Aisyah masih menangis lalu Faza memeluk sahabatnya dan membiarkan Aisyah menangis di pelukan Faza, Aisyah tak menyangka kisah cinta dan rumah tangganya dengan Anton akan berakhir seperti ini. Jujur dalam hati Aisyah masih mencintai Anton, tapi rasa sakit Aisyah membuatnya harus mengambil keputusan ini.
"Kamu sabar, ya. Mungkin ini yang terbaik untuk hubungan kalian, yang terbaik yang Tuhan berikan untukmu dan Anton," ucap Faza.
"Jika saja abang Anton tidak menuruti ibunya tidak mungkin dia menikah lagi, dan aku pasti akan selalu bersama dia selamanya," ujar Aisyah sesegukan.
Dari jauh Fattan melihat Aisyah yang sedang menangis dipelukan Faza. Faza pun meminta Fattan jangan mendekati Aisyah dulu, karena Aisyah butuh sendiri. Akhirnya Fattan pun kembali pulang dan sementara tidak akan mendekati Aisyah, sampai Aisyah selesai perceraiannya juga massa iddahnya.
Siang hari Anton sampai dirumah dengan mata sembab, pulang dari rumah Aisyah Anton pergi kepantai meluapkan emosi dan sedih juga sakit hatinya. Anton melihat Mira duduk sendiri diteras menunggu suaminya datang.
"Mas, darimana kamu?" tanya Mira yang mencium punggung tangan Anton.
"Aku dari rumah Aisyah," jawab Anton yang melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.
"Mau apa kamu kesana?" tanya Mira dengan marah.
"Aku sudah menceraikan Aisyah, sesuai keinginanmu dan ibu. Apa kamu tahu sakitnya hati ini harus kehilangan orang yang aku cintai?" tanya Anton dengan mencengkram dagu Mira.
"Sakit, mas," Mira meringis kesakitan dan Anton melepaskan tangannya.
"Aku lebih sakit, Mira. Kalau saja aku tidak menuruti kemauan ibuku untuk menikahi kamu, mungkin aku tidak akan berpisah dengan Aisyah. Haah.. Hidupku sudah hancur," Anton tertawa dengan getir.
Anton menjatuhkan tubuhnya kesofa dan menyandarkan kepalanya dengan kedua tangannya. Ada rasa senang ketika Anton mengatakan dia sudah menceraikan Aisyah, namun Anton masih belum bisa mencintai dirinya, Anton hanya mencintai anak dalam kandungannya.
"Ssssshhhh... " Mira meringis menahan rasa sakit di perutnya. "Mas, sepertinya aku akan melahirkan," kata Mira yang mengelus perutnya.
"Ada apa?" tanya Anton mendekati Mira yang terjatuh di lantai. Anton dan Mira kaget ada darah yang keluar dari kakinya.
"Sakit, mas. Perut Mira sakit," ujar Mira yang meringis.
"Kita kerumah sakit, ya," kata Anton. "Kamu masih bisa jalan?" tanyanya. Mira pun mengangguk.
Anton memapah Mira sampai di mobil, lalu Anton pun melajukan mobilnya dengan sedikit kencang karena jarak dari rumah kerupuk sakit sangat jauh. Mira masih meringis kesakitan dan Anton pun melajukan mobilnya dengan kencang. Mira menggenggam erat tangan Anton dan rasa mulai juga sakit itu makin kuat.
"Sabar, sayang," ujar Anton.
"Sakit, mas," kata Mira.
"Iya, terus akan harus bagaimana?" tanya Anton.
Akhirnya setengah hampir 1,5 jam perjalanan mobil Anton berhenti di halaman IGD, lalu Anton turun dari mobil menggendong istrinya.
"Tolong, istri saya mau melahirkan, suster," kata Anton yang menidurkan Mira di brankar rumah sakit.
"Mas," Mira masih menggenggam tangan Anton.
"Sabar, ya. Kamu kuat," kata Anton.
"Bapak boleh masuk," kata seorang suster.
Anton menemani Mira melahirkan dan masuk dengan menggunakan pakaian rumah sakit. Mira masih kesakitan, dan dokter bilang itu sebentar lagi untuk sang bayi keluar dari rahim Mira. Setelah hampir beberapa jam akhirnya dokter menyuruh Mira mengedan, dan Anton memberikan semangat juga support pada istrinya walaupun tidak dia cintai, tapi Mira sedang berjuang mengeluarkan anaknya.
"Ayo, sayang, kamu bisa," ucap Anton menggenang tangan Mira.
"Ayo bu dorong dengan kuat," perintah dokter.
"Terus dorong,"
"Ayo, Mira. Kamu bisa kuat, dorong," kata Anton.
Oek.. Oek... Oek...
"Alhamdulillah, dedenya sudah keluar," ucap Anton mengecup kening Mira.
"Selamat, pak, bu. Bayi Anda laki-laki tampan seperti ayahnya," ujar dokter.
"Dok," panggil seorang perawat.
"Iya, ada apa?" tanya dokter yang menyerahkan bayi Mira pada suster satunya.
"Sepertinya pasien mengalami pendarahan, dok," kata suster.
"Dok, istri saya kenapa?" tanya Anton. "Mira, bangun, Mira, sayang," panggil Anton yang menggoyang-menggoyangkan tubuh Mira.
"Maaf, pak sebaiknya Anda keluar. Pasien mengalami pendarahan dan harus segera di tangani," kata dokter dan Anton disuruh keluar.
"Tapi, dok," belum selesai Anton berbicara suster langsung menutup pintu IGD.
Anton duduk dengan rasa takut terjadi sesuatu pada istrinya. Walaupun Anton tak pernah mencintai Mira, namun Mira sudah bertaruh nyawa melahirkan putranya. Anton terus berdo'a berharap tidak terjadi sesuatu pada Mira.
Clek
Dokter Syifa keluar dari ruang gawat darurat dan Anton segera menghampiri perempuan yang berjas putih itu.
"Bagaimana istri saya, dok?" tanya Anton.
"Istri bapak koma dan banyak mengeluarkan darah, maaf tadi kami pikir melahirkan normal tidak akan seperti ini, pasien mengalami pendarahan yang banyak dan kami membutuhkan donor darah bergolongan B-. Di rumah sakit ini kebetulan golongan darah B- hanya ada 2 kantung, sedangkan istri bapak butuh 5 kantung," kata dokter.
"Tapi saya harus cari dimana, dok?" tanya Anton.
"Mungkin ada sodara, keluarga atau teman yang memiliki darah golongan B-," ujar dokter.
"Baik, dok. Saya akan usahakan," jawab Anton.
"Secepatnya, pak. Karena istri bapak butuh secepatnya," kata dokter yang masuk kembali ke ruang IGD.
Anton menelepon ibunya untuk datang kerumah sakit, juga keluarga Mira yang jauh di kota Bandung. Mereka akan datang sore ini, sedangkan ibu Anton langsung berangkat setelah di telepon Anton. Dalam kebingungan Anton duduk sendiri sambil memijat pelipisnya, mencari golongan darah B- dimana, siapa. Kemudian tanpa Anton sadari Aisyah menghampiri Anton yang sudah menalaknya pagi tadi.
"Bang Anton," panggil Aisyah.
"Aisyah, sedang apa kamu?" tanya Anton melihat Aisyah yang wajahnya sembab, mungkin pagi tadi Aisyah menangis.
"Faza mengalami kecelakaan di tempat kerja, jadi Aisyah ingin menengoknya," jawab Aisyah. "Abang sendiri, kenapa kusut?"
"Mira baru saja melahirkan, tapi sekarang dia sedang koma dan membutuhkan banyak darah dengan golongan B-. Abang bingung harus cari dimana, sementara persediaan golongan darah B- di rumah sakit hanya 2 kantung. Sedangkan Mira membutuhkan 5 kantung," kata Anton.
"Aisyah boleh bantu, bang?" tanya Aisyah. "Aisyah golongan darah B-, abang bisa ambil darah Aisyah sebanyaknya," ujar Aisyah.
"Kamu tidak membenci Mira?" tanya Anton.
"Aisyah benci Mira, bahkan benci sekali. Tapi Mira adalah manusia yang membutuhkan pertolongan, jadi anggap saja Aisyah menolong karena kemanusiaan, bang," ujar Aisyah.
"Aisyah, terimakasih. Kamu sungguh baik, maafkan abang juga Mira selama ini sudah menyakitimu," kata Anton.
"Sudahlah, bang. Mungkin ini sudah jalan Tuhan untuk kita agar kita lebih dekat dengannya," ujar Aisyah.
Anton menatap Aisyah yang sudah bukan lagi istrinya, sungguh Anton menyesal melepaskan Aisyah. Aisyah perempuan yang berhati baik, Anton mengajak Aisyah masuk menemui seorang suster yang akan memeriksa kondisi kesehatan Aisyah terlebih dahulu. Kemudian Aisyah mulai diambil darahnya, Aisyah tersenyum menatap Anton yang sebentar lagi mereka akan berpisah.
"Terimakasih, Syah. Jika tidak ada kamu, entah bagaimana nasib Mira," ujar Anton.
"Sudah kewajiban kita makhluk Tuhan untuk saling tolong menolong, bang," ujar Aisyah.
"Kamu sendiri kerumah sakit?" tanya Anton.
"Iya, Aisyah sendiri," jawab Aisyah.
"Mmmm... Fattan," Anton mencoba menyebutkan nama Fattan sambil menaikan alisnya.
"Aisyah dan bang Fattan tidak ada hubungan apapun, bang," kata Aisyah.
"Maksudnya?" tanya Anton.
"Abang Fattan dan Aisyah hanya teman, tidak lebih kalau memang dia jodoh Aisyah itu terserah yang maha kuasa," ucap Aisyah.
"Maafkan abang yang sudah memfitnah mu, Syah," kata Anton menyesalinya.
"Sudahlah, bang. Aisyah pamit ingin keruangan Faza, Aisyah ucapkan selamat ya bang dan semoga Mira cepat sadar, " ujar Aisyah.
"Baiklah, terimakasih sekali lagi," ucap Anton.
"Syah, nanti abang ingin menemui ayah abang ingin mengembalikan Aisyah pada ayah dan bunda. Dulu abang meminta Aisyah baik-baik dan sekarang abang kembalikan Aisyah baik-baik juga. Abang tidak ingin kita jadi musuh ataupun saling dendam, abang ingin bisa terus silahturahmi dengan Aisyah," kata Anton.
"Baik abang, insyaallah kita akan ke Surabaya bersama," jawab Aisyah. " Aisyah, pamit bang,"
Aisyah kemudian berjalan meninggalkan Anton.
Betapa bodohnya Anton yang sudah mempercayai Mira dan ibunya yang sudah melepaskan perempuan sebaik Aisyah, Anton memang belum ikhlas melepas Aisyah namun Anton sadar jika Aisyah terus bersama dengannya pasti akan banyak luka yang dia torehkan di hati Aisyah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Sukliang
baru baca ujungnya nangis terlalu sedihnya thor
2022-12-30
0
Bawang
Baik sekali dirimu Aisyah 🥲
Semangat! Lanjoeet beb 💪🏻😆
2021-11-16
0
Tiah Sutiah
sungguh mulia hati mu aisyah mau menolong orang yg telah jahat pada mu thor buat lah mira mendapat kan karma nya dan
2021-11-14
1