Setelah mempersiapkan mental yang cukup lama, akhirnya waktu pun tiba. Sore hari sudah menanti dan matahari sudah kembali tenggelam di ufuk barat. Sebelum pergi ke pantai, Maul mengajakku untuk keluar untuk berbicara berdua saja.
“Apa yang ingin kau bicarakan denganku?”
“Seharusnya kau sudah tau Mar.”
“Masalah aku dan Miyuki?”
Maul hanya mengangguk kecil tanpa menjawab apa pun.
“Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Kami hanya kebetulan saja bertemu, kalau kau masih tidak percaya kau bisa bertanya kepada Riki.”
“Sebenarnya aku masih ragu dengan jawabanmu itu. Karena waktu rumor yang beredar di sekolah juga foto wanita yang ada bersamamu itu Miyuki. Aku juga melihat kalau kalian sangat dekat sekali.”
Aku pun menghela nafas dengan sangat panjang. Inilah salah satu alasan kenapa aku tidak mau berurusan dengan Miyuki.
“Aku akan mempersingkat hal ini, apa yang harus aku lakukan agar kau percaya kalau aku dan Miyuki tidak memiliki hubungan apa pun?”
“Aku mau membantu ku saat aku menyatakan perasaanku kepadanya.”
“Bagaimana caranya aku membantumu?”
“Dengan tidak mengganggu hal itu sama sekali.”
Maul pun pergi meninggalkanku dan kembali ke penginapan. Aku tidak tau apa yang membuatnya berpikir kalau aku akan mengganggu proses pernyataan cintanya nanti. Padahal selama ini aku sudah membantunya hingga sejauh ini.
“Sepertinya dia masih mencurigaimu Mar.”
Setelah Maul pergi sekarang gantian Riki yang datang menghampiriku.
“Apa yang kau inginkan Rik? Apa kau memiliki permintaan yang sama dengan Maul?”
Riki hanya tertawa ketika mendengar itu.
“Apa kau yakin akan hal ini?”
“Apa maksudmu?”
“Kau tau, bisa saja nanti Maul diterima oleh Miyuki. Apa kau tidak masalah akan hal itu?”
Pertanyaan Riki terdengar ambigu. Apakah yang menjadi permasalahan di sini adalah kedamaian yang ku punya atau perasaan yang aku miliki kepada Miyuki.
“Terserah saja, lagi pula aku tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi ke depannya. Dari pada aku memikirkan sesuatu yang belum tentu pasti, lebih baik aku melihatnya saja nanti.”
“Aku sudah menebak kalau kau akan berkata hal itu.”
“Sekarang gantian aku yang bertanya kepadamu.”
“Apa itu?”
“Bagaimana menurutmu sendiri? Apakah Maul akan diterima oleh Miyuki?”
Mendengar itu membuat Riki menatapku dengan tatapan ingin tau tapi sedikit meledek.
“Apa kau khawatir kalau Maul akan di terima nanti?”
“Tentu saja tidak, aku hanya ingin mendengar pendapatmu saja.”
Sangat menyebalkan sekali melihat Riki memasang ekspresi seperti itu.
“Hmmm… Bagaimana ya.”
Riki sekarang melihat jauh ke laut yang berada di hadapan kami dan mencoba berpikir.
“…Kalau aku pribadi masih menganggap mustahil jika Maul akan diterima oleh Miyuki. Mengingat dia baru saja dekat dengannya hari ini, dan kalau melihat dari sikapnya kepada Maul hampir sama dengan sikapnya kepada Takeshi…”
Aku baru tau kalau Riki bisa menganalisa sesuatu dengan mendalam juga.
“…Dan Miyuki hanya menunjukan sikap yang berbeda kepada satu lelaki saja.”
“Siapa itu?”
Riki menunjukku.
“Kau orangnya Mar. Jika dia sedang bersama denganmu, dia terlihat lebih terbuka dan bersikap layaknya orang yang berbeda.”
“Benarkah seperti itu? Aku tidak menyadari hal itu.”
“Mungkin kau tidak menyadari hal itu karena selalu mengabaikan Miyuki ketika dia berada dekat denganmu. Kalau kau coba perhatikan lebih dalam lagi, kau bisa menemukan perbedaannya.”
Apa yang Riki katakan itu benar. Mungkin karena aku selalu mengabaikannya dan tidak peduli dengannya ketika berada dekat denganku membuatku tidak tau bagaimana sikapnya ketika bersamaku.
“Apa terjadi sesuatu ketika aku pergi meninggalkan kalian berdua?”
“Tidak ada sesuatu yang spesial, hanya pembicaraan yang membosankan dan semenjak itu kami jadi sering bertemu.”
“Pantas saja Maul cemburu denganmu Mar. Mulai sekarang kau harus lebih berhati-hati dalam berintraksi dengan Miyuki, mungkin ke depannya bukan hanya Maul saja yang cemburu kepadamu.”
“Baiklah, aku akan mempertimbangkan apa yang baru saja kau katakan.”
“Hai apa yang kalian lakukan di sini!”
Rina datang menghampiri kami.
“Tidak ada, kami hanya berbincang sejenak saja.”
“Ayo, kita harus segera pergi ke lokasi.”
“Baiklah.”
Kami semua pergi ke pantai termasuk Rina, Riska, dan Indah. Maul juga sudah mengajak Miyuki untuk bertemu dengannya di pantai.
Kami semua yang sudah tiba di sana langsung bersembunyi di sekitar daerah pantai. Aku dapat melihat dari kejauhan kalau Maul sebenarnya masih gugup dan mencoba untuk tenang.
“Ini sangat mendebarkan sekali.”
Riki terlihat sangat bersemangat sekali, aku tidak tau kalau melihat orang yang akan menyatakan perasaannya danpat membuatnya menjadi bersemangat.
“Apa kamu yakin akan hal ini Ar?”
“Tentang apa?”
“Kamu tidak masalah membiarkan Maul untuk menyatakan perasaannya kepada Miyuki?”
Rina terlihat sangat khawatir sekali dengan keadaan Maul saat ini.
“Entahlah, sebenarnya aku merasa seperti melupakan sesuatu yang sangat penting dan harus dikatakan. Tapi sampai sekarang aku masih belum mengingatnya.”
“Semoga Maul baik-baik saja.”
“Kau terlihat seperti ibunya saja. Kau terlalu khawatir, dia sudah bukan anak kecil lagi kau tau.”
“Tetap saja walaupun kamu bilang seperti itu, aku tetap tidak bisa menghilangkan rasa khawatir ini.”
“Miyuki datang!”
Kami melihat dari tempat persembunyian kami kalau Miyuki sudah tiba di pantai dan mulai menghampiri Maul yang sedang menunggunya.
Dari sini aku tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan karena jarakku dengan mereka lumayan jauh. Tapi dari yang aku lihat, aku melihat Maul mengajak Miyuki berkeliling pantai sebelum menembaknya. Suasana dan pemandangan sore yang sangat indah sangat mendukung sekali Maul untuk mengungkapkan perasaannya.
“Apakah Maul dapat berhasil menaklukan Miyuki tidak ya? Aku dengar dari teman-temannya kalau dia sama sekali tidak mau berurusan dengan yang namanya pacaran.”
Ketika mendengar perkataan itu dari Riki, aku baru mengingat kalau Miyuki memiliki pandangan yang sama denganku ketika sedang membahas cinta. Mau sekeras apa orang itu berusaha untuk mendekatinya, akhir yang dapat diperoleh oleh orang itu hanya satu, yaitu ditolak.
“Bagaimana ini?!”
Sekarang rasa cemas yang dirasakan oleh Rina dapat aku rasakan juga.
“Ada apa Ar?”
“Sepertinya aku sudah mengerti apa yang saat ini sedang kau rasakan.”
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Aku tidak mungkin pergi ke sana seorang diri dan menghentikan Maul untuk mengungkapkan perasaannya. Itu akan terlihat seolah-olah aku tidak mau melihat Maul berpacaran dengan Miyuki, dan yang membuat itu semua menjadi lebih buruk karena Rina ada di sini. Dia pasti akan salah paham ketika melihat itu, dan aku akan merasa tidak enak dengannya karena aku sudah menolaknya karena idealismeku ini.
Ini sulit sekali… Cara yang paling ampuh saat ini mungkin membiarkan saja dia mendapatkan penolakan dan bersikap seolah-olah aku tidak tau apa yang sedang terjadi. Ya, aku rasa itu adalah cara yang paling tepat untuk saat ini. Maafkan aku Maul, sepertinya memang kali ini kau harus merasakan pahitnya ditolak oleh seseorang yang kau cintai.
Maul pun mengajak Miyuki ke sebuah tempat yang sangat pas untuk melihat matahari terbenam di sana.
“Romantis sekali… Apakah aku juga harus melakukan itu ketika menembak Kirana?”
Riki berbicara sendiri dan berandai-andai tentang sesuatu. Dia juga sesekali tersenyum karena khayalannya itu.
Saat itu aku baru tau kalau dari setadi Rina memperhatikanku.
“Ada apa?”
“Tidak ada.”
Rina pun membuang mukanya dengan malu.
Oh, sepertinya inilah saatnya.
Aku melihat Maul yang mulai mendekat ke Miyuki dan menatap matanya dengan sangat dalam dan mengucapkan sesuatu.
“Woaahh…!!!”
Riki, Riska, dan Indah sontak berteriak ketika melihat itu.
“Pelankan suara kalian, nanti mereka bisa tau kalau kita sedang berada di sini.”
Aku memarahi mereka atas suara yang mereka buat.
Miyuki tidak terlihat sama sekali gugup atau pun bingung dengan apa yang akan dia jawab dari pernyataannya Maul. Tapi aku tau pasti kalau dia menolak Maul tanpa pertimbangan sedikit pun. Melihat itu aku jadi teringat ketika Rina menyatakan perasaannya kepadaku di belakang sekolah. Pada saat itu, aku juga tidak mempertimbangkannya dulu dan langsung menolaknya.
Maul pun terlihat terguncang dan mulai pergi meninggalkan Miyuki seorang diri.
“Hei sepertinya dia sudah ditolak!”
Indah mengisyaratkan kepada kami untuk segera mengejar Maul.
“Kau benar!”
Riki langsung bergegas pergi untuk menghampiri Maul. Riska dan Indah juga menyusul Riki.
“Kamu tidak mengejarnya juga Ar.”
Rina juga hendak pergi untuk menyusul Maul, tapi dia terhenti karena melihatku yang masih berada di sana.
“Kau duluan saja, ada yang harus aku selesaikan terlebih dahulu.”
Karena aku tau kalau Miyuki tidak sepenuhnya sama sepertiku, saat ini yang terguncang bukan hanya Maul saja, namun dia juga. Hanya saja dia sedikit menahannya agar Maul tidak menyadarinya.
Rina pun pergi meninggalkanku untuk mengejar Maul.
Baiklah, sepertinya saatnya aku menghampiri tuan putri yang satu ini.
Aku pun menghampiri Miyuki yang masih memandangi matahari terbenam seorang diri. Walaupun aku saat ini sedang memandangi dirinya dari belakang, tapi aku tau kalau dia sedang murung saat ini.
“Apa kamu melihat semuanya?”
“Tentu.”
Miyuki pun menengok ke arahku dan aku melihat wajahnya yang sangat murung dan dia seperti ingin menangis tapi air matanya tidak kunjung keluar.
“Apa keputusanku tadi benar?”
“Aku tidak bisa menentukan apakah itu benar atau salah, itu semua adalah hakmu untuk menerima atau menolaknya. Lagi pula salahku juga yang tidak menghentikannya dari awal.”
“Tidak, ini semua adalah salahku. Padahal kalian sudah baik kepadaku dan sering menolongku, tapi aku sama sekali tidak dapat membalasnya. Bahkan aku sama sekali tidak mempertimbangkannya terlebih dahulu.”
“Maukah kau berjalan-jalan denganku sebentar?”
Aku pun mengajak Miyuki berjalan-jalan sekitar pantai itu untuk membuat suasana hatinya sedikit lebih baik.
“Mengapa kamu melakukan ini Mar? Tidak seperti dirimu saja. Jangan-jangan-”
Miyuki heran tehadap perhatian yang aku berikan, karena aku biasanya bersikap dingin kepadanya dan tidak peduli dengan apa yang menimpanya.
“Bukan seperti itu, hanya saja aku merasakan apa yang sedang aku alami. Karena belum lama ini aku juga mengalami kejadian yang sama sepertimu.”
“Hmmm…”
Dia tidak terkejut sama sekali, sepertinya Rina sudah menceritakan hal ini kepadanya.
“Aku hanya ingin mengatakan kepadamu, walaupun kau telah mengalami hal seperti ini, lebih baik kau melupakan ini dan bersikaplah seperti biasa ketika bertemu dengan Maul.”
“Tenang saja, kalau hal itu aku sudah tau.”
“Hee…”
Apa karena dia sering mengalami hal seperti ini jadinya dia sudah terbiasa? Tapi ternyata dia lebih kuat dibandingkan yang aku pikirkan.
“Tapi aku merasa tidak enak kepadamu. Aku tau kalau Maul itu adalah teman baikmu, tapi aku sama sekali telah berbuat jahat kepadanya. Aku takut kalau kamu juga akan marah kepadaku karena menolak teman baikmu.”
Ternyata itulah yang selama ini dia khawatirkan.
“Dasar bodoh, hal seperti itu tidak akan membuatku marah kepada seseorang. Malahan aku senang kau menolak Maul.”
“…Kenapa?”
“Karena aku tidak perlu bertemu denganmu ketika sedang bermain dengan Maul.”
Ya… Itulah tujuan awalku menentang Maul untuk berpacaran dengan Miyuki. Walaupun aku merasa kasihan kepada Miyuki, tapi di mataku dia masihlah seorang gadis yang membawa masalah untukku.
“Kamu jahat sekali Mar… Tapi aku menyukai dirimu yang jujur seperti itu.”
Miyuki tersenyum kepadaku saat itu. Pemandangan sore hari dengan matahari terbenam sebagai latar belakang dan senyuman Miyuki menjadi satu. Aku terdiam dan terpana melihatnya tersenyum, aku baru pertama kali melihat hal seperti ini.
“Apa ada yang aneh dengan wajahku?”
“Tidak.”
Ah sial, aku terlalu lama memandanginya.
“…Tapi kalau boleh jujur, aku senang sekali ketika bertemu denganmu dan juga yang lainnya. Aku merasa jika bersama kalian, aku selalu menemukan hal baru yang selama ini belum pernah aku rasakan.”
“Kau terlalu berlebihan dalam memujiku dan yang lainnya. Apa yang kami lakukan tidak berbeda dengan yang orang lain lakukan.”
Seperti yang aku harapkan dari tuan putri dari keluarga kaya. Aku rasa kebiasaan orang biasa sepertiku adalah pengalaman baru untuknya.
Dan sore itu pun berakhir. Aku dan Miyuki pun berpisah di pantai karena aku tidak mau ada yang tau kalau aku baru saja jalan berdua dengan Miyuki. Tapi ketika aku hendak kembali ke penginapan, aku melihat Rina yang menungguku di belakang.
Apa dari tadi dia di sana? Apa dia mendengar semua pembicaraanku dan Miyuki? Apa yang harus aku katakan kepadanya.
“…Yo, kau tidak kembali ke penginapan?”
Rina tidak menjawab pertanyaanku dan dia hanya diam saja.
“Ada apa Rina? Mengapa kau diam saja?”
“Apakah aku boleh menanyakan sesuatu?”
Aku merasakan sesuatu yang merepotkan akan terlontar dari pertanyaan Rina selanjutnya.
“Ada apa?”
“Apa kamu menolakku karena kamu sedang menyukai seseorang?”
“Hah!?”
Itu bodoh, bukankah aku sudah menjelaskan kepadanya secara jelas alasanku menolaknya.
“Apa yang kau bicarakan? Bukankah kau sudah tau alasannya waktu itu. Apa aku kurang jelas ketika menjelaskannya kepadamu?”
“Tidak, itu semua sudah jelas. Maafkan aku Ar, aku sempat ragu dengan jawabanmu saat itu karena melihat sikapmu barusan kepada Miyuki. Mungkin aku sedikit cemburu kepadanya.”
Cemburu? Buat apa dia cemburu kepada Miyuki?
“Kau hanya membuang-buang waktu dan pikiranmu saja jika kau memikirkan hal seperti itu.”
“..Hehehe, kamu benar Ar. Seharusnya aku tidak perlu memikirkan hal yang tidak perlu.”
“Lagian kau ada-ada saja, buat apa kau cemburu dengan orang seperti dia. Menurutku kau lebih baik dibandingkan dengannya.”
“Benarkah itu?”
“Tentu.”
Setelah aku mengatakan itu, Rina terlihat senang dan suasana hatinya pun kembali seperti semula.
Sepertinya aku terlalu berlebihan dalam memberikan perhatian kepada seseorang. Lain kali aku akan berhati-hati.
-End Chapter 19-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments