti anak kecil aja saat ini...
Setelah itu, mereka ganti mengemasi susu. Keenan sangatlah bersemangat, ia sudah terbiasa bekerja keras sejak kanak-kanak, sehingga hal itu menjadi sangat menyenangkan untuknya. Ia tak pernah menjadikan setiap tanggung jawabnya sebagai beban sehingga ia selalu mudah melakukannya.
Bahkan ia begitu memesona di hadapan karyawan Sandi yang berjumlah 4 orang dimana kesemuanya wanita. Pria bagian memerah sapi, tadi Sandi ingin Zoya merasakan juga memerah sapi karena suatu hari Zoya lah yang akan mengurusi peternakan miliknya. Kalau bukan Zoya siapa lagi, Zoya adalah anak sematawayangnya.
Keenan yang dasarnya ramah mengajak para wanita muda itu mengobrol. Keenan membuat suasana menjadi menyenangkan. Mereka duduk sejajar dimana di hadapan mereka terdapat meja panjang dan mulai melakukan pengemasan.
"Zoya, baru kelihatan, kenapa kamu nggak pernah ke peternakan?" tanya Rosa.
"Hum..aku kerja menjadi office girl di perusahaan Aiden putra company saat ini, jadi. Aku jarang kesini." jawab Zoya dengan ramahnya.
"Wah, meskipun hanya office girl, itu juga hebat lho! apalagi di perusahaan besar seperti itu, Oh iya, Zoya apa dia pacar kamu?" tanya Putri.
"Bukan." jawab Zoya singkat dan Keenan hanya menggeleng.
"Aku tetangganya, namaku Keenan. Senang berkenalan dengan kalian hehe.." ucap Keenan.
"Kirain, dia pacar kamu, Zoya. Kamu cantik dan Keenan tampan, kenapa kalian nggak jadian aja!" seru Dini lalu Rosa menyenggol tangan Dini karena wajah Zoya mulai berubah.
Sementara Keenan hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Dini tersebut. Zoya tak menyimpan perasaan apapun pada Keenan, di hatinya hanyalah Aiden. Sementara Keenan entah, dia juga hanya tersenyum dan melirik Zoya saat Dini mengatakan hal tersebut.
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Tha
jadi geli sendiri.. pas denger keenan memerah susu sapi😂😂.
2022-01-23
0
Ufuk Timur
jangan sakiti Keenan ku
2022-01-12
0
Ufuk Timur
yaaa, ,sapi ga makan telinga loh kk😆😆😆😆
2022-01-12
0