Stroke

Menunggu adalah hal yang paling menjengkelkan, begitulah Mahesa mengartikannya sehingga pria itu terlihat gelisah. Sesekali pandangannya menatap pintu yang masih tertutup rapat. Bu Risma menangis histeris dipelukan Camelia. Dalam riwayat hidupnya ini pertama kali pak Yudi harus pingsan. 

"Ini semua gara gara dia, Mas," celetuk  Camelia.  Menyungutkan kepalanya kearah Sabrina yang diambang ketakutan

Wanita itu dengan sengaja memojokkan Sabrina atas kejadian yang menimpa Pak Yudi. 

"Bukan, Mas," elak sabrina seketika. 

Wajahnya kembali menciut saat Mahesa menatapnya dengan tatapan tajam belum lagi tangannya mengepal memendam amarah. 

Ia merasa tak salah dengan apa yang terjadi tadi, dan dengan jelas karena ulah Camelia lah Pak Yudi shock.

Andaikan diberi kesempatan bicara, Sabrina pun ingin menjelaskan semuanya. Namun sayang, ia tak mempunyai tempat untuk itu, terhimpit dalam situasi dan kondisi, sepertinya saat ini ia adalah benda mati saat berada di depan mertua dan suaminya. 

"Kamu datang memang pembawa sial, mau sampai kapan kamu mengacaukan keluarga kami, hah!" 

Dengan diliputi amarah, Bu Risma mendorong tubuh Sabrina hingga terhuyung.

"Bu,__"

Sabrina menangkup kedua tangannya, tak tahu harus bagaimana menjelaskannya kepada mertuanya tentang kejadian yang sebenarnya, Sabrina kehabisan kata kata karena apa yang meluncur dari bibirnya pasti tak ada benarnya.

"Kamu tidak hanya membawa sial di panti asuhan, tapi kamu juga membawa sial di keluarga kami." lanjut Bu Risma lagi. Rasanya kurang puas sebelum membuat Sabrina menangis.

Dada Sabrina semakin bergemuruh tak karuan, rasa bersalah kembali hadir, entah kenapa ia merasa benar dengan apa yang diucapkan Bi Risma.

"Mama jangan nangis,  pasti papa akan baik-baik saja."

Mahesa membawa Bu Risma kembali duduk,  dan tak peduli dengan Sabrina yang juga butuh sandaran. 

Apakah harus sesakit ini menjadi istri dan menantu yang tak diinginkan, kenapa ini semua terjadi padaku, apa aku harus pergi dari Mas Mahesa. Lalu bagaimana dengan putraku nanti,  aku nggak mau dia lahir tanpa ayah. batinnya.

Sabrina mengelus perutnya, bayi yang berjenis kelamin laki-laki itu tiba-tiba menendang perutnya hingga membuat sang empu meringis, andaikan Mahesa adalah suami yang mencintainya, Sabrina ingin sekali diperhatikan,  namun sayang, itu tidak mungkin, dan dengan jelasnya berulang kali Mahesa mengatakan jijik dengan dirinya. 

Sabrina menyeka air matanya, dalam hatinya terus berdoa berharap Allah memberikan yang terbaik untuk mertuanya.

Ceklek,  di saat hening, pintu terbuka membuyarkan tangisan Bu Risma. 

Seseorang berjas putih keluar dari ruangan tempat pak Yudi dirawat,  wajahnya tampak sedikit gusar saat menghampiri Mahesa dan Bu Risma.

"Bagaimana keadan papa saya, Dok?" tanya Mahesa dengan antusias. 

Huh

Terdengar helaan napas panjang dan situ semakin membuat Sabrina takut. 

''Pak Yudi mengalami stroke ringan, jadi beliau harus dirawat untuk beberapa hari." ucap Dokter Ridwan menjelaskan. 

Bu Risma yang tak terima dengan penuturan itu berlari masuk ke dalam, rasanya tak percaya dengan apa yang terjadi pada suaminya saat ini. Begitu juga dengan Mahesa dan Camelia yang hanya bisa tercengang. 

Baru saja ingin melangkahkan kaki Mahesa kembali menoleh dan mengangkat tangannya.

"Jangan masuk!'' ucapnya dengan tegas. 

Jangankan membantah, Sabrina hanya  bisa menatap pintu yang tertutup rapat. 

Saking inginnya melihat keadaan Pak Yudi, Sabrina mendekati pintu dan menatap dari kaca.

''Ayah, maafkan aku karena sudah membuat ayah seperti ini.'' gumamnya.

Di antara mereka yang berlalu lalang dengan keluarga masing masing, hanya Sabrina yang mengenaskan, dan sepertinya wanita itu lupa dengan tawa dan senyum dan mengendap di dirinya hanyalah luka yang ditorehkan suaminya. 

Setelah puas menatap wajah Pak Yudi Sabrina memilih untuk pergi,  namun langkahnya harus berhenti saat mendengar suara Mahesa dari belakang memanggilnya. 

"Iya, Mas," ucap Sabrina ramah. Menanti ucapan Mahesa selanjutnya. 

"Kamu dengar kan apa ucapan dokter tadi?"

Sabrina mengangguk. 

"Dan ini semua karena kamu,  jadi kamu harus bertanggung jawab."

"Maksudnya?" timpal Sabrina memastikan. 

"Kamu harus merawat papa sampai sembuh."

"Dan anggap saja ini sebagai balasan karena keluarga kami sudah menampung kamu," imbuh Bu Risma dari belakang. 

Ucapan Bu Risma diterima baik oleh Sabrina, seketika wanita itu tersenyum renyah. 

"Dengan senang hati, Bu. Pasti aku akan merawat ayah dengan baik, apa sekarang aku boleh bertemu ayah?"

Tanpa sebuah jawaban Mahesa dan Camelia meninggalkan Sabrina. 

Tak peduli Sabrina langsung masuk ke ruangan Pak Yudi di rawat. 

"Ayah...." panggil Sabrina. 

Pak Yudi membuka matanya saat mendengar suara Sabrina. Pria itu tampak pucat dan layu. Tangannya tak bisa digerakkan begitu juga dengan pita suaranya yang tertahan.

Sabrina Mendaratkan jarinya tepat di bibir pak Yudi yang sedikit terbuka. 

"Jangan bicara ayah. Mulai hari ini aku yang akan merawat ayah." ucap Sabrina menenangkan. 

Tiba tiba saja air mata menetes dari sudut mata pak Yudi saat melihat ketulusan Sabrina. Tak pernah terbayangkan jika ia akan mendapatkan menantu sebaik wanita yang ada disampingnya saat ini. 

Ayah hanya bisa berdoa, semoga Allah segera menunjukkan keadilannya, sekecil apapun perbuatan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Itulah isi hati Pak Yudi untuk Sabrina. 

Pak Yudi meraih tangan Sabrina meskipun lidahnya kelu untuk bicara namun Sabrina paham dengan apa yang ingin dikatakan mertuanya. 

''Jika hari yang lalu ayah selalu menasehati Sabrina, sekarang berbalik,  Ayah yang harus dengarkan Sabrina supaya cepat sembuh.'' 

Pak Yudi mengedipkan mata memberi isyarat bahwa dia akan nurut dengan apa yang dikatakan menantu kesayangannya. 

"Permisi… " seru Dokter Ridwan yang baru saja datang. 

''Iya Dok, ada apa ya?" tanya Sabrina antusias.

Kali ini ia menganggap bahwa dirinya lah yang harus memperhatikan ucapan Dokter dengan gamblang supaya bisa merawat Pak Yudi dengan maksimal. 

"Ini obat untuk Pak Yudi." 

Dokter Ridwan menyodorkan satu botol kecil pil ke arah Sabrina. 

"Sebelum diminumkan Nona harus membaca resepnya terlebih dahulu,"  jelas dokter Ridwan dengan rinci. 

Sabrina mengangguk mengerti. 

Setelah mengucapkan terima kasih, Sabrina segera menyiapkan obat yang akan dikonsumsi mertuanya karena sudah waktunya. 

Perlahan Sabrina mengangkat kepala Pak Yudi dan memberikan obat sesuai anjuran sang dokter. 

Beberapa jam Sabrina hanya di kamar sendirian bersama pak Yudi. Mahesa baru saja memberinya pesan kalau ia harus pulang mengantar Camelia. Sedangkan Sabrina tak tahu kemana perginya Bu Risma. Akhirnya Sabrina membaringkan tubuh lelahnya di sofa setelah pak Yudi kembali memejamkan matanya. 

Ya Allah, semoga Engkau memberiku kesabaran yang lebih lapang, lirih hatinya.

Selain sudah sangat mengantuk, Sabrina juga kasihan pada putranya yang belum di ajaknya untuk istirahat sama sekali. 

Dari perut Bunda kamu sudah diajarkan kuat, dan Bunda berharap jika kamu lahir nanti akan menjadi anak yang lebih tegar, dan sampai pada akhirnya Ibu bisa lepas dari ayah kamu. 

Setelah puas bicara dalam hati Sabrina memejamkan matanya dan berharap mimpi yang lebih indah dari kenyataan hidupnya.

''Bagaimana keadan suami saya, Dok?'' tanya Bu Risma. 

Dokter Ridwan tersenyum lebar.

"Alhamdulillah, berkat menantu Ibu,  pak Yudi semakin membaik,  dan saya yakin, jika menantu Ibu." menunjuk ke arah Sabrina yang terlelap. "Yang menjaganya, dalam sebulan ini, pasti beliau akan pulih kembali, saya permisi."

Setelah Dokter Ridwan menghilang Bu Risma menatap wajah sendu Sabrina. 

Selama ini aku sudah menganggapnya rendah, tapi dengan sabarnya dia mau merawat Papa, kasihan juga dia. 

Bu Risma merasa tersentil mengingat kelakuannya selama ini yang terus memojokkan Sabrina. 

Terpopuler

Comments

Cahaya Hayati

Cahaya Hayati

tidak lama lagi bayi nya lahir semoga dengan bayi itu bisa merubah takdir mu sabrina

2023-01-23

0

vie na Ai

vie na Ai

sabrina terllu bodoh jd wanita lemah rela d hina d rendahkn hanya demi sttus putranya .itu ank mu meskipun tanpa sttus ayah gk masalah hei kecuali anak perempuan

2022-06-14

0

novi 99

novi 99

hey orang kaya .
jangan ngandalin duit aja .
pakai otak untuk berpikir , sekolah tinggi tapi gak pintar juga .

Mana ni CCTV , masak cctv gak ada atau rusak .
cek CCTV dirumah mu Mahesa.

2022-03-07

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan
2 Kesalahan
3 Licik
4 Peraturan baru
5 Melawan
6 Kunjungan Pak Yudi
7 Stroke
8 Memilih diam
9 Dokter playboy
10 Melangkah
11 Pergi
12 Melamar kerja
13 Terbongkar
14 Setitik cinta
15 Hamil
16 Cemburu
17 Tersindir
18 Hinaan
19 Antara menyesal dan bersyukur
20 Melahirkan
21 Devan Rahardjo
22 Rencana
23 Rumah baru
24 Aqiqah
25 Senjata makan tuan
26 Gelang misterius
27 Mimpi
28 Sedikit lunak
29 Tidak akan ada perceraian
30 Penyesalan
31 Kenyataan pahit
32 Ke luar kota
33 Terkuak
34 Meminta pendapat
35 Perdebatan kecil
36 Kejadian malam itu
37 Pengakuan
38 Panik
39 Ragu
40 Rencana
41 Terungkap
42 Ketakutan Mahesa
43 Perseteruan
44 Menunda
45 Cemburu berakhir ranjang
46 Sabrina hamil
47 Masih tanda tanya
48 Ungkapan
49 Melewati masa kritis
50 Koma
51 Membuka memori
52 Asal-usul Devan
53 Gugur?
54 Kekuatan cinta
55 Amnesia
56 Bukti
57 Pulang ke panti
58 Pengorbanan Mahesa
59 Penasaran
60 Negatif
61 Mengingat semuanya
62 Sakit
63 Khawatir
64 Lebay
65 Surat perceraian
66 Terjebak lift
67 Rumah baru
68 Sosok Randu
69 Terpojok
70 Tuntas
71 Berkunjung ke makam
72 Ajaib
73 Pergi
74 Ultah yang ke 22
75 Alyssa
76 Lamaran
77 Pendapat
78 Restu
79 Aneh
80 Pingsan
81 Hamil
82 Hadiah
83 Sidang kedua
84 Pengumuman
85 Sah
86 Resepsi
87 Malam pertama
88 Baju dinas
89 Arum hamil
90 Resmi bercerai
91 Antara jodoh dan perjodohan
92 Happy wedding Agung dan Sesil
93 OTW kasur
94 Ngebut
95 Berusaha move on
96 Nasib Aya
97 Menantu idaman
98 Kasus
99 Raisya Laksana Putri
100 Selamat
101 Kenangan
102 Bertemu lagi
103 Ulang tahun
104 Pemandangan pagi
105 datang ke kantor
106 Penasaran
107 Diskusi
108 Mirip
109 Kepergok
110 Sakit
111 Permintaan Raisya
112 Kembar
113 Sabrina dan Aida
114 Gagal
115 Mama Aya
116 Terka Randu
117 Asam lambung
118 Saudara kandung
119 Pulang
120 Hari pertama bekerja
121 Bendera perang
122 Parasit
123 Teguran
124 Pilihan yang sangat sulit
125 Pilih suami
126 Menolak
127 Keputusan Aya
128 Peringatan untuk Randu
129 Mencari Aya
130 Sama-sama angkuh
131 Julid
132 Akhirnya jatuh juga
133 Terjebak
134 Pernikahan Randu dan Aya
135 Pesta
136 Kejutan untuk Randu
137 Kehidupan baru
138 Kontraksi palsu
139 Kontraksi asli
140 Daffa dan Daffi
141 Cuek
142 Debat
143 Ungkapan Aya
144 Selanjutnya
145 Siap mengandung
146 Nggak peka
147 Kesibukan Mahesa
148 Semua berakhir indah
149 Pengumuman
150 Novel baru sudah rilis
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Pernikahan
2
Kesalahan
3
Licik
4
Peraturan baru
5
Melawan
6
Kunjungan Pak Yudi
7
Stroke
8
Memilih diam
9
Dokter playboy
10
Melangkah
11
Pergi
12
Melamar kerja
13
Terbongkar
14
Setitik cinta
15
Hamil
16
Cemburu
17
Tersindir
18
Hinaan
19
Antara menyesal dan bersyukur
20
Melahirkan
21
Devan Rahardjo
22
Rencana
23
Rumah baru
24
Aqiqah
25
Senjata makan tuan
26
Gelang misterius
27
Mimpi
28
Sedikit lunak
29
Tidak akan ada perceraian
30
Penyesalan
31
Kenyataan pahit
32
Ke luar kota
33
Terkuak
34
Meminta pendapat
35
Perdebatan kecil
36
Kejadian malam itu
37
Pengakuan
38
Panik
39
Ragu
40
Rencana
41
Terungkap
42
Ketakutan Mahesa
43
Perseteruan
44
Menunda
45
Cemburu berakhir ranjang
46
Sabrina hamil
47
Masih tanda tanya
48
Ungkapan
49
Melewati masa kritis
50
Koma
51
Membuka memori
52
Asal-usul Devan
53
Gugur?
54
Kekuatan cinta
55
Amnesia
56
Bukti
57
Pulang ke panti
58
Pengorbanan Mahesa
59
Penasaran
60
Negatif
61
Mengingat semuanya
62
Sakit
63
Khawatir
64
Lebay
65
Surat perceraian
66
Terjebak lift
67
Rumah baru
68
Sosok Randu
69
Terpojok
70
Tuntas
71
Berkunjung ke makam
72
Ajaib
73
Pergi
74
Ultah yang ke 22
75
Alyssa
76
Lamaran
77
Pendapat
78
Restu
79
Aneh
80
Pingsan
81
Hamil
82
Hadiah
83
Sidang kedua
84
Pengumuman
85
Sah
86
Resepsi
87
Malam pertama
88
Baju dinas
89
Arum hamil
90
Resmi bercerai
91
Antara jodoh dan perjodohan
92
Happy wedding Agung dan Sesil
93
OTW kasur
94
Ngebut
95
Berusaha move on
96
Nasib Aya
97
Menantu idaman
98
Kasus
99
Raisya Laksana Putri
100
Selamat
101
Kenangan
102
Bertemu lagi
103
Ulang tahun
104
Pemandangan pagi
105
datang ke kantor
106
Penasaran
107
Diskusi
108
Mirip
109
Kepergok
110
Sakit
111
Permintaan Raisya
112
Kembar
113
Sabrina dan Aida
114
Gagal
115
Mama Aya
116
Terka Randu
117
Asam lambung
118
Saudara kandung
119
Pulang
120
Hari pertama bekerja
121
Bendera perang
122
Parasit
123
Teguran
124
Pilihan yang sangat sulit
125
Pilih suami
126
Menolak
127
Keputusan Aya
128
Peringatan untuk Randu
129
Mencari Aya
130
Sama-sama angkuh
131
Julid
132
Akhirnya jatuh juga
133
Terjebak
134
Pernikahan Randu dan Aya
135
Pesta
136
Kejutan untuk Randu
137
Kehidupan baru
138
Kontraksi palsu
139
Kontraksi asli
140
Daffa dan Daffi
141
Cuek
142
Debat
143
Ungkapan Aya
144
Selanjutnya
145
Siap mengandung
146
Nggak peka
147
Kesibukan Mahesa
148
Semua berakhir indah
149
Pengumuman
150
Novel baru sudah rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!