Melawan

Sehari tinggal di rumah Mahesa, namun Camelia mampu mengendalikan semuanya termasuk mengganti tugas para pelayan di rumah itu. Dan juga tugas Bi Asih yang awalnya hanya memasak kini beralih sebagai tukang bersih bersih. 

"Bibi tidak usah membersihkan kamarku, aku bisa sendiri." Sabrina meraih sapu dari tangan Bi Asih yang baru saja datang. 

"Tapi Non,__

Ucapan Bi Asih mengambang saat Sabrina merangkul pundak wanita paruh baya itu. Membawanya untuk duduk di tepi ranjang. 

"Tenang saja, Camelia tidak akan marah,  lagi pula kamar ini kan aku yang tempati.''

Non Sabrina benar benar baik, berbeda dengan Non Camelia,  andai saja dia adalah wanita yang dicintai den Mahesa, pasti tak hanya pak Yudi yang bahagia kami disini juga bersyukur.

Setelah bicara dalam hati. Akhirnya Bi Asih malah menjadi penonton saat Sabrina menyapu.

Baru saja beberapa saat santai, suara Camelia dari luar menggema memanggil bi Asih. 

"Sebentar ya Non," Pamit bi Asih dengan ramah. 

Sabrina mengangguk dan menatap punggung Bi Asih yang menghilang bersamaan pintu yang tertutup rapat. 

Banyak tanda tanya dengan panggilan madunya, saking penasarannya Sabrina mengikuti bi Asih dari belakang. 

Dengan jalan tergopoh bi Asih menyusuri anak tangga menghampiri sumber suara yang bagaikan lonceng. 

"Saya, Non," ucap bi Asih menunduk sopan. 

"Apa bibi nggak dengar peraturan yang aku bacakan kemarin?"

Bi Asih mengangguk dengan cepat.

"Dengar, memangnya apa yang harus saya bersihkan Non?"

Camelia menunjuk ke arah kamarnya.

"Kamar, Non?" tanya Bi Asih memastikan.

"Bukan, tapi kamar mandi,'' jelas Camelia. 

"Itu kan tugasnya Siti," tukas bi Asih dengan beraninya.

"Sekarang tidak lagi,  dan itu adalah tugas Bibi."

Setelah makan siang dan belum melemaskan otot-ototnya, kini tugas itu datang lagi, berbeda dengan hari sebelumnya yang sangat santai, sepertinya Camelia memang sengaja tak memberinya waktu luang untuk tidur.

Tanpa menjawab Bi Asih melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Camelia. 

"Tunggu!"

Tiba tiba saja suara Sabrina dari ujung tangga menghentikan langkah bi Asih. Wanita itu menghampiri Bi Asih dan Camelia yang masih ada di ambang pintu kamar. 

"Bibi istirahat saja!" suruh Sabrina. Menarik tangan bi Asih hingga wanita itu keluar. 

Camelia menggertakkan kakinya, untuk kedua kalinya Sabrina mengusik ketenangannya. Jika tadi Sabrina mencegah Bi Asih untuk mencuci kakinya,  kini dengan tegasnya Sabrina melarang bi Asih untuk melakukan tugas barunya. 

"Apa maksud kamu, dia pembantu di rumah ini,  itu artinya terserah aku mau menyuruhnya apa saja?" pekik Camelia,  wajahnya kembali berapi api saat melihat Sabrina yang ada di hadapannya. Seolah olah istri pertama suaminya itu menantangnya. 

"Maksud aku mengajari kamu untuk sopan santun. Meskipun kamu nyonya disini, tidak sepantasnya kamu menindas para pelayan. Mereka juga manusia seperti kita, butuh istirahat. Apa kamu nggak kasihan lihat Bi Asih yang sudah tua ini." Sabrina memegang kedua lengan pembantunya. Wajahnya begitu murka melihat kelakuan Camelia yang di luar naluri.

"Kita sama sama istri mas Mahesa,  setidaknya harus saling mengingatkan jika ada yang salah, dan aku rasa apa yang kamu perbuat seharian ini sudah melebihi batasan," imbuhnya lagi. 

Tak membuat Camelia sadar, wanita itu malah menganggap ucapan Sabrina adalah bendera perang yang baru saja dikibarkan. 

"Kita lihat saja siapa yang menang diantara kita, dan aku tidak akan membiarkan kamu betah disini."

"Aku nggak takut, karena dimanapun aku berada, Allah akan selalu melindungiku."

Sabrina menggiring bi Asih untuk pergi,  meskipun sedikit was was dengan ancaman Camelia, ia tak peduli,  yang pastinya harga diri bi Asih yang terpenting. 

''Kenapa non harus menolong saya?'' bi Asih nampak marah dan melepaskan tangan Sabrina yang dari tadi menggenggam tangannya. 

Sabrina mengambil segelas air putih lalu meneguknya, tak peduli dengan Bi Asih yang terus menggerutu memarahinya. 

"Minum dulu, Bi!" ujarnya. 

Wajahnya terus berusaha tenang.

Menyodorkan secangkir teh hangat berharap bisa menyurutkan emosi bi Asih. 

"Itu tugas saya, jadi lain kali non nggak usah jadi pahlawan." imbuhnya,  masih dengan nada ketus. 

Bi Asih melirik ke arah gelas yang baru saja di letakkan Sabrina di depannya. 

"Camelia sudah keterlaluan Bi, dan itu tidak bisa dibiarkan, biarpun derajat bibi dan dia berbeda, tapi di sisi Allah kita itu sama, hanya hamba-Nya yang lemah.''

"Bibi tahu Non. Tapi bagaimana jika Non Camelia beneran mengadu ke den Mahesa, pasti non yang akan dimarahi."

"Itu urusanku, jadi bibi nggak usah khawatir."

Sabrina mengangguk lalu meninggalkan Bi Asih.

Baru saja tiba di ruang keluarga, Sabrina mengedarkan pandangannya saat pintu utama terbuka, ternyata Mahesa dan Randu yang datang. 

"Sudah pulang, Mas?" tanya Sabrina. 

Tak ada perubahan sedikitpun. Mahesa tak pernah menggubris ucapan Sabrina. Dengan sengaja pria itu melewati tubuh Sabrina tanpa menjawab sepatah kata pun. 

"Permisi….'' 

Randu pun segera keluar dari rumah Mahesa setelah tuannya menghilang dari pandangannya. 

Mau sampai kapan mas Mahesa seperti itu, aku memang tak sempurna,  tapi tidak bisakah dia menghargai jerih payahku selama ini. 

Sabrina kembali masuk kedalam kamarnya,  di kehamilannya yang menginjak tujuh bulan Sabrina mulai merasa lelah. Meskipun aktivitasnya berkurang  namun tetap bayi yang berada di dalam perutnya itu tak mendukung dirinya. 

"Sabrina, keluar kamu!" teriak Mahesa. 

Sabrina yang baru saja membaringkan tubuhnya terpaksa harus terbangun saat mendengar suara lantang itu,  dengan sigap wanita itu menyambar hijabnya dan memakainya dengan asal.

"Apa mas butuh sesuatu?" tanya Sabrina antusias. 

Mahesa memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya lalu memunggungi Sabrina.

"Kamu disini hanya numpang, jadi kamu harus tahu diri, aku tidak suka kamu mencampuri urusan Camelia, kalian itu berbeda." celetuk Mahesa. 

"Maaf," hanya kata itu yang di ucapkan Sabrina.

Selama beberapa detik hening, kini pria itu menoleh menatap wajah Sabrina dengan lekat. 

"Dia istri yang aku harapkan, sedangkan kamu tidak,  bahkan kamu tak lain seperti pajangan di rumah ini." imbuhnya. 

Mencoba sekuat apapun Sabrina hanyalah seorang perempuan, dan pastinya ucapan Mahesa adalah goresan yang sedikit demi sedikit meninggalkan jejak luka.

Sabrina mengikis jarak dan berdiri tepat di depan Mahesa. 

"Aku tahu mas sangat mencintai Camelia, tapi tidak semua apa yang dilakukan dia mas dukung, apalagi Camelia sudah keterlaluan. Dan suatu saat nanti,  mas akan tahu, apa arti sebuah cinta yang sebenarnya."

"Jika kamu membela bi Asih, itu artinya kamu siap menggantikan pekerjaannya." 

Sabrina tersenyum, "Aku siap, kapanpun mas membutuhkanku, pasti aku akan melakukannya."

Sabrina mengikuti langkah Mahesa menuju kamarnya.

''Ternyata sekarang ada pembantu baru, Mas?" sindir Camelia.

Sengaja wanita itu menyambut kedatangan suaminya di depan pintu untuk mengolok Sabrina.

Aku tahu, pasti ini adalah ulah dia. batin Sabrina.

Tak mau meladeni Camelia, Sabrina langsung masuk ke kamar Mahesa, dan selama menikah ini adalah pertama kali wanita itu masuk ke kamar suaminya.

Setibanya di kamar mandi, Sabrina hanya bisa menutup telinga dan matanya saat mendengar suara aneh dari arah ranjang. Itu adalah suara pasangan suami istri yang menurutnya tak beradab.

Terpopuler

Comments

Epifania R

Epifania R

jangan sampai kembali sabrina

2022-06-13

1

Shaka Kirani Chellien

Shaka Kirani Chellien

klok terlalu bodoh juga aku gak suka..gak masuk akal ..

2022-03-10

0

Ͻᴉɯɐɹ ꟽɐɹᴉɐ 𝐙⃝🦜

Ͻᴉɯɐɹ ꟽɐɹᴉɐ 𝐙⃝🦜

Sabar dan bodoh cuma beda tipis ya 😂

2022-02-28

2

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan
2 Kesalahan
3 Licik
4 Peraturan baru
5 Melawan
6 Kunjungan Pak Yudi
7 Stroke
8 Memilih diam
9 Dokter playboy
10 Melangkah
11 Pergi
12 Melamar kerja
13 Terbongkar
14 Setitik cinta
15 Hamil
16 Cemburu
17 Tersindir
18 Hinaan
19 Antara menyesal dan bersyukur
20 Melahirkan
21 Devan Rahardjo
22 Rencana
23 Rumah baru
24 Aqiqah
25 Senjata makan tuan
26 Gelang misterius
27 Mimpi
28 Sedikit lunak
29 Tidak akan ada perceraian
30 Penyesalan
31 Kenyataan pahit
32 Ke luar kota
33 Terkuak
34 Meminta pendapat
35 Perdebatan kecil
36 Kejadian malam itu
37 Pengakuan
38 Panik
39 Ragu
40 Rencana
41 Terungkap
42 Ketakutan Mahesa
43 Perseteruan
44 Menunda
45 Cemburu berakhir ranjang
46 Sabrina hamil
47 Masih tanda tanya
48 Ungkapan
49 Melewati masa kritis
50 Koma
51 Membuka memori
52 Asal-usul Devan
53 Gugur?
54 Kekuatan cinta
55 Amnesia
56 Bukti
57 Pulang ke panti
58 Pengorbanan Mahesa
59 Penasaran
60 Negatif
61 Mengingat semuanya
62 Sakit
63 Khawatir
64 Lebay
65 Surat perceraian
66 Terjebak lift
67 Rumah baru
68 Sosok Randu
69 Terpojok
70 Tuntas
71 Berkunjung ke makam
72 Ajaib
73 Pergi
74 Ultah yang ke 22
75 Alyssa
76 Lamaran
77 Pendapat
78 Restu
79 Aneh
80 Pingsan
81 Hamil
82 Hadiah
83 Sidang kedua
84 Pengumuman
85 Sah
86 Resepsi
87 Malam pertama
88 Baju dinas
89 Arum hamil
90 Resmi bercerai
91 Antara jodoh dan perjodohan
92 Happy wedding Agung dan Sesil
93 OTW kasur
94 Ngebut
95 Berusaha move on
96 Nasib Aya
97 Menantu idaman
98 Kasus
99 Raisya Laksana Putri
100 Selamat
101 Kenangan
102 Bertemu lagi
103 Ulang tahun
104 Pemandangan pagi
105 datang ke kantor
106 Penasaran
107 Diskusi
108 Mirip
109 Kepergok
110 Sakit
111 Permintaan Raisya
112 Kembar
113 Sabrina dan Aida
114 Gagal
115 Mama Aya
116 Terka Randu
117 Asam lambung
118 Saudara kandung
119 Pulang
120 Hari pertama bekerja
121 Bendera perang
122 Parasit
123 Teguran
124 Pilihan yang sangat sulit
125 Pilih suami
126 Menolak
127 Keputusan Aya
128 Peringatan untuk Randu
129 Mencari Aya
130 Sama-sama angkuh
131 Julid
132 Akhirnya jatuh juga
133 Terjebak
134 Pernikahan Randu dan Aya
135 Pesta
136 Kejutan untuk Randu
137 Kehidupan baru
138 Kontraksi palsu
139 Kontraksi asli
140 Daffa dan Daffi
141 Cuek
142 Debat
143 Ungkapan Aya
144 Selanjutnya
145 Siap mengandung
146 Nggak peka
147 Kesibukan Mahesa
148 Semua berakhir indah
149 Pengumuman
150 Novel baru sudah rilis
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Pernikahan
2
Kesalahan
3
Licik
4
Peraturan baru
5
Melawan
6
Kunjungan Pak Yudi
7
Stroke
8
Memilih diam
9
Dokter playboy
10
Melangkah
11
Pergi
12
Melamar kerja
13
Terbongkar
14
Setitik cinta
15
Hamil
16
Cemburu
17
Tersindir
18
Hinaan
19
Antara menyesal dan bersyukur
20
Melahirkan
21
Devan Rahardjo
22
Rencana
23
Rumah baru
24
Aqiqah
25
Senjata makan tuan
26
Gelang misterius
27
Mimpi
28
Sedikit lunak
29
Tidak akan ada perceraian
30
Penyesalan
31
Kenyataan pahit
32
Ke luar kota
33
Terkuak
34
Meminta pendapat
35
Perdebatan kecil
36
Kejadian malam itu
37
Pengakuan
38
Panik
39
Ragu
40
Rencana
41
Terungkap
42
Ketakutan Mahesa
43
Perseteruan
44
Menunda
45
Cemburu berakhir ranjang
46
Sabrina hamil
47
Masih tanda tanya
48
Ungkapan
49
Melewati masa kritis
50
Koma
51
Membuka memori
52
Asal-usul Devan
53
Gugur?
54
Kekuatan cinta
55
Amnesia
56
Bukti
57
Pulang ke panti
58
Pengorbanan Mahesa
59
Penasaran
60
Negatif
61
Mengingat semuanya
62
Sakit
63
Khawatir
64
Lebay
65
Surat perceraian
66
Terjebak lift
67
Rumah baru
68
Sosok Randu
69
Terpojok
70
Tuntas
71
Berkunjung ke makam
72
Ajaib
73
Pergi
74
Ultah yang ke 22
75
Alyssa
76
Lamaran
77
Pendapat
78
Restu
79
Aneh
80
Pingsan
81
Hamil
82
Hadiah
83
Sidang kedua
84
Pengumuman
85
Sah
86
Resepsi
87
Malam pertama
88
Baju dinas
89
Arum hamil
90
Resmi bercerai
91
Antara jodoh dan perjodohan
92
Happy wedding Agung dan Sesil
93
OTW kasur
94
Ngebut
95
Berusaha move on
96
Nasib Aya
97
Menantu idaman
98
Kasus
99
Raisya Laksana Putri
100
Selamat
101
Kenangan
102
Bertemu lagi
103
Ulang tahun
104
Pemandangan pagi
105
datang ke kantor
106
Penasaran
107
Diskusi
108
Mirip
109
Kepergok
110
Sakit
111
Permintaan Raisya
112
Kembar
113
Sabrina dan Aida
114
Gagal
115
Mama Aya
116
Terka Randu
117
Asam lambung
118
Saudara kandung
119
Pulang
120
Hari pertama bekerja
121
Bendera perang
122
Parasit
123
Teguran
124
Pilihan yang sangat sulit
125
Pilih suami
126
Menolak
127
Keputusan Aya
128
Peringatan untuk Randu
129
Mencari Aya
130
Sama-sama angkuh
131
Julid
132
Akhirnya jatuh juga
133
Terjebak
134
Pernikahan Randu dan Aya
135
Pesta
136
Kejutan untuk Randu
137
Kehidupan baru
138
Kontraksi palsu
139
Kontraksi asli
140
Daffa dan Daffi
141
Cuek
142
Debat
143
Ungkapan Aya
144
Selanjutnya
145
Siap mengandung
146
Nggak peka
147
Kesibukan Mahesa
148
Semua berakhir indah
149
Pengumuman
150
Novel baru sudah rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!