BAB XII

Aisyah sudah di izinkan dokter untuk pulang, Faza menemani Aisyah pulang kerumahnya. Faza sengaja menginap beberapa hari untuk menemani Aisyah sampai pulih dan sehat kembali. Dalam perjalanan pulang, Aisyah bertemu dengan Anton dan Mira juga ibu mertuanya, dimana Mira juga diperbolehkan pulang. Anton menatap istri pertamanya yang duduk di kursi roda yang didorong oleh Faza sahabatnya. Sementara Mira didorong oleh Anton.

Sungguh pemandangan yang membuat hati Aisyah merasa perih, mengapa Anton lebih memilih menemani Mira daripada Aisyah. Faza tersenyum kecut melihat Anton yang sebagai suami sungguh seorang pecundang yang tega menyakiti hati Aisyah.

"Kamu sudah boleh pulang, Syah?" tanya Anton yang berhenti tepat di depan Aisyah.

"Aisyah sudah boleh pulang, kamu lihat sendiri dia akan pulang," ujar Faza dengan ketus, Aisyah hanya diam saja.

"Maafkan abang, Syah. Tak bisa mengantar atau menemanimu, Mira butuh perhatian abang," kata Anton membuat hati Aisyah teriris.

"Tak perlu, Aisyah masih memiliki aku yang siap membantunya bahkan menemaninya kapanpun," jawab Faza.

"Eh.. Anton sedang bicara dengan istrinya kenapa kamu yang selalu menjawab!" Namun Faza tidak memperdulikan keluarga Lazuardi yang sudah menyakiti Aisyah.

"Ayo, Syah kita pulang, lama-lama di sini darahku bisa naik," ucap Faza yang mendorong kursi roda Aisyah.

"Dasar perempuan gila, lihat teman istrimu itu gak sopan," ujar ibu Hana.

"Sudahlah, bu. Sekarang ayo kita pulang juga." kata Anaton.

Mira yang hanya diam dan dengan tangan yang memegang lengan Anton. Ada rasa menyesal di hati Anton yang sudah 3 hari tidak menemani Aisyah disaat dia sedang di rawat karena ulah istri mudanya, namun di hati Anton juga tidak ingin anak dalam kandungan Mira terjadi sesuatu karena Mira terlalu stress. Ah.. Hidup Anton benar sudah berubah, tak seperti dulu yang selalu menemani Aisyah kemana-mana.

*****

Aisyah dan Faza sudah sampai di rumah Aisyah, Faza menyarankan Aisyah tinggal di apartemennya tapi Aisyah menolak. Faza dengan setia menemani sahabatnya itu sampai keadaannya sehat.

"Harusnya kamu tinggal di apartemen aku saja, Syah. Agar Anton tidak datang menemuimu," kata Faza yang membereskan pakaian kotor Aisyah.

"Aku ingin disini, Za," jawab Aisyah lirih.

"Syah, kalau kamu sudah sehat kita ke Surabaya yuk. Kerumah kakak El, kita holiday disana," ajak Faza menghilangkan rasa canggung karena Aisyah hanya diam.

"Tapi kan kamu bekerja, Za. Kita tidak bisa seenaknya bolos kerja," ujar Aisyah.

"Kita minta cuti tahunan, Syah," kata Faza.

"Tidak, Za. Terimakasih, kami sudah baik sama aku," ujar Aisyah.

"Syah, bagiku kamu itu keluargaku satu-satunya. Sejak kedua orang tuaku tiada kamu selalu ada buat aku sampai aku merasa kehilangan mana Aisyah yang dulu, yang selalu ceria dan selalu baik pada siapapun," ungkap Faza.

Aisyah tersenyum getir, dia meneteskan airmata dan Faza memeluk sahabatnya dan memberikan support untuk Aisyah. Faza merasakan apa yang sedang Aisyah rasakan, Faza tak tega melihat Aisyah menangis.

"Sudah, kamu jangan menangis lagi. Kamu harus bangkit dan lupakan Anton.Istikharah, Syah, minta mana yang baik untuk kalian berdua," ujar Faza.

"Aku lelah dengan rumah tangga ini, Za. Aku ingin pisah dengan bang Anton," ujar Aisyah.

"Aku yakin kamu bisa, Syah. Melewati semua ujian ini, sabar ya. Sekarang kamu makan lalu minum obat," kata Faza yang dengan telaten merawat Aisyah.

"Aku akan menemanimu disini sampai kamu pulih, dan aku akan mencarikan seorang art untukmu, agar kamu tidak kesepian dan sendirian," kata Faza yang mengambil makanan untuk Aisyah. Aisyah tersenyum, dia sungguh beruntung memiliki sahabat seperti Faza yang senantiasa ada disaat dia terluka.

"Za, terimakasih sudah ada untukku," ucap Aisyah dengan senyum.

"Sama-sama, kita ini kan saudara dan jangan pernah sungkan untuk minta bantuan padaku," jawab Faza yang tersenyum dan mereka berpelukan.

"Aku makan sendiri saja, Za," kata Aisyah yang mengambil makanan dari tangan Faza.

"Baiklah, habiskan agar cepat pulih dan bisa bekerja lagi," ujar Faza yang meninggalkan Aisyah untuk merapikan pakaian Aisyah.

*****

Sementara itu Anton kembali kerumah lamanya dengan Mira, ibunya ikut menemani menantunya karena Mira masih butuh semangat agar kandungannya sehat. Anton membaringkan tubuh Mira dan menyelimuti istri mudanya dan kemudian mengecup keningnya.

"Mas, mau kemana?" tanya Mira yang menarik lengan Anton.

"Mas, mau keruang kerja ada banyak e-mail yang harus diperiksa.Jika butuh sesuatu kamu panggil saja," kata Anton mengusap pucuk kepala Mira. Dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar Mira.

"Kamu mau kemana? Jangan bilang kamu ingin menemui istri pertamamu?" tanya ibunya yang melihat Anton menutup pintu kamar Mira.

"Bu, Aisyah juga istriku. Dia juga butuh perhatian Anton, apalagi dia baru kecelakaan. Anton tidak tega dia sendiri dirumah," kata Anton yang berjalan keruang kerjanya.

"Sudahlah, untuk apa kamu menemui istri pertamamu itu. Toh dia sudah ada yang menemaninya," kata ibu Hana.

"Bu, Faza itu juga kan punya kerjaan. Apa kata orang jika Anton tidak peduli dan adil dengan kedua istrinya," jawab Anton.

"Kamu itu lebih memilih perempuan mandul itu daripada Mira yang jelas-jelas sudah memberikan kamu seorang anak," ucap Ibu Hana yang meninggalkan Anton di ruang kerjanya.

Anton duduk dan membuka laptopnya, dia menarik nafas panjang dan menyandarkan punggungnya di kursi, dia mengambil ponsel lalu mencoba menghubungi Aisyah. Anton tak bisa mengabaikan Aisyah. Anton mendial no ponsel Aisyah, namun ponsel Aisyah tidak aktif.

"Aisyah, maafkan abang yang sudah menyakitimu," sahut Anton yang mengusap ponselnya yang layar depannya foto Aisyah dan dirinya.

****

Beberapa minggu kemudian, Mira akan melaksanakan tujuh bulanan. Kandungan Mira sudah menginjak tujuh bulan, ibu Hana menyiapkan semua keperluan menantunya. Anton pun ingin Aisyah datang untuk ikut memberikan do'a pada Mira. Dua hari sebelum acara, Anton pergi kerumah Aisyah dan disana Anton melihat istrinya yang begitu cantik dengan hijab warna mint.

"Assalamu'alaikum, sayang," sapa Anton yang masuk dan mencium kening Aisyah.

"Wa'alaikumsalam, bang. Tumben kemari, ada apa?" tanya Aisyah menyimpan dan mematikan kran setelah selesai menyiram tanaman.

"Kok, tanyanya seperti itu," kata Anton yang duduk di teras.

"Abang kan sudah beberapa minggu tidak menengok Aisyah, menanyakan kabar Aisyah dan abang tidak tahu kan kalau Aisyah sudah tidak lagi kerja," ujar Aisyah yang kemudian masuk kedalam. Anton menghembuskan nafas panjang dan ikut masuk kedalam.

"Kamu resign kerja?" tanya Anton yang menghampiri Aisyah di dapur.

"Iya, gara-gara Mira yang waktu itu datang marah-marah seolah aku ini pelakor yang merusak rumah tangganya, jadi teman-teman kantor mengolok-olok Aisyah adalah pelakor. Aisyah tidak kuat, bang. Tolong ceraikan Aisyah, sampai kapan Aisyah akan tersiksa seperti ini," ujarnya yang menangis. Anton memeluk Aisyah yang menangis di dadanya.

"Hari minggu besok ada syukuran tujuh bulanan Mira, kamu bisa hadir?" tanya Anton. "Tapi aku tidak akan memaksa jika kamu tidak hadir di acara tersebut," lanjutnya.

"Aisyah akan hadir, Mira juga istri abang dan anak yang di kandung Mira juga anakku. Aisyah akan mendo'akannya," ujar Aisyah.

"Terimakasih, sayang," jawab Anton yang tersenyum melihat Aisyah yang begitu baik.

Acara syukuran tujuh bulanan Mira sudah tiba, Aisyah menggunakan gamis putih dengan kombinasi brukat dan payet di setiap bagian bajunya, Aisyah tampak anggun dengan make up yang sederhana dan hijab putih yang mendominasi gamisnya.

"Kamu yakin akan hadir di acara syukuran Mira?" tanya Faza yang akan siap ke kantor.

"InsyaAlloh aku yakin, Za," jawab Aisyah. " Aku ikut ya, Za," ujar Aisyah dan di angguki Faza.

"Sudah sarapan dan minum obat?" tanya Faza yang seperti perawat.

"Sudah ibu dokter," jawab Aisyah dengan senyuman.

"Ayo kita berangkat, aku sudah terlambat," kata Faza.

Aisyah dan Faza kemudian naik mobil dan Faza melajukan mobilnya ke arah rumah Aisyah yang dulu ia tinggali bersama Anton hampir 1,5 tahun. Hingga Mira datang Aisyah tak lagi kembali kerumah itu. Aisyah menatap rumah yang dulu ia tempati bersama Anton setelah sampai disana. Sementara Faza sudah kembali melajukan mobilnya menuju kantornya.

Aisyah masuk dan karena acara pukul 10 siang, jadi suasana rumah masih sepi. Hati Aisyah tak karuan jantungnya seakan berdetak sangat kencang,mata Aisyah mencari sosok suami yang mampu membuatnya tenang. Kemudian Anton muncul dari kamar yang Aisyah tempati, Anton menatap istri pertamanya begitu mempesona.

"Aisyah, masuk. Kenapa kamu berdiri di pintu, bukannya ini juga rumahmu," kata Anton yang menghampiri Aisyah dan Aisyah mencium tangan Anton.

"Bang, Aisyah pulang saja ya," ujar Aisyah yang gemetar seluruh tangannya mengeluarkan keringat dingin.

"Kenapa kamu takut? Sama siapa?" tanya Anton.

"Mas, siapa yang da.. " Mira muncul dan melihat Aisyah yang datang hatinya kesal.

"Aisyah yang datang, sayang," jawab Anton.

"Sayang? Abang Anton panggil Mira dengan sebutan sayang? Apakah abang sudah mulai mencintai Mira?" batin Aisyah terus mengajukan pertanyaan.

"Masuk, Syah," ajak Anton yang menggandeng tangan Aisyah.

Bukan Mira namanya jika dia tidak mempunyai drama,Mira sudah menduga bahwa Aisyah akan datang dia menyiapkan cairan berwarna merah darah untuk memfitnah Aisyah kembali. Kemudian Mira melihat Anton yang sedang duduk dengan Aisyah sambil mengobrol. Aisyah merasa Anton buka seperti seorang suami melainkan seorang teman.

"Abang bukan abang yang dulu, sepertinya abang menjaga jarak dengan Aisyah," kata Aisyah dan Anton menatap dengan diam.

"Abang, hanya menjaga perasaan Mira," jawab Anton dengan entengnya.

"Apa, menjaga perasaan Mira?Apa abang juga tidak menjaga perasaan Aisyah?" tanya Aisyah.

Kemudian Aisyah berlalu meninggalkan Anton yang duduk terdiam di sofa, Aisyah ingin mengambil beberapa baju di kamarnya. Dia melihat Mira yang berdiri di dekat pintu kamarnya, awalnya Aisyah enggan meladeni Mira. Tapi kata-kata Mira seolah merasa menyakitkan hati Aisyah, dan Aisyah mendorong pelan bahu Mira, tapi Mira dengan sengaja dan pura-pura terjatuh dan menumpahkan cairan yang dia pegang dengan tangannya. Mira berteriak melihat darah yang keluar dari kedua kakinya, padahal itu hanya manipulasi saja.

"Ada apa ini, ya ampun Mira!!" ibu Hana berteriak dengan kencang. "Anton!!" teriaknya memanggil Anton. Anton segera berlari.

"Mira! " Anton langsung membungkuk menolong Mira.

Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi Aisyah oleh ibu mertuanya yang dengan tajam menatap Aisyah.

"Kamu datang kesini hanya ingin melukai menantuku dan cucuku, iya. Haah..!"

"Bu, Aisyah tidak lakukan apa.."

Plak

Tamparan kedua ibu Hana membuat Aisyah kemudian menangis, dan menatap Anton hanya diam tak sedikitpun membelanya. Kemudian Anton langsung membopong Mira ke mobil dan membawa Mira kerumah sakit.

"Awas kamu, kalau sampai ada apa-apa dengan cucu dan memantuku kamu akan saya jebloskan ke penjara," kata ibu Hana.

Terpopuler

Comments

Sinsin Sinsin

Sinsin Sinsin

Aisyah sungguh wanita yg bodoh

2024-12-08

0

Evy

Evy

waduh.... greget an deh..

2025-01-05

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

tunggu apa lagi Aisyah pergi saja

2023-06-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!