Cemburu

Semalaman penuh Sabrina hanya memiringkan tubuhnya ke kanan kiri, kali ini perutnya benar benar tak bersahabat, rasa sakitnya semakin menyeruak, tendangan bayinya semakin hebat mampu membuat Sabrina meringis kesakitan. Rasa pinggangnya tak seperti biasanya yang makin pegal saja. Dan itulah Sabrina harus berada dititik yang paling tangguh. Harus menyiapkan kebutuhannya sendiri tanpa campur tangan orang lain. 

Matahari masih malu menampakkan sinarnya, seperti saran dari dokter Agung, Sabrina  jalan kaki mengelilingi rumahnya berharap bayinya lahir secara normal dan lancar. Disaat mau duduk. Tiba tiba saja ponselnya berdering. Nama Sesil berkelip di sana. 

Ternyata gadis itu mengatakan akan menjemputnya di karenakan Arum berangkat lebih pagi. 

"Kebetulan juga Sil,  nanti temani aku ke rumah sakit sebentar, kayaknya aku harus periksa."

Tadinya tersenyum bisa bicara dengan Sabrina, bercanda mengawali paginya, namun mendengar kata rumah sakit senyum Sesil tiba tiba saja hilang. Gadis itu bertanya tanya kenapa ia memikirkan dokter yang menurutnya koplak itu. Aaaa nggak mungkin kan aku jatuh cinta. Sesil menepis perasaan. 

Sabrina tersenyum, ia pun curiga dengan gelagat Sesil yang berubah saat membicarakan dokter Agung. 

Kali ini Sabrina malas untuk memasak akhirnya ia langsung bersiap dan rencana ingin makan diluar bersama Sesil. 

Tiga puluh menit,  Sabrina masih dengan susahnya memakai baju yang makin menyempit namun suara motor mendesing sudah berhenti di depan rumahnya. 

"Masuk saja, Sil!" teriak Sabrina dari balik jendela. 

"Kenapa kamu nggak ganti dokter saja sih, Sab. Setiap lihat dia, rasanya aku ingin nge-lem matanya biar nggak jelalatan," celetuk Sesil yang sudah mematung di ambang pintu kamarnya. 

Sabrina hanya tersenyum tipis mendekati Sesil untuk membantunya menarik bajunya yang tersangkut. 

"Benci dan cinta itu katanya beda tipis," sindir Sabrina cekikikan. 

Sesil memanyunkan bibirnya lalu berkacak pinggang. 

"Kamu kira aku jatuh cinta sama dokter playboy kayak gitu?" sungut Sesil dengan nada ketus. 

Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan membukanya. 

"Banyak laki laki tampan yang mau sama aku, kenapa harus dia," imbuhnya tanpa menatap Sabrina yang sedang memakai hijabnya. 

"Ya sudah, kalau begitu kamu santai dong jangan marah."

Sesil membulatkan matanya, mendengar apa kata Sabrina, harusnya dia tak usah memikirkan dokter itu,  tapi kenapa setiap namanya terdengar di telinganya Sesil merasa kepalanya berdenyut. Ada apakah gerangan?

"Aku lihat kamu makin cantik saja," cetus Sesil. 

Keduanya menatap bayangan masing-masing dari pantulan cermin dan membenarkan hijab.

"Kita berangkat yuk! 

Kebetulan sekali, setibanya di parkiran rumah sakit Sabrina langsung tersenyum renyah saat melihat pria kokoh sudah mematung di depan halaman, dengan pesonanya pria itu cengengesan kala melihat Sabrina dan Sesil mendekatinya. 

"Apa kamu nggak lihat dia menakutkan kayak gitu?"

"Lihat." jawab Sabrina singkat. 

Meskipun jengkel Sesil tetap sopan dan menangkup kedua tangannya. 

"Dokter nungguin siapa?" tanya Sabrina. 

"Kamu," namun pandangannya ke arah Sesil yang ada di samping Sabrina.

"Aku atau aku?" goda lagi Sabrina melirik wajah Sesil.

Kini Sabrina lebih santai dan tak kaku seperti pertama kali bertemu. 

"Harusnya kamu nggak naik motor,  bahaya, apalagi perut kamu sudah terlalu besar, apa suami kamu nggak punya mobil?"

Tak seperti biasanya yang selalu ngelawak,  kali ini Dokter Agung terlihat lebih serius. 

Dokter Agung merasa ngeri membayangkan saat Sabrina yang hamil besar itu harus melawan arus jalanan belum lagi polusi perkotaan yang sangat tidak baik untuk kondisinya. 

Sabrina menggeleng tanpa suara. 

"Aku siap antar jemput kamu, jadi nggak perlu naik motor. Kalau perlu aku akan siapkan supir untuk mengantarkan kamu pergi kemanapun."

Baru kali ini Sesil merasa terenyuh. Rasa jengkelnya lenyap saat Dokter Agung menunjukkan perhatiannya untuk Sabrina. 

Mas Mahesa saja tidak pernah mengizinkan aku naik mobilnya,  sedangkan orang lain begitu miris melihat nasibku. 

Sabrina hanya diam dan tak menjawab sepatah katapun. 

"Sekarang kalian masuk!"

Seperti biasa, di ruangan dokter Agung sudah ada beberapa suster untuk membantu memeriksa Sabrina takut kejadian lalu terulang lagi,  dan membuat Sabrina trauma. 

Lagi lagi tak ada kejahilan di raut wajah Dokter Agung, setelah Sabrina diperiksa Dokter itu menata tempat duduk yang nyaman untuk ibu hamil. 

"Dokter kenapa, anak aku baik-baik saja kan?"

Dokter Agung menghela napas panjang lalu menghembuskannya. 

"Sabrina Salsabila, apa yang kamu pikirkan selama ini, ibu hamil itu harus happy. Hilangkan semua masalah yang ada, jangan pikirkan apapun selain kebahagiaan, jangan sedih, kamu harus bahagia bahagia dan bahagia," jelas Dokter Agung. 

Sabrina menarik sudut bibirnya. 

"Aku bahagia dok, dan aku nggak pernah mikir apapun," nada meyakinkan. 

"Perempuan berhijab nggak boleh bohong," celetuk Dokter Agung menyelidik. 

Kali ini Sabrina tak bisa berkutik dan memilih diam,  tak mungkin ia membongkar rahasia rumah tangganya yang terpecah belah. 

"Sekarang kalian ikut aku!"

Dokter Agung beranjak dan membuka pintu, tak banyak bicara Sesil dan Sabrina mengikuti dari belakang. 

"Tunggu! kita mau kemana?" tanya Sabrina. 

Tak ada jawaban, Dokter Agung membuka pintu mobil miliknya. 

"Sudah ikut saja, kayaknya kali ini Dokter Agung sudah insaf dan nggak playboy lagi," bisik Sesil. 

Ternyata benar apa kata Sesil, Dokter itu membawa keduanya di tempat yang indah dan rasanya membuat Sabrina lupa akan masalahnya sejenak. Tak menyangka Dokter Agung bisa memulihkan hatinya yang memar, sebuah danau yang sangat ramai, tempatnya sejuk untuk dinikmati. 

"Apa Dokter sering kesini?" tanya Sabrina. 

Dokter Agung menggeleng. 

"Aku nggak punya pacar, jadi untuk apa kesini, malah bikin cemburu melihat orang berpacaran."

Sabrina menahan tawa, Ia bisa mengenal Dokter Agung yang baik hati meskipun matanya sedikit keseleo saat melihat perempuan. 

Dari jauh nampak seseorang yang mengeraskan rahangnya saat melihat Sabrina ada di samping Dokter Agung. 

Seakan tak terima pria itu begitu murka dan mengabaikan seseorang yang ada di sampingnya. 

"Mas kamu lihat apa sih?" tanya wanita cantik yang menemaninya dari tadi. 

"O....Sabrina."

Kebetulan, aku bisa pakai jalan ini untuk membuat Mas Mahesa cemburu. 

"Kamu lihat kan, dia hanya memanfaatkan kerudungnya biar kelihatan sok alim, padahal baru beberapa hari tinggal sendiri dia sudah berani jalan dengan laki laki lain. Dan sepertinya dia melupakan kamu sebagai suaminya. 

Ternyata Mahesa dari tadi menangkap tingkah Sabrina yang terus tertawa melihat aksi konyol Dokter Agung. 

Seketika pria itu mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu di sana.

Sabrina yang merasa mendengar bunyi notif pun segera membukanya takut ada yang penting, apalagi itu sudah waktunya masuk kerja. 

Malam ini aku akan tidur di rumah kamu. 

Pesan singkat yang dibaca Sabrina, dan itu dari suaminya. 

"Mas mahesa mau datang ke rumah, ngapain?

Sabrina Membulatkan matanya, dan sejenak berkelana dengan otaknya.

"Sesil, kita pulang!l Sabrina menarik tangan Sesil, begitupun dengan Dokter Agung yang membuntutinya, dan kali ini Dokter Agung lah yang mengantarkan keduanya pulang. 

Setelah tiga puluh menit menunjukkan rute jalan yang membuat Dokter Agung pusing tujuh keliling, Sabrina sudah tiba di depan rumahnya. Dengan tak sopannya Sabrina langsung mengusir Dokter Agung untuk pulang, masih sangat ragu untuk  memasukkan pria lain ke dalam rumahnya. 

"Kamu kenapa sih?" tanya Sesil heran. 

"Mas Mahesa mau tidur disini, apa yang harus aku lakukan?"

Sabrina tak kalah bingung. 

"Mungkin dia mulai sadar kalau kamu sangat berarti buat dia."

Harapan yang sempat anjlok kembali bangkit setelah mendengar penuturan Sesil, Sabrina bahagia dan berharap apa yang dikatakan Sesil itu benar adanya. 

Jika Sabrina merasa bahagia tidak dengan Camelia yang sempat membaca chat yang ditulis Mahesa, wanita itu semakin marah dan berbagai rencana sudah melintasi otaknya. 

Mas Mahesa milikku sampai kapanpun akan begitu. 

Terpopuler

Comments

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

aneh s mahesa, cemburu gitu tp mknan dr sabrina d tepis smpe jatuh ke lantai , kelewatan kamu mahesa

2023-11-23

1

hanum hakim

hanum hakim

nah... Mahesa jamu cemburu ya🙄 liat Sabrina sama dokter Agung😊 dasar kamu lelaki egois😠

2022-05-22

0

Siti Aisyah

Siti Aisyah

apa yg bikin plinplan dgn mahesa...apa takut gak dpt harta warisan gitu..gak cinta kok cemburu..

2022-02-18

2

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan
2 Kesalahan
3 Licik
4 Peraturan baru
5 Melawan
6 Kunjungan Pak Yudi
7 Stroke
8 Memilih diam
9 Dokter playboy
10 Melangkah
11 Pergi
12 Melamar kerja
13 Terbongkar
14 Setitik cinta
15 Hamil
16 Cemburu
17 Tersindir
18 Hinaan
19 Antara menyesal dan bersyukur
20 Melahirkan
21 Devan Rahardjo
22 Rencana
23 Rumah baru
24 Aqiqah
25 Senjata makan tuan
26 Gelang misterius
27 Mimpi
28 Sedikit lunak
29 Tidak akan ada perceraian
30 Penyesalan
31 Kenyataan pahit
32 Ke luar kota
33 Terkuak
34 Meminta pendapat
35 Perdebatan kecil
36 Kejadian malam itu
37 Pengakuan
38 Panik
39 Ragu
40 Rencana
41 Terungkap
42 Ketakutan Mahesa
43 Perseteruan
44 Menunda
45 Cemburu berakhir ranjang
46 Sabrina hamil
47 Masih tanda tanya
48 Ungkapan
49 Melewati masa kritis
50 Koma
51 Membuka memori
52 Asal-usul Devan
53 Gugur?
54 Kekuatan cinta
55 Amnesia
56 Bukti
57 Pulang ke panti
58 Pengorbanan Mahesa
59 Penasaran
60 Negatif
61 Mengingat semuanya
62 Sakit
63 Khawatir
64 Lebay
65 Surat perceraian
66 Terjebak lift
67 Rumah baru
68 Sosok Randu
69 Terpojok
70 Tuntas
71 Berkunjung ke makam
72 Ajaib
73 Pergi
74 Ultah yang ke 22
75 Alyssa
76 Lamaran
77 Pendapat
78 Restu
79 Aneh
80 Pingsan
81 Hamil
82 Hadiah
83 Sidang kedua
84 Pengumuman
85 Sah
86 Resepsi
87 Malam pertama
88 Baju dinas
89 Arum hamil
90 Resmi bercerai
91 Antara jodoh dan perjodohan
92 Happy wedding Agung dan Sesil
93 OTW kasur
94 Ngebut
95 Berusaha move on
96 Nasib Aya
97 Menantu idaman
98 Kasus
99 Raisya Laksana Putri
100 Selamat
101 Kenangan
102 Bertemu lagi
103 Ulang tahun
104 Pemandangan pagi
105 datang ke kantor
106 Penasaran
107 Diskusi
108 Mirip
109 Kepergok
110 Sakit
111 Permintaan Raisya
112 Kembar
113 Sabrina dan Aida
114 Gagal
115 Mama Aya
116 Terka Randu
117 Asam lambung
118 Saudara kandung
119 Pulang
120 Hari pertama bekerja
121 Bendera perang
122 Parasit
123 Teguran
124 Pilihan yang sangat sulit
125 Pilih suami
126 Menolak
127 Keputusan Aya
128 Peringatan untuk Randu
129 Mencari Aya
130 Sama-sama angkuh
131 Julid
132 Akhirnya jatuh juga
133 Terjebak
134 Pernikahan Randu dan Aya
135 Pesta
136 Kejutan untuk Randu
137 Kehidupan baru
138 Kontraksi palsu
139 Kontraksi asli
140 Daffa dan Daffi
141 Cuek
142 Debat
143 Ungkapan Aya
144 Selanjutnya
145 Siap mengandung
146 Nggak peka
147 Kesibukan Mahesa
148 Semua berakhir indah
149 Pengumuman
150 Novel baru sudah rilis
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Pernikahan
2
Kesalahan
3
Licik
4
Peraturan baru
5
Melawan
6
Kunjungan Pak Yudi
7
Stroke
8
Memilih diam
9
Dokter playboy
10
Melangkah
11
Pergi
12
Melamar kerja
13
Terbongkar
14
Setitik cinta
15
Hamil
16
Cemburu
17
Tersindir
18
Hinaan
19
Antara menyesal dan bersyukur
20
Melahirkan
21
Devan Rahardjo
22
Rencana
23
Rumah baru
24
Aqiqah
25
Senjata makan tuan
26
Gelang misterius
27
Mimpi
28
Sedikit lunak
29
Tidak akan ada perceraian
30
Penyesalan
31
Kenyataan pahit
32
Ke luar kota
33
Terkuak
34
Meminta pendapat
35
Perdebatan kecil
36
Kejadian malam itu
37
Pengakuan
38
Panik
39
Ragu
40
Rencana
41
Terungkap
42
Ketakutan Mahesa
43
Perseteruan
44
Menunda
45
Cemburu berakhir ranjang
46
Sabrina hamil
47
Masih tanda tanya
48
Ungkapan
49
Melewati masa kritis
50
Koma
51
Membuka memori
52
Asal-usul Devan
53
Gugur?
54
Kekuatan cinta
55
Amnesia
56
Bukti
57
Pulang ke panti
58
Pengorbanan Mahesa
59
Penasaran
60
Negatif
61
Mengingat semuanya
62
Sakit
63
Khawatir
64
Lebay
65
Surat perceraian
66
Terjebak lift
67
Rumah baru
68
Sosok Randu
69
Terpojok
70
Tuntas
71
Berkunjung ke makam
72
Ajaib
73
Pergi
74
Ultah yang ke 22
75
Alyssa
76
Lamaran
77
Pendapat
78
Restu
79
Aneh
80
Pingsan
81
Hamil
82
Hadiah
83
Sidang kedua
84
Pengumuman
85
Sah
86
Resepsi
87
Malam pertama
88
Baju dinas
89
Arum hamil
90
Resmi bercerai
91
Antara jodoh dan perjodohan
92
Happy wedding Agung dan Sesil
93
OTW kasur
94
Ngebut
95
Berusaha move on
96
Nasib Aya
97
Menantu idaman
98
Kasus
99
Raisya Laksana Putri
100
Selamat
101
Kenangan
102
Bertemu lagi
103
Ulang tahun
104
Pemandangan pagi
105
datang ke kantor
106
Penasaran
107
Diskusi
108
Mirip
109
Kepergok
110
Sakit
111
Permintaan Raisya
112
Kembar
113
Sabrina dan Aida
114
Gagal
115
Mama Aya
116
Terka Randu
117
Asam lambung
118
Saudara kandung
119
Pulang
120
Hari pertama bekerja
121
Bendera perang
122
Parasit
123
Teguran
124
Pilihan yang sangat sulit
125
Pilih suami
126
Menolak
127
Keputusan Aya
128
Peringatan untuk Randu
129
Mencari Aya
130
Sama-sama angkuh
131
Julid
132
Akhirnya jatuh juga
133
Terjebak
134
Pernikahan Randu dan Aya
135
Pesta
136
Kejutan untuk Randu
137
Kehidupan baru
138
Kontraksi palsu
139
Kontraksi asli
140
Daffa dan Daffi
141
Cuek
142
Debat
143
Ungkapan Aya
144
Selanjutnya
145
Siap mengandung
146
Nggak peka
147
Kesibukan Mahesa
148
Semua berakhir indah
149
Pengumuman
150
Novel baru sudah rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!