"Mira, kamu kenapa?" tanya ibu Hana.
"Mira kesel, bu. Tadi sore Mira tidak sengaja bertemu dengan Aisyah dan kekasihnya di taman, lalu Aisyah menampar Mira mengatakan Mira seorang pelakor," ujar Mira dengan berpura-pura menangis dan memeluk mertuanya.
"Dimana kamu bertemu, dia?" tanya ibu Hana.
"Di taman, di jalan Perwira. Mira kan bukan pelakor ya bu," Mira menghapus air matanya yang membasahi pipinya.
"Beraninya dia mengatakan kamu seorang pelakor. Kamu itu menantu ibu, bukan seorang pelakor," kata ibu Hana dengan geram.
"Mira akan adukan ini pada mas Anton, dan mas Anton harus secepatnya menceraikan Aisyah agar dia tidak lagi berani mengatakan Mira pelakor. Sakit, bu," Mira tersedu nangis.
"Kamu tenang saja, nanti Anton ibu akan menyuruhnya untuk segera menceraikan Aisyah," kata ibu Hana.
"Kalau mas Anton tidak mau, bagaimana bu?" tanya Mira yang memang tahu pasti Anton tidak akan mau bercerai dari Aisyah.
"Kali ini harus mau, kalau dia masih lihat ibunya hidup," kata ibu Hana. Mira tersenyum senang karena ada dukungan dari mertuanya.
"Terimakasih, bu. Mira yakin ibu pasti bisa menyakinkan mas Anton untuk pisah dengan Aisyah," ujar Mira yang memeluk ibu mertuanya.
"Akan ibu lakukan apapun karena kamu menantu ibu yang akan melahirkan cucu ibu," kata ibu Hana.
"Terimakasih, bu," ucap Mira dengan senyum liciknya.
Kemudian Anton datang dengan wajah lesu dN lelah seharian dia bekerja, namun untung ada Fadly yang sudah membantunya. Anton masuk dan ibunya sudah menunggu di sofa ruang tamu, melihat anaknya datang ibu langsung berdiri menarik lengan Anton.
"Ada apa, bu?" tanya Anton yang menatap ibunya.
"Duduk ibu mau bicara,ini mengenai Aisyah," kata ibu. Anton pun duduk berhadapan dengan ibunya, dari kamar Mira mengintip mendengarkan percakapan ibu mertuanya dengan suaminya.
"Ada apa, bu. Anton lelah ingin segera mandi dan masih banyak kerjaan yang harus Anton selesaikan," ujar Anton.
"Kamu harus menceraikannya, Anton. Kamu harus menceraikan Aisyah, dia sudah tidak baik untukmu. Tadi sore Mira melihat Aisyah dan Fattan sedang bermesraan di taman," kata ibu Hana.
"Bu, sampai kapan akan membahas ini. Sampai kapanpun Anton tidak akan menceraikan Aisyah," jawab Anton.
"Tapi dia sudah selingkuh, Anton," kata ibu.
"Anton juga sudah membuat Aisyah sakit hatinya, dan Anton ingin memperbaiki hubungan Anton dan Aisyah," ujar Anton.
"Anton!" seru ibu Hana. "Sadar, kamu. Ada Mira yang membutuhkan kamu dan anakmu butuh ayahnya, kenapa kamu tega pada Mira?" lanjut ibu Hana.
"Anton yang selama ini tidak pernah adil pada Aisyah, Anton yang selama ini membiarkan Ais selingkuh karena Aisyah membutuhkan sosok pelindung bagi dirinya," kata Anton.
"Tapi istrimu di katakan pelakor oleh Aisyah, apakah pantas berbicara seperti itu?" tanya ibu Hana.
"Seharusnya Mira sadar akan posisi dia dirumah ini hanya sebagai seorang istri muda," kata Anton.
"Kamu itu sudah di perbudak oleh cinta," ujar ibu.
"Sudah, bu. Anton ingin istirahat, Anton lelah," katanya yang berjalan masuk kedalam kamar yang Aisyah tempati.
Ibu Hana menarik nafasnya dan menatap Mira yang berdiri di ambang pintu, Mira sedikit kecewa dengar pernyataan Anton bahwa posisinya sebagai seorang istri muda. Anton belum mencintai dirinya, hanya bayi yang di kandungnya. Mira kemudian masuk dan menutup serta mengunci pintu kamarnya. Ibu mertuanya hanya menatap dari ruang tamu.
Anton yang sudah memakai pakaian santai, dia menuju ruang kerjanya, dia duduk di kursi kerja dan mulai membuka laptopnya. Kemudian dia mengusap layar ponselnya yang foto Aisyah bersama dirinya menjadi wallpaper layar depan ponselnya.
"Apakah dengan lepas dari ku kamu akan bahagia, Syah?" tanya Anton yang mengusap wajah Aisyah dengan senyum.
~Flashback~
Pulang kantor Anton sengaja pulang buru-buru ingin kerumah Aisyah dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Aisyah, yang sudah terlalu lama dia dan Aisyah tak berkomunikasi. Anton tak ingin berpisah dengan Aisyah, sudah berapa kali surat permohonan Aisyah di robek oleh Anton. Anton membelikan kue brownies coklat kesukaan sang istri, dengan senyum Anton melajukan mobilnya ke arah rumah Anton. Namun Anton melihat Aisyah berjalan berdua dengan Fattan masuk kedalam rumah, Anton juga melihat Aisyah begitu bahagia, tertawa, bercanda dengan Fattan.
Tawa dan senyum itu yang Anton rindukan dari Aisyah, Anton hanya terdiam di dalam mobil tak ingin dia turun dan kembali menyakitkan Aisyah. Sakit, ya tentu hati Anton sangat sakit melihat wanita yang dia cintai sedang tertawa dengan sahabatnya. Anton merasakan kini menjadi Aisyah yang sakit ketika melihat orang yang kita cintai bersama orang lain. Anton lalu memutar kembali mobilnya dan melajukan kearah rumahnya. Kue brownies yang dia beli dia berikan kepada anak jalanan di lampu merah.
~Flashback off~
****
Pagi ini Aisyah sedang masak untuk dirinya dan Faza yang semalam pulang dari luar kota karena dia pergi untuk urusan kerja,Aisyah juga akan mengundang Fattan. Kemudian suara bel pintu berbunyi dan Aisyah yang masih sibuk di dapur tak sempat untuk membuka pintunya.
"Biar aku saja yang buka," ucap Faza yang keluar dari kamarnya.
Faza membuka pintu dan ternyata Anton yang datang pagi sekali, kebetulan ini adalah hari libur Anton kerja. Faza hanya diam bengong melihat Anton datang dan hanya berdiri di ambang pintu saja.
"Hai, assalamualaikum," sapa Anton dengan lembut.
"Wa-Wa'alaikumusalam," balas Faza dengan terbata-bata.
"Aisyah, ada?" tanya Anton.
"Oh, ada. Silahkan masuk, mas," ujar Faza yang menyuruh Anton masuk. "Silahkan duduk dan tunggu aku akan memanggil Aisyah," ucap Faza yang berjalan ke dapur.
"Siapa yang datang, Za?" tanya Aisyah dengan tangan yang masih kotor karena Aisyah tengah membuat kue brownies coklat.
"Mmmmm..." Faza bingung harus jawab apa, Faza tahu hubungan Aisyah dan Anton masih tahap siaga 1.
"Hei, ditanya malah bengong. Siapa yang datang, abang Fattan ya?" tanya Aisyah lagi, lalu Faza menggelengkan kepalanya.
"Lalu siapa," Aisyah tersenyum melihat wajah sahabatnya itu. "Sudahlah, biar aku lihat sendiri, kamu itu gaje alias gak jelas," ujar Aisyah yang meninggalkan Faza diam mematung di pintu dapur.
Aisyah melangkahkan kakinya ke ruang tamu dan betapa terkejutnya Aisyah yang datang adalah Anton suaminya. Padahal Aisyah berharap yang datang pagi ini adalah Fattan, tapi Anton yang datang.
"Hai, assalamualaikum, Syah," sapa Anton dengan senyum.
"Wa'alaikumsalam, bang. Ada apa abang kesini?" tanya Aisyah dengan ketus sambil menyedekapan kedua tangannya di dadanya.
"Abang gak boleh mampir ya, apa bukan abang yang kamu harapkan datang?" Anton balik tanya.
"Udah deh, bang gak usah basa-basi lagi," ujar Aisyah.
"Syah, apakah hubungan kita tidak bisa diperbaiki? Aku ingin kita seperti dulu lagi, jujur abang ingin kita tidak berpisah. Kamu tahu abang sangat mencintaimu," kata Anton yang memerintah tangan Aisyah namun Aisyah melepaskannya.
"Tidak, bang. Keputusan Aisyah tetap akan bercerai dari abang, berapa kali abang akan merobek surat gugatan cerai Aisyah dan Aisyah akan terus akan mengirimnya," kata Aisyah.
"Apakah kami sudah tidak lagi mencintai abang?" tanya Anton. "Apakah abang tidak bisa kamu berikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan abang," ujar Anton.
"Jujur Aisyah masih cinta sama abang, bagi Aisyah abang cinta pertama Aisyah. Tapi rasa sakit Aisyah pada abang itu lebih besar daripada rasa cinta Aisyah pada abang. Luka di dalam hati Aisyah masih terasa perih, bang," ungkap Aisyah.
"Jadi tak ada kesempatan abang untuk memperbaiki semuanya? Rumah tangga kita akan berakhir seperti ini, Syah?" tanya Anton.
"Abang, yang sudah menciptakan neraka bagi diri abang sendiri. Sudah cukup Aisyah memberikan kesempatan pada abang, tapi istri dan ibu abang selalu menyakiti Aisyah. Menghina dan mencaci maki Aisyah, Aisyah memang tidak bisa memberikan abang keturunan dan mungkin ini jalan Tuhan jika jodoh kita sampai disini. Semoga abang bahagia dengan keluarga baru abang," kata Aisyah.
Sejenak Anton terdiam dan dia masih tidak rela jika Aisyah bersama Fattan. Anton juga tidak rela jika dirinya harus berpisah dengan Aisyah, tapi Aisyah tetap dengan keputusannya.
"Baiklah, jika memang itu sudah keputusan kami. Abang minta maaf belum bisa menjadi suami yang sempurna untuk Aisyah. Abang yak bisa lagi menghalangi keinginan kamu untuk bercerai dari abang. Kamu silahkan kirimkan lagi surat gugatan cerainya, InsyaAllah abang akan menandatangani surat itu. Abang permisi dan semoga kamu bahagia selalu dan semoga ada laki-laki baik yang akan membahagiakan kamu," kata Anton yang memegang bahu Aisyah dan mencium kening Aisyah yang terakhir kalinya.
Aisyah terdiam saat Anton mencium keningnya dan tetesan air mata Anton membasahi pipinya, begitu juga Aisyah yang meneteskan airmata.
"Aisyah Putri Fatimah binti Fadlan Dharmasraya aku talak 3 kamu, dan mulai sekarang kamu bukan lagi istriku," ucap talak keluar dari bibir Anton, seketika Anton bersimpuh di kaki Aisyah lalu menangis. Aisyah pun tak sanggup menahan tangisnya.
Dari balik pintu Fattan melihat sepasang suami-istri saling menangis dan Fattan pun melihat cinta Anton dan Aisyah yang begitu dalam, sehingga mereka seakan tak bisa mengungkapkannya. Fattan memang mencintai Aisyah namun dimata Aisyah hanya Anton yang dia cintai. Begitu juga Faza yang menangis melihat sahabatnya harus berpisah dengan laki-laki yang dia cintai sejak duduk di bangku SMA.
"Abang pamit pulang, dan abang tunggu surat gugatan cerainya. Kirimkan ke kantor saja jangan kerumah, semoga kamu bahagia, Syah. Assalamu'alaikum," ucap Anton meninggalkan Aisyah yang masih diam berdiri dengan deraian air mata. Di ambang pintu, Anton berpapasan dengan Fattan.
"Aku titipkan Aisyah padamu, bahagiakan dia dan jangan kamu sakiti dia. Jangan sia-siakan dia, cintai dia dengan tulus dan ikhlas, semoga kalian bahagia," ucap Anton yang menepuk bahu Fattan.
"Ton," panggil Fattan ketika Anton sudah sedikit jauh dari pintu.
"Ada apa?" tanya Anton menengok kebelakang.
"Kita masih sahabat?" tanya Fattan yang mendekati Anton dan memeluk sahabatnya, Fattan tidak pernah membenci Anton.
"Tentu, kamu sahabat terbaikku. Maaf jika aku menyakitimu, Tan. Jaga Aisyah jangan sakiti dia," kata Anton lalu pergi meninggalkan Fattan dengan tersenyum.
Hati Anton masih terasa sakit dan mungkin ini yang Aisyah rasakan. Anton kembali menangis di dalam mobilnya, menatap foto Aisyah di layar ponselnya, mengingat saat bahagia bersama Aisyah. Anton tak bisa lagi menahan tangisnya, sungguh Anton menyesal telah menyia-nyiakan perempuan sebaik dan selembut Aisyah.
****
*Hai... Reader sedih gak nih episode ini...
Jujur Author sampai sedih menulisnya, sampai terbawa kedalam dunia novel yang author tulis.
*Akhirnya Abang Anton merelakan melepaskan Aisyah.
*Tapi belum selesai nih konflik antara Aisyah, Mira, Anton dan Fattan juga ibu Mertua.
*Mohon maaf ya buat para Readers... Author nulisnya agak muter-muter hihihihihi... (untung otak gak ikut muter)
*Happy Reading ya para readers.. Dan terimakasih sudah memberikan like, komen dan hadiah juga votenya.. Terus dukung author ya reader.. 😘😘
*Love deh seladang... ❤❤❤❤❤
Salam 'ByYou'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sedih dengan perpisahan namun itu yang terbaik.. suatu saat Anton akan tau perangai Mira..
2023-06-15
1
Ida Blado
setahuku dri novel2 lain y,apa bila wanita menggugat ceai si laki bahkan tanpa sepertujuan lakinya,asal dgn bukti kongkrit bahwa lakinya zdolim khususnya selingkuh/menikah tnpa izin itu udah bisa di kabulkan,buat apa jg nunggu tanda tanganbdri si laki
2023-04-27
0
Khair Atar Raditiya Farel
thor kok talak 3 sih hrsnya talak satu jrg talak 3 diberikan ato diucapkan setahuku tdk blh sedih jg liatnya
2022-10-07
0