Peraturan baru

Setelah kurang lebih tiga jam menikmati acara resepsi yang sangat meriah,  kini Mahesa dan Camelia sudah berada di kamar mewah sebuah hotel ternama. Sekian lama berpisah Mahesa sudah tak bisa menahan lagi hasratnya yang terpendam. Dari raut wajahnya pria itu nampak tak sabar untuk segera melepas kerinduannya dengan Camelia. 

''Mulai malam ini dan seterusnya kamu akan menjadi milikku. Jangan pergi lagi seperti waktu itu.''

Sebuah kecupan mendarat di pundak Camelia, Mahesa melingkarkan tangannya di perut sang pujaan hati. Menatap ke arah pantulan cermin. 

''Lalu bagaimana dengan Sabrina?'' cerca Camelia. 

Di saat moodnya baik tiba tiba saja Camelia mengingatkannya pada wanita yang sangat ia benci. 

Mahesa memutar tubuh Camelia hingga keduanya bersitatap.

''Aku dan dia dijodohkan untuk menutupi aibnya, sedikitpun aku tidak mencintainya, kamu jangan khawatir.''  Mahesa meraih tangan Camelia dan menempelkan di dada bidangnya.

''Cintaku hanya untuk kamu, jadi tenanglah!" Meyakinkan pada wanitanya untuk tidak meragukan ketulusannya. 

Camelia bernafas dengan lega, akhirnya apa yang diinginkan kini terkabul,  ancang ancang untuk menjadi nyonya Mahesa sudah terlaksana. 

Tanpa aba aba Mahesa mengangkat tubuh Camelia dan membawa ke ranjang, dan tak perlu menunggu lagi,  dengan lihainya pria itu sudah melucuti baju yang melekat di tubuhnya dan tubuh istrinya.  Tak ada perlawanan, karena apa yang dirasakan Mahesa juga dirasakan Camelia. Selama keduanya berpisah hanya bisa berkomunikasi lewat telepon. 

Merasa direspon dengan baik, Mahesa mulai melakukan aksinya, tak mau membuang waktu, baginya Camelia adalah wanita yang bisa membuatnya bahagia seperti waktu itu. 

Di bawah sorotan lampu remang remang, Mahesa memperlakukan Camelia begitu lembut, memberinya sentuhan yang istimewa dan membuat wanita itu nyaman saat bergulat. 

Malam yang syahdu itu benar benar terjadi, meski itu bukan malam pertama bagi Mahesa, pria itu merasa puas dengan tubuh istrinya yang gemulai. 

"Maaf, aku sudah tidak perawan," cicit Camelia setelah Mahesa ambruk di sampingnya. 

Mahesa menoleh menatap wajah Camelia yang merona malu lalu tertawa. Bisa bisanya istri keduanya itu berbicara seperti itu. 

"Kan aku juga yang membuatmu tidak perawan."

Mahesa memeluk Camelia dengan erat,  meskipun malam itu tak diingatnya sama sekali, namun Mahesa yakin kalau rasanya sama.

Camelia tersenyum lalu memiringkan tubuhnya menggunakan lengan Mahesa sebagai bantal. 

"Aku mencintaimu,"  mengecup pipi Mahesa. 

"Sekarang tidurlah! Kita akan tinggal disini untuk beberapa hari,  karena rumah yang aku beli baru direnovasi."

Camelia mengernyitkan dahinya menatap lekat rahang kokoh Mahesa. 

"Nggak! besok aku mau pulang. Dan aku mau tinggal dirumah kamu."

"Apa maksud kamu?" seru Mahesa. Tak kalah terkejut dengan ucapan Camelia. 

"Ya, aku mau tinggal di rumah kamu bersama Sabrina. Kenapa?"

Mahesa terbangun menyambar kemeja dan memakainya. Sedangkan Camelia masih dengan posisinya berbaring menatap punggung Mahesa. 

"Tapi aku sudah membeli rumah untuk kamu tinggal, bahkan rumah itu lebih mewah dari yang aku tempati."

Camelia menutup tubuhnya dengan selimut dan dengan sengaja duduk di pangkuan Mahesa. 

"Tapi aku nggak mau,  dan aku maunya di rumah kamu." Camelia memperjelas ucapannya. 

Terpaksa Mahesa menyetujui permintaan Camelia daripada harus berdebat di malam pertamanya. 

Setelah sholat Subuh Sabrina melempar mukenanya setelah membaca chat dari suaminya yang akan pulang  pagi itu, meski selama ini tak dihargai sebagai seorang istri, Sabrina tetap patuh pada suaminya dan sedikitpun tak pernah membantahnya kecuali di jalan yang salah. 

''Non mau apa?''  tanya Bi Asih.

Sabrina membongkar semua isi kulkasnya mencari cari bahan makanan yang akan di masaknya. 

''Mas Mahesa dan Camelia mau pulang Bi, aku harus siapin makanan untuk mereka.''

Bi Asih hanya bisa duduk,  bagaimana bisa bidadari tak bersayap itu menganggap santai atas poligami suaminya. 

''Non nggak sakit hati melihat Den Mahesa menikah lagi?''

Mendengar ucapan Bi Asih, Sabrina malah tersenyum. Menghentikan aktivitasnya dan mendekati pembantunya. 

''Cinta tak harus memiliki, selama ini cintaku bertepuk sebelah tangan, dan aku ikhlas asalkan Mas Mahesa bahagia, dan yang terpenting dia masih mau menjadi ayah dari anakku.''

Untuk saat ini bagi Sabrina itulah yang terpenting dari apapun, sebab Sabrina tak mau anak yang akan dilahirkan itu cacat biologis. 

Mata Bi Asih berkaca dan merengkuh tubuh Sabrina, selama hidupnya ini kali pertama Bi Asih menemukan sosok wanita yang benar-benar kuat lahir batin.

"Sampai kapan Non bertahan?''

Lolos sudah air mata di pipi Bi Asih dengan derasnya. Tak bisa membayangkan jika itu terjadi pada dirinya dan anak cucunya, pasti sakit. 

"Sampai aku dan anakku siap, dan aku belum bisa melupakan kejadian malam itu, Bi."

Sabrina tak bisa menahan air matanya yang sudah luruh dengan sendirinya, apa lagi semalam Camelia memamerkan malam pertama yang sangat mesra dan romantis padanya lewat sebuah video berdurasi tiga puluh menit. Hatinya terbelah dan tak berbentuk lagi.

Bi Asih mengangguk mengerti, baginya aib Sabrina memang terlalu berat dan tak bisa diterima. 

"Yang sabar Non, bibi hanya bisa bantu doa."

Seperti seorang Ibu, Bi Asih mengelus kepala Sabrina yang berbalut hijab. 

Satu jam lebih lima belas menit, semua makanan yang dimasak Sabrina dan pembantu yang lain sudah siap. Sabrina segera ke depan saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Benar ternyata itu adalah mobil Mahesa. 

Dengan senyum semringah Sabrina merapikan hijabnya sebelum menemui suaminya. 

Seperti biasa, Mahesa kembali memasang wajah datarnya saat berada didekat istri pertamanya, seperti ucapannya pertama kali, sedikitpun Mahesa tak mengizinkan Sabrina untuk menyentuhnya hingga keduanya tampak seperti bukan mahram. 

Sabrina kembali menatap koper yang dibawa sang supir yang berada di belakang suaminya. 

"Ini koper siapa, Mas?"

"Koper aku," sahut Camelia yang masih menggandeng tangan Mahesa. 

"Mulai hari ini aku akan tinggal disini," Jelas Camelia. 

Tak menjawab, Sabrina menatap wajah Mahesa menanti penjelasan suaminya. 

"Iya, mulai hari ini Camelia juga akan tinggal disini,  dan aku nggak mau ada keributan."

Sabrina mengangguk dan mengulurkan tangannya.

"Aku sudah tahu siapa kamu, jadi nggak perlu kenalan lagi,'' tukas Camelia dengan nada sinis. 

Sedangkan Sabrina hanya menanggapi dengan senyuman di atas tangisan.

Mahesa dan Camelia masuk melewati Sabrina yang masih mematung di teras.

'Semoga kamu betah disini. Dan semoga kamu bisa membahagiakan mas Mahesa seperti yang diinginkannya,' lirih hatinya. 

Wanita yang sudah hamil besar itu pun mengikuti langkah suaminya menuju ruang keluarga. 

''Dan harus kamu ingat!'' Camelia memundurkan langkahnya mendekati Sabrina yang ada di belakang.

''Mulai sekarang aku yang akan pegang kendali.''

''Maksud kamu?'' tanya Sabrina. 

Camelia menghela napas panjang dan melipat kedua tangannya. 

''Aku adalah istri mas Mahesa yang dicintainya, jadi aku yang berhak berkuasa atas rumah ini dan semua fasilitas yang mas Mahesa miliki,''  jelas Camelia. 

Sabrina menyunggingkan bibirnya. ''Terserah, asalkan itu baik aku akan dukung. Dan aku juga nggak rakus ingin memiliki semuanya, karena semua ini hanya titipan Allah.''

Dengan santainya Sabrina berbicara, bahkan sedikitpun wanita itu tak takut dengan Camelia.

Camelia yang merasa tersindir dan tersulut emosi itu mengepalkan tangannya. Ternyata wanita berhijab didepannya itu tak sepolos yang ia kira.

Hampir saja Camelia melayangkan tangannya di pipi Sabrina, dengan sigap wanita itu menangkap tangan Camelia. 

''Kamu boleh berkuasa, kamu boleh mengatur semuanya, tapi kamu tidak bisa sedikitpun menyentuhku.''

Mahesa yang duduk di sofa hanya berdecak melihat sikap Sabrina yang sok suci. 

Terpopuler

Comments

Nethy Sunny

Nethy Sunny

nyesek bgt jd sabrina 😭

2024-04-28

0

Epifania R

Epifania R

kesal bangat sama mahesa

2022-06-13

2

Sunarti

Sunarti

itu pasti ulah camelia, Sabrina di perkosa, Camelia ud gak virgin jadi nya Sabrina di bikin tumbal untuk Mahesa, dasar manusia licik

2022-06-07

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan
2 Kesalahan
3 Licik
4 Peraturan baru
5 Melawan
6 Kunjungan Pak Yudi
7 Stroke
8 Memilih diam
9 Dokter playboy
10 Melangkah
11 Pergi
12 Melamar kerja
13 Terbongkar
14 Setitik cinta
15 Hamil
16 Cemburu
17 Tersindir
18 Hinaan
19 Antara menyesal dan bersyukur
20 Melahirkan
21 Devan Rahardjo
22 Rencana
23 Rumah baru
24 Aqiqah
25 Senjata makan tuan
26 Gelang misterius
27 Mimpi
28 Sedikit lunak
29 Tidak akan ada perceraian
30 Penyesalan
31 Kenyataan pahit
32 Ke luar kota
33 Terkuak
34 Meminta pendapat
35 Perdebatan kecil
36 Kejadian malam itu
37 Pengakuan
38 Panik
39 Ragu
40 Rencana
41 Terungkap
42 Ketakutan Mahesa
43 Perseteruan
44 Menunda
45 Cemburu berakhir ranjang
46 Sabrina hamil
47 Masih tanda tanya
48 Ungkapan
49 Melewati masa kritis
50 Koma
51 Membuka memori
52 Asal-usul Devan
53 Gugur?
54 Kekuatan cinta
55 Amnesia
56 Bukti
57 Pulang ke panti
58 Pengorbanan Mahesa
59 Penasaran
60 Negatif
61 Mengingat semuanya
62 Sakit
63 Khawatir
64 Lebay
65 Surat perceraian
66 Terjebak lift
67 Rumah baru
68 Sosok Randu
69 Terpojok
70 Tuntas
71 Berkunjung ke makam
72 Ajaib
73 Pergi
74 Ultah yang ke 22
75 Alyssa
76 Lamaran
77 Pendapat
78 Restu
79 Aneh
80 Pingsan
81 Hamil
82 Hadiah
83 Sidang kedua
84 Pengumuman
85 Sah
86 Resepsi
87 Malam pertama
88 Baju dinas
89 Arum hamil
90 Resmi bercerai
91 Antara jodoh dan perjodohan
92 Happy wedding Agung dan Sesil
93 OTW kasur
94 Ngebut
95 Berusaha move on
96 Nasib Aya
97 Menantu idaman
98 Kasus
99 Raisya Laksana Putri
100 Selamat
101 Kenangan
102 Bertemu lagi
103 Ulang tahun
104 Pemandangan pagi
105 datang ke kantor
106 Penasaran
107 Diskusi
108 Mirip
109 Kepergok
110 Sakit
111 Permintaan Raisya
112 Kembar
113 Sabrina dan Aida
114 Gagal
115 Mama Aya
116 Terka Randu
117 Asam lambung
118 Saudara kandung
119 Pulang
120 Hari pertama bekerja
121 Bendera perang
122 Parasit
123 Teguran
124 Pilihan yang sangat sulit
125 Pilih suami
126 Menolak
127 Keputusan Aya
128 Peringatan untuk Randu
129 Mencari Aya
130 Sama-sama angkuh
131 Julid
132 Akhirnya jatuh juga
133 Terjebak
134 Pernikahan Randu dan Aya
135 Pesta
136 Kejutan untuk Randu
137 Kehidupan baru
138 Kontraksi palsu
139 Kontraksi asli
140 Daffa dan Daffi
141 Cuek
142 Debat
143 Ungkapan Aya
144 Selanjutnya
145 Siap mengandung
146 Nggak peka
147 Kesibukan Mahesa
148 Semua berakhir indah
149 Pengumuman
150 Novel baru sudah rilis
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Pernikahan
2
Kesalahan
3
Licik
4
Peraturan baru
5
Melawan
6
Kunjungan Pak Yudi
7
Stroke
8
Memilih diam
9
Dokter playboy
10
Melangkah
11
Pergi
12
Melamar kerja
13
Terbongkar
14
Setitik cinta
15
Hamil
16
Cemburu
17
Tersindir
18
Hinaan
19
Antara menyesal dan bersyukur
20
Melahirkan
21
Devan Rahardjo
22
Rencana
23
Rumah baru
24
Aqiqah
25
Senjata makan tuan
26
Gelang misterius
27
Mimpi
28
Sedikit lunak
29
Tidak akan ada perceraian
30
Penyesalan
31
Kenyataan pahit
32
Ke luar kota
33
Terkuak
34
Meminta pendapat
35
Perdebatan kecil
36
Kejadian malam itu
37
Pengakuan
38
Panik
39
Ragu
40
Rencana
41
Terungkap
42
Ketakutan Mahesa
43
Perseteruan
44
Menunda
45
Cemburu berakhir ranjang
46
Sabrina hamil
47
Masih tanda tanya
48
Ungkapan
49
Melewati masa kritis
50
Koma
51
Membuka memori
52
Asal-usul Devan
53
Gugur?
54
Kekuatan cinta
55
Amnesia
56
Bukti
57
Pulang ke panti
58
Pengorbanan Mahesa
59
Penasaran
60
Negatif
61
Mengingat semuanya
62
Sakit
63
Khawatir
64
Lebay
65
Surat perceraian
66
Terjebak lift
67
Rumah baru
68
Sosok Randu
69
Terpojok
70
Tuntas
71
Berkunjung ke makam
72
Ajaib
73
Pergi
74
Ultah yang ke 22
75
Alyssa
76
Lamaran
77
Pendapat
78
Restu
79
Aneh
80
Pingsan
81
Hamil
82
Hadiah
83
Sidang kedua
84
Pengumuman
85
Sah
86
Resepsi
87
Malam pertama
88
Baju dinas
89
Arum hamil
90
Resmi bercerai
91
Antara jodoh dan perjodohan
92
Happy wedding Agung dan Sesil
93
OTW kasur
94
Ngebut
95
Berusaha move on
96
Nasib Aya
97
Menantu idaman
98
Kasus
99
Raisya Laksana Putri
100
Selamat
101
Kenangan
102
Bertemu lagi
103
Ulang tahun
104
Pemandangan pagi
105
datang ke kantor
106
Penasaran
107
Diskusi
108
Mirip
109
Kepergok
110
Sakit
111
Permintaan Raisya
112
Kembar
113
Sabrina dan Aida
114
Gagal
115
Mama Aya
116
Terka Randu
117
Asam lambung
118
Saudara kandung
119
Pulang
120
Hari pertama bekerja
121
Bendera perang
122
Parasit
123
Teguran
124
Pilihan yang sangat sulit
125
Pilih suami
126
Menolak
127
Keputusan Aya
128
Peringatan untuk Randu
129
Mencari Aya
130
Sama-sama angkuh
131
Julid
132
Akhirnya jatuh juga
133
Terjebak
134
Pernikahan Randu dan Aya
135
Pesta
136
Kejutan untuk Randu
137
Kehidupan baru
138
Kontraksi palsu
139
Kontraksi asli
140
Daffa dan Daffi
141
Cuek
142
Debat
143
Ungkapan Aya
144
Selanjutnya
145
Siap mengandung
146
Nggak peka
147
Kesibukan Mahesa
148
Semua berakhir indah
149
Pengumuman
150
Novel baru sudah rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!