Awww….Sabrina meringis kesakitan. tiba-tiba saja perutnya terasa nyeri saat ia menyiapkan makanan untuk Pak Yudi.
Seminggu berlalu, pak Yudi yang sedikit bisa bicara itu memilih untuk pulang ke rumah. Selain tak betah, Pak Yudi merasa kasihan dengan Sabrina yang terus berada di sana bersamanya. Belum lagi harus pulang memenuhi kewajibannya setiap hari.
"Ka---kamu ti--dak apa-apa?" ucap pak Yudi gagap.
Sabrina menggeleng menahan rasa sakit yang terus menjalar. Kali ini putranya benar-benar tak bisa bersahabat dengannya.
Ya Allah, apa yang terjadi dengan perutku, kenapa sakit seperti ini.
Sekuat tenaga Sabrina terus berdiri. Tak mau pak Yudi khawatir, akhirnya Sabrina memilih duduk dengan menahan gejolak yang terus merambat.
"Bibi…" terpaksa Sabrina memanggil salah satu pembantu di rumah tersebut.
"Iya Non, ada apa?" tanya Bi Mimi menghampirinya.
"Bi, tolong bantuin ayah sebentar ya, aku mau ke kamar." ucapnya nyengir.
Ingin sekali pak Yudi mengikuti menantunya, tapi apalah ia yang hanya bisa menjadi patung hidup. Tak bisa kemana-mana tanpa bantuan orang lain.
Setibanya di dalam kamar, Sabrina segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang, lalu mengambil ponsel yang ada di nakas.
Dengan sigap ia menghubungi dokter kandungan tempat ia periksa.
Tersambung, namun belum ada jawaban dari seberang sana, akhirnya Sabrina menghubungi nomor kontak rumah sakit.
Setelah terhubung dengan resepsionis, Sabrina menanyakan seseorang yang memang dihubungi saat ini.
"Nggak ada ya, Sus?" ucap Sabrina lemah, tangannya terus mengelus perutnya yang tertutup daster, berharap sakitnya bisa reda.
"Tapi nanti ada dokter baru yang akan menggantikan dokter Lena." jelasnya lagi.
"Baiklah, Sus."
Setelah memutuskan sambungannya, tiba-tiba saja Sabrina menangkap beberapa foto dari wallpaper yang ia terapkan.
"Aku kangen kalian, kapan kita bisa bersama lagi seperti dulu."
Terlintas dalam otaknya dimana ia menghabiskan waktunya dengan kedua sahabatnya dan kini mereka harus berpisah karena keadaan.
"Kalian lagi apa sekarang?" gumam Sabrina.
Membayangkan, pasti hidup kedua sahabatnya itu lebih beruntung darinya.
Ingin sekali Sabrina menelepon Sesil dan Arum, namun tak mungkin ia lakukan disaat kondisinya tak memungkinkan.
Brakk
Tiba tiba saja suara benda jatuh dari luar itu membuyarkan lamunan Sabrina, wanita itu segera beranjak dari tempatnya.
"Ayah, __" teriak Sabrina setelah membuka pintu kamarnya.
Dengan cepat Sabrina berlari menghampiri Pak Yudi yang tersungkur di bawah kursi roda. Tak hanya Sabrina, disana sudah ada tiga pelayan yang membantu Pak Yudi untuk bangun.
"Astaghfirullah, Ayah! kenapa ayah bisa jatuh?" tanya Sabrina khawatir.
"Ada apa ini?" sahut bu Risma yang baru saja keluar dari kamar.
"Ayah jatuh, Bu." jawab Sabrina.
Setelah duduk di kursi roda, Sabrina kembali mendorongnya menuju ruang keluarga. Sedangkan Bu Risma hanya mengikuti dari belakang.
"Maaf ya Pa, Mama lama."
Tak hanya Sabrina, Bu Risma yang baru saja selesai mandi merasa bersalah dengan kejadian itu.
Segera Bu Risma menghubungi Mahesa yang memang sudah waktunya pulang dari kantor.
Ditatapnya kedua wanita di depannya yang nampak akur, Dengan sedikit gemetar pak Yudi meraih tangan Bu Risma lalu menyatukannya dengan tangan Sabrina.
Tak ada satu kata pun, akan tetapi Sabrina maupun bu Risma tahu maksud pak Yudi.
"Papa tidak usah khawatir, mama sudah menerima Sabrina sebagai menantu mama."
Tangis Sabrina pecah kala itu, ucapan Bu Risma tak hanya menyejukkan hatinya, tapi itu adalah anugerah, keberhasilan dari perjuangannya selama ini.
Sabrina terisak dan memeluk Bu Risma yang ada di depannya.
Begitu juga bu Risma yang membalas pelukan Sabrina, mengelus punggung Sabrina yang bergetar hebat. Bahkan Bu Risma ikut berkaca mengingat nasib menantunya selama ini.
"Maafkan mama. Selama ini mama sudah salah sama kamu, dan mulai sekarang mama akan menerima kamu dan anak kamu di keluarga Rahardjo."
Sabrina menyeka air matanya, rasanya itu bagaikan mimpi yang tak akan pernah bisa terwujud, namun tak ada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak.
"Mulai sekarang biar mama yang rawat papa. Kan disini juga sudah banyak orang."
Sabrina mengangguk tanpa suara. Sedikit demi sedikit ia merasa bahagia setelah mendengar ungkapan Bu Risma.
"Bu, aku mau ke rumah sakit sebentar."
"Biar diantar Bi Mimi dan pak Diman."
Sabrina hanya tersenyum melihat perhatian mertuanya.
"Sabrina bisa sendiri Bu, lagipula cuma periksa saja kok."
" Tapi tetap sama Pak Diman ya, Hati hati!"
Sabrina mencium punggung tangan kedua mertuanya dan berlalu.
Baru saja Sabrina berada di depan rumah, mobil Mahesa masuk dari arah gerbang, wanita itu hanya bisa menanti suami dan madunya itu turun.
"Mas…"
Wanita itu mengulurkan tangannya, lupa jika Mahesa tak mau disentuh dan menyentuhnya.
"Maaf, Mas," akhirnya Sabrina menarik tangannya yang hampa.
"Kenapa kamu begitu ceroboh. Dasar nggak berguna!"
Ucapan itu bagaikan cubitan yang membekas, tak menyangka Mahesa akan mencacinya di depan istri keduanya dan supir mertuanya.
Sabrina memilih diam, rasanya sudah bosan untuk memberikan alasan yang tak akan ada hasilnya.
"Jika sampai papa kenapa napa, kamu dan bayi kamu yang akan bertanggung jawab."
Mungkin membisu akan lebih baik, itulah pikirnya.
Setelah Camelia dan Mahesa masuk kedalam rumah, Sabrina menghampiri pak Damin yang siap mengantarkannya.
"Silakan, Non!" Pak Damin sang supir membukakan pintu mobil untuknya.
"Tidak usah Pak, Aku aku naik ojek saja."
"Kenapa, Non?" tanya Pak Damin.
Sabrina mengulas senyum.
"Sambil lihat pemandangan luar pak, Bapak istirahat saja, nanti kalau Ayah atau Ibu nanya, bilang saja seperti yang aku katakan tadi."
Pak Damin mengangguk melepas kepergian Sabrina.
"Punya istri solehah seperti itu disia siakan, semoga den Mahesa sadar, dan mau menerimanya."
Pak Damin hanya geleng geleng menatap punggung Sabrina menghilang.
Tiga puluh menit Sabrina sudah tiba di rumah sakit tempat diperiksa, karena sudah membuat janji wanita itu langsung saja menemui resepsionis untuk menanyakan Dokter yang bertugas menggantikan dokter Lena.
"Ibu langsung masuk saja ke ruangan Dokter Lena, mulai saat ini dan seterusnya Beliau lah yang akan bertugas."
"Terima kasih, Sus."
Dengan langkah gontainya sabrina menyusuri lorong rumah sakit, dengan beberapa belokan akhirnya wanita itu tiba di depan ruangan Dokter Lena.
"Dokter Agung." Gumamnya.
Sabrina mengernyitkan dahinya saat membaca nama yang ada dipintu.
Hatinya kini malah mamang untuk melanjutkannya.
Baru saja memutar badannya ingin pergi, pintu dibuka dari dalam.
Sabrina yang tertangkap basah mau tak mau tetap menemui dokter tersebut.
"Ibu Sabrina," celetuk Dokter yang baru saja keluar.
Sabrina mengangguk dan menangkupkan kedua tangannya, dengan terang terangan menolak tangan Dokter Agung yang sudah mengulur tepat di depannya.
"Saya Agung, dokter kandungan di rumah sakit ini." jelasnya.
Sabrina kembali mengangguk, begitu canggung saat berada didekat laki-laki yang bukan muhrimnya.
"Silakan masuk!" Dokter Agung membuka pintunya lebar-lebar.
"Maaf dok, nggak jadi, saya mau cari dokter perempuan saja." cicit Sabrina.
Seketika Dokter yang bernama Agung itu tertawa lepas seperti mengejek ucapan Sabrina.
"Kenapa?" tanya Dokter Agung antusias. Merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan.
Sabrina menelan ludahnya dengan susah payah menatap penampilan Dokter Agung lalu membaca istighfar dalam hati.
"Saya belum terbiasa diperiksa sama dokter laki-laki, jadi maaf."
Dokter Agung hanya melongo mendengar penuturan Sabrina.
Di jaman seperti ini masih ada seorang perempuan yang tak mau disentuh laki laki yang bukan suaminya, bahkan di luar sana banyak yang menginginkan itu, aku orang yang bejat dan suka mempermainkan wanita, apa aku masih bisa mendapatkan istri solehah seperti dia. Batin dokter Agung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Salim Kholilulaziz
asyik.... ada yg bikin menarik nih. awas mahesa kena tikung.🤭
2022-07-02
0
novi 99
sama .
aku juga klo diperikaa dokter laki-laki rasanya malas , eh pas mau CS dokternya laki-laki karena dokter biasanya sedang operasi CS lain.
Tapi kan dokter laki-laki asistennya kebanyakan cewek apalagi khusus kandungan.
2022-03-07
1
Kendarsih Keken
wanita sholeha 💜💜💜
2022-02-17
0