Chapter 2 : Yang Benar Saja!

Padahal awalnya aku berpikir kalau kejadian dikejar polisi itu adalah akhir dari masalahku hari ini, namun sepertinya aku harus berurusan dengan masalah lain.

“Apa maksudmu menatapku seperti itu? Mau berkelahi!”

Riki memang orang yang gampang sekali terpancing emosinya, apa lagi jika hal itu menyangkut tentang harga dirinya harga dirinya.

Haruskah aku memisahkan mereka?

Aku melihat ke arah Miyuki yang sedang memperhatikan Takeshi, dia telihat seperti ingin menghentikannya namun dia tidak berani dengannya.

Bukankah lebih baik kau yang menghentikan hal ini dibandingkanku Miyuki, aku rasa mereka berdua akan mendengarkanmu.

“Berhentilah menatapku dengan wajah jelekmu itu..”

“Jelek katamu… He.. he… he..”

Gawat, Riki sudah mencapai batasnya. Siapa saja tolonglah aku!

“Maju kau sini!”

Seketika emosi Riki langsung naik dengan seketikan. Tangan kanannya sudah mengepal seakan ia ingin melancarkan sebuah tinjuan keras kepada Takeshi.

“Baiklah kalau begitu.”

Takeshi yang ingin menunjukan kehebatannya kepada Miyuki langsung meletakan tasnya di lantai gerbong, dia pun melipat lengan jaketnya untuk membuat tangannya menjadi leluasa untuk bergerak. Seluruh penumpang yang ada di gerbong langsung memperhatikan kami.

Petugas keamanan… Dimana kau di saat yang dibutuhkan seperti ini?

“Udah Rik.. tahan emosimu, ini tempat umum.”

Aku menahan tangan Riki dengan sangat kuat, karena aku sudah melihat dia mengepalkan tangan kanannya dan beberapa saat lagi, dia pasti akan melancarkan pukulannya itu tepat di wajah Takeshi.

“Tapi aku tidak bisa diam saja Mar.”

“Emang kali ini kita yang salah Rik, ini tempat umum juga… aku tidak enak dengan penumpang yang lain.”

Tidak berapa lama kemudian petugas keamanan pun datang. Dengan seragam lengkap dan tatapan sangar di wajahnya, dia langsung berjalan mengahampiri kami.

“Ada apa ini?”

“Tidak ada masalah Pak, hanya cekcok antar pelajar saja… Ayo Rik kita pindah gerbong saja.”

Aku menarik tangan Riki. Aku dapat melihat dengan jelas kalau Riki sangat kesal saat aku menghentikannya. Memang sifatnya yang selalu menjunjung harga diri itu sangatlah merepotkan, tapi itulah yang membuatnya dapat akrab denganku.

Akhirnya kami pun pindah ke satu gerbong yang berada di depan gerbong sebelumnya, kami langsung menuju ke salah satu pintu untuk berdiri di sana.

“Kenapa kau menghentikanku Mar?”

Riki melepaskan tangannya dari genggamanku secara paksa.

“Tenanglah, kita sedang berada di tempat umum.”

“Padahal jika tadi kami baku hantam, aku yakin aku dapat menang darinya.”

“Aku sudah mengetahui itu.”

“Lalu kenapa kau menghalangiku?”

“Jika kau bertarung di tempat tadi itu sama sekali tidak keren.”

“Hah?”

Riki kebingungan mendengar perkataanku. Apa penjelasanku terlalu membingunkan untuknya? perlukah aku menjelaskan hal ini kepadanya? sepertinya tidak perlu, lagi pula kalau aku harus menjelaskan kepadanya itu akan sangat merepotkan.

“Pokoknya kalau ingin menang, kau harus memberikan kemenangan yang elegan.”

“Ha-ah.. rasanya tanganku ini masih gatal untuk memukul seseorang, bolehkah aku memukulmu untuk menggantikannya?”

“Tidak.”

“Tapi apa kau yakin membiarkan dia begitu saja?”

“Biarlah… lagi pula aku rasa sebentar lagi kita akan membalasnya.”

Karena jika firasatku itu benar, maka aku akan melakukan sesuatu yang merepotkan lagi.

Kumohon… semoga hal itu tidak terjadi, aku ingin sekali berbaring di kasurku saat ini.

***

“Tunggu! Kembalikan ponsel itu!”

Aku melihat Takeshi berlari mengejar seorang lelaki di depannya. Wajahnya terlihat panik seperti baru kehilangan sesuatu atau mungkin memang dia sedang kehilangan sesuatu

“Yang benar saja!”

Baru beberapa menit kami keluar dari stasiun dan berencana mau naik angkutan umum untuk pulang, dan firasat yang aku rasakan ketika berada di dalam kereta sudah terwujud.

“Ada apa itu?”

“Aku juga tidak tau Rik.”

Kemudian aku melihat Miyuki juga berlari melewati kami mengikuti Takeshi. Miyuki tidak dapat mengimbangi kecepatan Takeshi dan dia pun tertinggal jauh sekali.

“Hei ada apa?”

Ah sial! Mengapa aku harus menegurnya, harusnya aku biarkan saja dia berlari melewatiku. Dasar kau sisi baikku.

“Bolehkah aku meminta tolong kepada kalian?”

“Kenapa?”

“Ponselku dicuri oleh seseorang dan sekarang Takeshi sedang mengejarnya.”

Wajah Miyuki terlihat panik sekali. Berbeda seperti waktu di kereta, kali ini dia sangat panik akan ponselnya itu. Sepertinya ponselnya sangat mahal sampai-sampai dia sepanik itu.

“Dua temanmu yang lain kemana?”

“Dia sudah turun di stasiun sebelumnya, Maukah kalian menolongku?”

Miyuki meminta bantuan kepada kami dengan wajah memelas, namun wajahnya masih terlihat cantik. Seakan seorang putri cantik dari sebuah kerajaan besar sedang meminta bantuan kepada rakyat jelata yang ditemuinya di pinggir jalan.

Mengapa kau membuat ekspresi seperti itu… gawat dia imut sekali, aku jadi tidak tega untuk menolaknya.

Apakah Riki mau membantunya?

Aku pun menengok ke arahnya dan dia menatapku dengan mata penuh tekad yang kuat untuk menolong seorang wanita, kemudian dia mengangguk kecil.

OK… Sepertinya aku tau apa yang sedang dia pikirkan.

“Apakah kau masih mengingat nomer yang ada di ponselmu?”

“Memangnya kenapa?”

“Beritahu kepadaku?”

Riki pun menyenggolku dengan sikunya.

“Di saat seperti ini kau masih saja mengambil kesempatan ya.”

“Diamlah kau.”

Miyuki pun memberitahu kepadaku nomer ponselnya dan kemudian aku mengirimkan nomer ponsel itu ke temanku yang bernama Maul.

“Apa yang akan kau lakukan dengan nomer itu?”

“Kau lihat saja.”

Aku langsung menelepon Maul untuk membantuku mendapatkan ponsel Miyuki kembali, karena Maul adalah temanku yang bisa melacak ponsel seseorang menggunakan nomernya saja. Bisa dibilang kalau dia adalah hacker.

“Assalamualaikum, Kau sedang sibuk tidak?”

“Waalaikummussalam, saat ini aku sedang luang… memangnya ada apa?”

“Baguslah kalau begitu, bisakah kau membantuku melacak ponsel yang nomornya baru saja aku kirim?”

“Bisa saja, memangnya itu nomornya siapa?”

“Aku tidak punya banyak waktu, nanti akan aku jelaskan.”

“Tunggu sebentar ya, aku sedang melakukannya.”

Sepuluh detik pun berlalu.

“Aku sudah menemukan lokasinya Mar, tapi titiknya masih berjalan, sepertinya dia sedang dikejar sesuatu.”

“Apakah lokasinya jauh dengan lokasiku saat ini?”

“Dimana lokasimu?”

“Di dekat stasiun.”

“...Hmmm lumayan jauh Mar, tapi kau masih bisa mengejarnya.”

“Apa yang baru saja kau katakan itu benar?”

“Iya, seluruh gang yang ada di sekitar sini hanya menuju kepada satu jalan, kau bisa mengejarnya dengan naik sekali angkutan umum yang ada di sana.”

“Baiklah, kami akan bergerak sekarang.”

“Jangan tutup teleponnya dulu Mar, biar aku yang mengarahkan kalian.”

“Terima kasih, kami sangat tertolong.”

“Itu bukanlah masalah.”

“Ayo semuanya, kita tangkap pencuri itu.”

***

Di hadapan kami sudah ada sebuah gang yang tidak terlalu besar, mungkin besarnya hanya cukup untuk dua buah motor.

“Benar ini gangnya?”

“Tidak salah lagi.”

“Kalau begitu terima kasih atas bantuannya.”

“Tenang saja… besok traktir aku ketika di kantin ya?”

“OK.”

Aku pun menutup teleponnya.

“Kamu menelepon siapa Mar?”

“Maul.”

“Maul!”

Riki terkejut setelah mendengar nama itu.

Seperti yang aku katakan sebelumnya, Maul adalah salah satu temanku yang memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan meretas dengan sangat ahli, bahkan dia sering membantu pihak kepolisian dalam menangani masalah keamanan sistem dan jarang sekali teman-temanku yang mengetahui hal itu termasuk Riki.

“Aku tidak menyangka kalau dia bisa hal seperti itu.”

“Awalnya aku juga berpikiran sama denganmu.”

Miyuki hanya diam di belakang kami tanpa mengganggu kami sedikit pun. Wajahnya masih terlihat panik, aku tidak tau apa yang membuatnya sampai sepanik itu. Apa ponsel itu terlalu berharga untuknya yang mana jika ponsel itu hilang dia akan dimarahi oleh orang tuanya.

Tidak mungkin kan? Aku rasa orang tuanya tidak akan terlalu mempermasalahkan hal itu.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang?”

“Beri aku waktu sebentar.”

Baiklah.. Sekarang apa yang bisa aku lakukan untuk menyelesaikan masalah ini.

Apa kita harus masuk ke dalam gang ini dan menghadang pencuri tersebut?

Sepertinya tidak, kalau kami menghadangnya bisa jadi dia malah lari lewat jalur lain. Aku rasa Maul sudah dapat memprediksi kalau pencuri itu akan lari ke sini.

Hmmm… Aku rasa pilihan yang paling tepat saat ini hanya menunggunya di sini.

Tapi bagaimana caranya supaya dia tidak mengambil jalan lain ketika melihat kami?

Oh iya, aku baru saja ingat, pencuri itu tidak tau kalau kami ingin menangkapnya. Berarti yang harus kami lakukan hanyalah menunggu.

Lagi pula di dekat sini tidak ada gang untuk dia melarikan diri, seandainya dia mau memutar arah, pasti Takeshi sudah siap menghadangnya di bekalang.

Bagaimana jika dia membawa senjata?

Aku pun memperhatikan sekitarku.

Baiklah itu tidak menjadi masalah, di sekitar sini banyak sekali orang yang melintas. Jika terjadi apa-apa aku bisa berteriak meminta pertolongan.

Dan masalah terakhirnya adalah Miyuki, jika dia berada di sini aku yakin dia hanya akan mengganggu kami.

Sekarang bagaimana aku harus menyingkirkannya?

Hingga akhirnya aku pun melihat sebuah toserba yang ada tidak jauh di hadapan kami.

Masalah terpecahkan.

“Aku sudah dapat ide.”

Aku mengeluarkan dompetku dan mengambil uang dari dalam sana.

“Apa idemu?”

Riki sudah tidak sabar ingin beraksi.

“Miyuki… bisakah kau membelikanku minuman di sana?”

Aku menunjuk toserba itu dan memberikan uang kepadanya.

“Tapi bukannya kita mau menangkap pencuri?”

“Sudahlah, kau beli saja minuman untuk kami… nanti pada saat kau kembali, ponselmu sudah ada di tangan kami."

Awalnya Miyuki menatapku dengan ragu. Itu wajar saja bagi orang yang baru pertama kali bertemu denganmu. Mana mungkin kau bisa mempercayainya begitu saja.

“Baiklah, aku akan percaya dengan rencanamu. Jadi minuman apa yang kalian mau?”

"Kau mau apa Rik?”

"Aku mau teh dingin rasa apel."

"Kalau aku ingin yogurt rasa kopi."

"Yogurt rasa kopi? Aku baru mendengarnya."

"Baiklah, teh dingin rasa apel dan yogurt rasa kopi. Apa ada lagi?"

"Sisa kembaliannya bisa kau belikan sesuatu yang kau inginkan."

Miyuki pun pergi ke toserba tersebut dengan menaruh kepercayaan lebih kepadaku. Sebenarnya aku sama sekali tidak suka jika seseorang menaruh kepercayaannya kepadaku, menurutku itu seperti menambah tanggung jawab kepadaku.

Semoga yogurt rasa kopiku dapat mengulur waktu yang lama untuk dia menemukannya. Aku tidak mengada-ngada soal yogurt rasa kopi, memang minuman seperti itu dijual di toserba dan aku sering membelinya. Tapi untuk menemukannya akan sangat sulit karena biasanya yogurt itu diletakan tertutup oleh minuman yang lain.

“Apakah itu termasuk dari rencanamu?”

“Tentu, aku tidak mau rencana yang telah ku susun ini berantakan hanya karena seorang perempuan.”

“Kau memang sadis seperti biasanya ya.”

“Berisik Kau!”

“Hehehe… Lalu apa rencanamu?”

“Kita hanya menunggu saja di sini.”

“Menunggu?! apa kau serius?”

“Yup”

“Sepertinya kita tidak perlu menunggu lagi.”

Aku dan Riki sudah melihat dari kejauhan ada seseorang yang berlari terbirit-birit ke arah kami.

“Kita harus menutup jalan ini Rik, jangan biarkan dia lolos melewati kita. Kalau sampai lolos, mau tidak mau kita harus mengejarnya.”

“Tenang saja, aku pastikan dia akan memberikan ponselnya.”

Riki dengan semangat yang membara-bara menghantamkan kedua tangannya.

“Minggir!”

Pencuri itu sudah semakin dekat dengan kami, dan di belakangnya mulai terlihat Takeshi yang berlari mengejarnya dengan beberapa warga yang mengikuti di belakangnya.

Riki maju ke depanku untuk mengadang pencuri tersebut.

“Berhenti di sana.”

Tapi pencuri itu tidak mendengar peringatan Riki dan tetap berlari.

“Baiklah kalau begitu.”

Riki maju mendekati pencuri itu dan membuat sebuah celah untuk pencuri itu lewat.

Dasar bodoh! Mengapa dia tidak mau mengikuti rencanaku. Kalau begini pencuri itu dapat melewatiku. Aku tidak dapat menghadangnya seorang diri.

Tunggu… Sepertinya aku tau apa yang ingin Riki lakukan.

Saat pencuri itu melewatinya dengan cepat Riki langsung menjegalnya yang membuatnya terjatuh. Kemudian dia langsung melakukan kuncian terhadap pencuri tersebut di bagian tangannya agar tidak bisa kabur.

Seperti yang aku harapkan dari seseorang yang ahli dalam bela diri.

Aku langsung mengambil ponsel milik Miyuki yang terjatuh ketika pencuri itu dijegal oleh Riki.

Takeshi yang melihat aku dan Riki berhasil mengamankan pencuri itu langsung berhenti dari larinya.

“Itu dia pencurinya! Ayo kita habisi dia.”

Warga yang datang bersama Takeshi terlihat sangat emosi sekali. Itulah yang aku bingung dari mereka, padahal ponsel ini bukanlah milik mereka, tapi mengapa mereka bisa semarah itu.

Apa mungkin mereka hanya ingin melampiaskan kekesalan mereka masing-masing atau memang mereka tidak suka dengan yang namanya tindakan pencurian. Aku masih belum paham tentang hal itu.

“Tahan bapak-bapak sekalian.”

Aku menghentikan mereka.

Padahal saat itu aku sangat ketakutan sekali ketika mengentikan mereka. Karena aku bukanlah orang yang terbiasa berbicara di depan umum, andai saja Riki tidak sedang menjaga pencuri itu agar tidak kabur, aku pasti akan menyuruhnya untuk berbicara.

“Pencuri ini sudah tidak berdaya lagi, lebih baik kalian membawanya ke kantor polisi dari pada memukulinya di sini, itu bukanlah sesuatu tindakan yang terpuji.”

Apa yang baru saja aku bicarakan, bagaimana jika mereka tidak menerimanya? Apa aku yang akan dipukul oleh mereka?

“Dia benar, seharusnya orang dewasa mencontohkan sesuatu yang baik terhadap anak-anak.”

“Ya dia benar..”

“Kita tidak boleh membiarkan anak-anak melihat tindakan tercela dari orang dewasa.”

Ternyata di antara mereka ada seseorang yang sangat bijaksana.

Kemudian Riki pun memberikan pencuri itu kepada warga yang ada di sana, dan mereka membawa pencuri itu ke kantor polisi terdekat.

“Akhirnya selesai juga… Semoga setelah ini tidak ada hal yang terjadi lagi.”

Aku meregangkan tanganku ke atas.

“Padahal aku sangat ingin memukulnya tadi.”

Wajah Riki terlihat tidak puas dengan apa yang baru saja ia lakukan.

“Kau tau sendiri jika kau memukulinya tadi, pasti warga juga akan terprovokasi dengan apa yang kamu lakukan.”

“Tapi tetap saja aku kurang puas.”

Kemudian Miyuki yang baru saja tiba dari toserba langsung memberikan minuman yang baru saja ia beli.

“Ini minumannya.”

“Terima kasih, dan ini ponselmu.”

Aku pun memberikan ponselnya.

“Ponselku! Bagaimana kalian mendapatkannya?”

“Tadi tidak sengaja pencuri itu menjatuhkannya, coba kau periksa dulu ponselmu.”

Miyuki pun memeriksa ponselnya seperti yang ku suruh.

“Semuanya berfungsi, tidak ada yang rusak sama sekali. Terima kasih… Ano, ngomong-ngomong siapa namamu?”

“Namaku Amar, dan pria besar yang sedang merenung di sana Riki.”

Riki masih terlihat tidak puas telah menangkap pencuri itu. Sejak kejadian dengan Takeshi, dia ingin sekali meluapkan kemarahannya.

“Terima kasih Amar... Riki… Aku berhutang banyak kepada kalian.”

Miyuki terlihat senang sekali ponselnya sudah kembali.

“Tenang saja, itu bukan masalah besar.”

Walaupun aku berbicara seperti itu, sebenarnya aku menginginkan sebuah imbalan darinya entah itu uang atau apa pun.

“Oh iya… Apa kalian sudah makan siang? Bagaimana kalau sebelum pulang kita makan dulu bersama-sama?”

“Jangan bercanda!”

Tiba-tiba Takeshi berteriak ke arah kami dengan wajah kesal di wajahnya. Dia melihat kami berdua dengan matanya yang melotot dan urat di dahinya sedikit keluar. Sepertinya dia memang kesal sekali.

Inilah yang aku tunggu-tunggu.

“Aku sudah mengeluarkan tenagaku untuk mengejar pencuri itu, tapi kenapa hanya kalian berdua yang mendapatkan ucapan terima kasih?”

Woah… Apakah ucapan terima kasih dari Miyuki begitu berharganya bagimu bayi besar?

“Maafkan aku Takeshi, aku lupa berterima kasih kepadamu.”

Miyuki langsung merasa bersalah.

“Seharusnya aku yang mendapatkan pujian itu, ucapan terima kasih itu, dan harusnya aku yang terlihat seperti pahlawan di sini. Tapi kalian berdua sudah merenggut semua itu dariku.”

Itulah tujuanku sebenarnya ketika menolong Miyuki mendapatkan ponselnya.

Awalnya aku memiliki dua buah rencana untuk menangkap pencuri itu, tapi aku memilih cara yang paling tepat untuk membalas perbuatan Takeshi waktu di kereta.

Riki bisa saja mengejar pencuri itu tanpa perlu menunggunya di ujung gang. Dari yang aku lihat ketika pencuri itu berlari, Riki jauh lebih cepat dibandingkan olehnya, ditambah Riki yang masih muda membuat staminanya lebih bagus dibandingkan pencuri itu.

Tapi jika kami menggunakan rencana itu, tidak ada pengaruh apa-apa terhadap Takeshi. Sedangkan aku ingin sekali membalas perbuatannya.

Makanya aku meminta bantuan Maul.

Aku tau sekali jalan pikiran orang seperti Takeshi. Pasti selama mengejar pencuri itu dia sudah membayangkan pujian yang keluar dari mulut Miyuki. Tapi itu semua sudah aku dan Riki rebut darinya dengan mudah.

Inilah yang aku sebut dengan ‘sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui’.

Selain mendapatkan perhatian lebih dari Miyuki, hal ini juga dapat membuat Takeshi terlihat seperti pecundang. Beginilah kemenangan yang elegan menurutku.

“Lihat saja nanti, aku pasti akan membalas perbuatan kalian.”

Takeshi pun pergi meninggalkan kami dengan semua kebencian yang dibawa olehnya.

Aku lupa memikirkan hal itu, aku berhasil menambah seorang teman dan seorang musuh. Seharusnya aku tidak melakukan itu, menyebalkan.

“Kau yakin membiarkannya pergi begitu saja Mar? Boleh aku memukulnya.”

“Dari tadi yang ada di pikiranmu hanya memukul orang saja ya?”

“Habisnya mau bagaimana lagi, tanganku masih gatal ingin memukul seseorang.”

“Semuanya! Aku minta maaf kepada kalian berdua.”

Miyuki sedikit membungkuk kepada kami.

Oh, jadi seperti itu orang Jepang ketika meminta maaf.

“Gara-gara aku lupa mengucapkan terima kasih kepada Takeshi, kalian jadi bermusuhan dengannya.”

“Tidak usah khawatir, itu semua bukan salahmu...”

Memang itu bukan salahmumu.

“...Memang kami dari awal sudah tidak akur dengannya, bukan begitu Rik?”

“Iya, lagi pula dianya aja yang terlalu bawa perasaan.”

“Tapi aku jadi cemas dengan keadaan kalian?”

“Memangnya kenapa?”

“Karena jika Takeshi sudah mengatakan itu, pasti dia akan melakukannya.”

Sepertinya aku harus berurusan dengan orang yang merepotkan lagi.

“Tenang saja, pasti Amar dapat mengatasinya dengan mudah.”

Riki berkata dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya.

Mudah sekali kau mengatakan itu kepada Miyuki, aku tidak mau berurusan dengan sesuatu yang merepotkan lagi.

“Tapi kenapa dia kembali ke stasiun?”

Riki melihat bayangan Takeshi yang perlahan mulai menghilang.

“Tentu untuk pulang ke rumahnya.”

“Memang rumahnya tidak di sekitar sini?”

“...Tidak, rumahnya Takeshi sudah lewat beberapa stasiun sebelum stasiun ini.”

Walaupun sifatnya seperti anak-anak, tapi cintanya terhadap Miyuki tidak bisa aku anggap sebagai isapan jempol belaka.

Teruslah Takeshi, aku akan mendukungmu untuk mendapatkan Miyuki walaupun aku membencimu.

-End Chapter 2-

Terpopuler

Comments

Puan Harahap

Puan Harahap

hello thor

2020-11-18

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Makna Dari Sebuah Cinta.
2 Chapter 1 : Hari Yang Melelahkan.
3 Chapter 2 : Yang Benar Saja!
4 Chapter 3 : Miyuki Si Tuan Putri Yang Kejam.
5 Chapter 4 : Antara Wanita Bersama dan Pacar Pura-Pura
6 Chapter 5 : Cinta Bertepuk Sebelah Tangan.
7 Chapter 6 : Kebaikan Yang Menghangatkan Semuanya.
8 Chapter 7 : Pasangan Baru
9 Chapter 8 : Dan Terjadi Lagi.
10 Chapter 9 : Mata Rantai Yang Ingin Disambungkan Kembali.
11 Chapter 10 : Merepotkan Sekali! Seharusnya Tidak Seperti Ini.
12 Chapter 11 : Perkelahian Antar Sahabat.
13 Chapter 12 : Menjadi Orang Jahat? Baiklah Kalau Itu Yang Kau Inginkan.
14 Chapter 13 : Secercah Cahaya Di Dalam Badai.
15 Chapter 14 : Perpisahan.
16 Chapter 15 : Kepulauan Seribu, Aku Datang!
17 Chapter 16 : Ini Sungguh Memalukan.
18 Chapter 17 : Api Unggun Yang Penuh Dengan Panas Cinta.
19 Chapter 18 : Membantu Maul.
20 Chapter 19 : Teringat Akan Sesuatu.
21 Chapter 20 : Aku Terjebak Di Sebuah Permainan Yang Konyol.
22 Chapter 21 : Survei Sekolah.
23 Chapter 22 : Trip Panjang Menuju Gunung Prau.
24 Chapter 23 : Inilah Kenapa Aku Malas Mengajak Wanita Untuk Mendaki.
25 Chapter 24 : Hidangan di Atas Awan.
26 Chapter 25 : Ada Apa Dengan Senja?
27 Chapter 26 : Janji Musim Dingin.
28 Chapter 27 : Festifal Musim Panas.
29 Chapter 28 : Kencan? Sepertinya Bukan.
30 Chapter 29 : Ulang Tahun Maul.
31 Chapter 30 : Hari Pertama Di SMK.
32 Chapter 31 : Langkah Awal Untuk Kehidupan Yang Baru.
33 Chapter 32 : Apapun Akan Aku Lakukan Demi Kehidupan Baruku Yang Damai.
34 Chapter 33 : Mengapa Aku Melakukan Itu?
35 Chapter 34 : Memilih Ekstrakulikuler.
36 Chapter 35 : Mencolok Itu Merepotkan.
37 Chapter 36 : Tur Sekolah.
38 Chapter 37 : Pertandingan Olahraga.
39 Chapter 38 : Mengapa Harus Di Rumahku?
40 Chapter 39 : Wali Kelasku Kali Ini Lebih Bersahabat.
41 Chapter 40 : Inikah Nikmat?
42 Chatper 41 : Menjadi Seorang Freelancer.
43 Chapter 42 : Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa.
44 Chapter 43 : Aku Bukanlah Orang Mesum!
45 Chapter 44 : Tuduhan Itu Sangatlah Menyakitkan.
46 Chapter 45 : Semuanya Sudah Terencana Dengan Baik.
47 Chapter 36 : Memikirkan Langkah Terakhir untuk Menyelesaikan Ini.
48 Chapter 47 : Jurit Malam.
49 Chapter 48 : Skak Mat! Aku Yang Menang.
50 Chapter 49 : Menikmati Hasil Kemenangan.
51 Chapter 50 : Bulan Ramadan.
52 Chapter 51 : Terungkap Sudah.
53 Chapter 52 : Ngabuburit.
54 Chapter 53 : Pertemuan Yang Tak Terduga.
55 Chapter 54 : Buka Bersama.
56 Chapter 55 : Pulangnya Sang Pengganggu.
57 Chapter 56 : Mencoba Sesuatu Yang Baru.
58 Chapter 57 : Malam Takbiran.
59 Chapter 58 : Labaran Idulfitri.
60 Chapter 59 : Pulang Kampung.
61 Chapter 60 : Leptop Baru.
62 Chapter 61 : Kekhawatiran Kichida.
63 Chapter 62 : Pekerjaan Baru Bersama Pak Febri.
64 Chapter 63 : Membangun Kembali Sebuah Perusahaan.
65 Chapter 64 : Apa Salahnya Peduli Dengan Teman?
66 Chapter 65 : Aku Baru Tau Kalau Rapat Sepusing ini!
67 Chapter 66 : Miyuki Fan Club.
68 Chapter 67 : Begadang Mengejar Deadline.
69 Chapter 68: Kenapa Pekerjaan Ini Banyak Sekali Rapatnya!
70 Chapter 69 : Pergi Berdua Bersama Miyuki.
71 Chapter 70 : Makan-makan Di Rumah Rina.
72 Chapter 71 : Ketika Berprasangka Baik.
73 Chapter 72 : Harga Diri Yang Membuat Semuanya Rumit!
74 Chapter 73 : Sate Kambing Di Malam Hari.
75 Chapter 74 :Sekolah Adalah Rumah
76 Chapter 75 : Waktunya Perilisan.
77 Chapter 76 : Akhirnya Aku Bisa Bersantai Sejenak.
78 Chapter 77 : Orang Merepotkan Yang Selalu Berbuat Baik.
79 Chapter 78 : Anak Magang Khusus.
80 Chapter 79 : Koneksi Yang Mempermudah Segalanya.
81 Chapter 80 : Aku Merasakan Kalau Kepalaku Sedikit Berasap!
82 Chapter 81 : Satu Buah Komik Dan Mouse.
83 Chapter 82 : Seorang Sekertaris Itu Memang Hebat!
84 Chapter 83 : Natasha Dan Masa Lalunya Yang Kelam.
85 Chapter 84 : Aku, Irfan, Dan Orang Yang Menyebalkan.
86 Chapter 85 : Membangun Sebuah Argumen Yang Kuat.
87 Chapter 86 : Barista Bukan Hanya Sebuah Sebutan Saja.
88 Chapter 87 : Katakan Tidak Pada Pekerjaan Fisik!
89 Chapter 88 : Keramaian Ini Membuatku Pusing.
90 Chapter 89 : Apa Yang Menguntungkan Dari Pacaran?
91 Chapter 90 : Hanya Kak Friska Yang Bisa Membuatku Seperti Ini.
92 Chapter 91 : Aku Suka Kedamaian Ini.
93 Chapter 92 : Masalah Baru Dan Serius, Aku Datang!
94 Chapter 93 : Kesalahan Dalam Melihat, Dapat Menimbulkan Informasi Yang Rancu.
95 Chapter 94 : Semua Perempuan Itu Merepotkan.
96 Chapter 95 : Akar Dari Pembicaraanku Adalah Miyuki.
97 Chapter 96 : Itu Adalah Sebuah Ironi.
98 Chapter 97 : Bosan Atau Memang Kecewa?
99 Chapter 98 : Aku Tau Kalau Ada Yang Tidak Beres.
100 Chapter 99 : Pahit Kopi Kehidupan.
101 Chapter 100 : UAS Selesai, Liburan Let’s Go!
102 Chapter 101 : Apa Aku Bisa Menyebutnya Kepala Sekolah Idaman?
103 Chapter 102 : Ini Terlalu Rumit Untuk Dipikirkan Pelajar Sepertiku.
104 Chapter 103 : Aku Tidak Butuh Uang... Untuk Saat Ini.
105 Chapter 104 : Pengambilan Rapot.
106 Chapter 105 : Aku Dan Misaki Sepertinya Sangat Cocok.
107 Chapter 106 : Rumah Kecil Yang Berisikan Banyak Misteri.
108 Chapter 107 : Mari Kita Lihat, Serumit Apa Masalah Yang Dia Miliki.
109 Chapter 108 : Berubah Menjadi Baik Atau Buruk?
110 Chapter 109 : Misi Penyelamatan Bagian Pertama.
111 Chapter 110 : Misi Penyelamatan Bagian Kedua
112 Chapter 111 : Misi Penyelamatan Bagian Ketiga.
113 Chapter 112 : Misi Penyelamatan Bagian Keempat.
114 Chapter 113 : Misi Penyelamatan Bagian Terakhir.
115 Chapter 114 : Hari Yang Panjang Dan Melelahkan Akhirnya Selesai!
116 Chapter 115 : Banyak Sekali Pertanyaan Yang Diberikan.
117 Chapter 116 : Kembang Api Yang Sangat Berisik!
118 Chapter 117 : Aku Tau Kalau Aku Bukanlah Orang Yang Spesial.
119 Chapter 118 : Senyap Dan Membaur.
120 Chapter 119 : Keadaan Ini Sangat Canggung Sekali!
121 Chapter 120 : Ending Yang Baik Ternyata Tidak Buruk.
122 Chapter 121 : Kichida Si Calon Komikus
123 Chapter 122 : Buat Apa Kau Meminta Izin Kepadaku?
124 Chapter 123 : Comic Universe Ke Seluruh Dunia.
125 Chapter 124 : Menuju Ulang Tahun Miyuki.
126 Chapter 125 : Mentraktir Rina.
127 Chapter 126 : Di Kafe Bersama Miyuki
128 Chapter 127 : Ulang Tahun Miyuki.
129 Chapter 128 : Pernyataanku Kepada Miyuki
130 Chapter 129 : Tidak Tertarik Dengan OSIS
131 Chapter 130 : Aku Sedikit Khawatir Dengannya
132 Chapter 131 : Gawat Sekali Jika Orang Lain Tau!
133 Chapter 132 : Kichida Menghilang!
134 Chapter 133 : Waktunya Menjemput Kichida.
135 Chapter 134 : Apa Aku Sudah Terlalu Berlebihan?
136 Chapter 135 : Seharusnya Aku Dapat Menghentikan Itu!
137 Chapter 136 : Misi Merepotkan Bagian Pertama.
138 Chapter 137 : Misi Merepotkan Bagian Kedua.
139 Chapter 138 : Misi Merepotkan Bagian Ketiga.
140 Chapter 139 : Misi Yang Merepotkan Bagian Keempat.
141 Chapter 140 : Misi Yang Merepotkan Bagian Kelima.
142 Chapter 141 : Pundakku Terasa Ringan Sekali!
143 Chapter 142 : Omelannya Ibu Miyuki Seperti Ibuku.
144 Chapter 143 : Kasur! Aku Butuh Kasur!
145 Chapter 144 : Pak Febri Mengerikan Sekali Ketika Marah.
146 Chapter 145 : Semua Berakhir Dengan Bahagia.
147 Chapter 146 : Kenapa Dia Datang Ke Rumahku?
148 Chapter 147 : Kita Ini Bukan Teman Dekat.
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Prolog : Makna Dari Sebuah Cinta.
2
Chapter 1 : Hari Yang Melelahkan.
3
Chapter 2 : Yang Benar Saja!
4
Chapter 3 : Miyuki Si Tuan Putri Yang Kejam.
5
Chapter 4 : Antara Wanita Bersama dan Pacar Pura-Pura
6
Chapter 5 : Cinta Bertepuk Sebelah Tangan.
7
Chapter 6 : Kebaikan Yang Menghangatkan Semuanya.
8
Chapter 7 : Pasangan Baru
9
Chapter 8 : Dan Terjadi Lagi.
10
Chapter 9 : Mata Rantai Yang Ingin Disambungkan Kembali.
11
Chapter 10 : Merepotkan Sekali! Seharusnya Tidak Seperti Ini.
12
Chapter 11 : Perkelahian Antar Sahabat.
13
Chapter 12 : Menjadi Orang Jahat? Baiklah Kalau Itu Yang Kau Inginkan.
14
Chapter 13 : Secercah Cahaya Di Dalam Badai.
15
Chapter 14 : Perpisahan.
16
Chapter 15 : Kepulauan Seribu, Aku Datang!
17
Chapter 16 : Ini Sungguh Memalukan.
18
Chapter 17 : Api Unggun Yang Penuh Dengan Panas Cinta.
19
Chapter 18 : Membantu Maul.
20
Chapter 19 : Teringat Akan Sesuatu.
21
Chapter 20 : Aku Terjebak Di Sebuah Permainan Yang Konyol.
22
Chapter 21 : Survei Sekolah.
23
Chapter 22 : Trip Panjang Menuju Gunung Prau.
24
Chapter 23 : Inilah Kenapa Aku Malas Mengajak Wanita Untuk Mendaki.
25
Chapter 24 : Hidangan di Atas Awan.
26
Chapter 25 : Ada Apa Dengan Senja?
27
Chapter 26 : Janji Musim Dingin.
28
Chapter 27 : Festifal Musim Panas.
29
Chapter 28 : Kencan? Sepertinya Bukan.
30
Chapter 29 : Ulang Tahun Maul.
31
Chapter 30 : Hari Pertama Di SMK.
32
Chapter 31 : Langkah Awal Untuk Kehidupan Yang Baru.
33
Chapter 32 : Apapun Akan Aku Lakukan Demi Kehidupan Baruku Yang Damai.
34
Chapter 33 : Mengapa Aku Melakukan Itu?
35
Chapter 34 : Memilih Ekstrakulikuler.
36
Chapter 35 : Mencolok Itu Merepotkan.
37
Chapter 36 : Tur Sekolah.
38
Chapter 37 : Pertandingan Olahraga.
39
Chapter 38 : Mengapa Harus Di Rumahku?
40
Chapter 39 : Wali Kelasku Kali Ini Lebih Bersahabat.
41
Chapter 40 : Inikah Nikmat?
42
Chatper 41 : Menjadi Seorang Freelancer.
43
Chapter 42 : Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa.
44
Chapter 43 : Aku Bukanlah Orang Mesum!
45
Chapter 44 : Tuduhan Itu Sangatlah Menyakitkan.
46
Chapter 45 : Semuanya Sudah Terencana Dengan Baik.
47
Chapter 36 : Memikirkan Langkah Terakhir untuk Menyelesaikan Ini.
48
Chapter 47 : Jurit Malam.
49
Chapter 48 : Skak Mat! Aku Yang Menang.
50
Chapter 49 : Menikmati Hasil Kemenangan.
51
Chapter 50 : Bulan Ramadan.
52
Chapter 51 : Terungkap Sudah.
53
Chapter 52 : Ngabuburit.
54
Chapter 53 : Pertemuan Yang Tak Terduga.
55
Chapter 54 : Buka Bersama.
56
Chapter 55 : Pulangnya Sang Pengganggu.
57
Chapter 56 : Mencoba Sesuatu Yang Baru.
58
Chapter 57 : Malam Takbiran.
59
Chapter 58 : Labaran Idulfitri.
60
Chapter 59 : Pulang Kampung.
61
Chapter 60 : Leptop Baru.
62
Chapter 61 : Kekhawatiran Kichida.
63
Chapter 62 : Pekerjaan Baru Bersama Pak Febri.
64
Chapter 63 : Membangun Kembali Sebuah Perusahaan.
65
Chapter 64 : Apa Salahnya Peduli Dengan Teman?
66
Chapter 65 : Aku Baru Tau Kalau Rapat Sepusing ini!
67
Chapter 66 : Miyuki Fan Club.
68
Chapter 67 : Begadang Mengejar Deadline.
69
Chapter 68: Kenapa Pekerjaan Ini Banyak Sekali Rapatnya!
70
Chapter 69 : Pergi Berdua Bersama Miyuki.
71
Chapter 70 : Makan-makan Di Rumah Rina.
72
Chapter 71 : Ketika Berprasangka Baik.
73
Chapter 72 : Harga Diri Yang Membuat Semuanya Rumit!
74
Chapter 73 : Sate Kambing Di Malam Hari.
75
Chapter 74 :Sekolah Adalah Rumah
76
Chapter 75 : Waktunya Perilisan.
77
Chapter 76 : Akhirnya Aku Bisa Bersantai Sejenak.
78
Chapter 77 : Orang Merepotkan Yang Selalu Berbuat Baik.
79
Chapter 78 : Anak Magang Khusus.
80
Chapter 79 : Koneksi Yang Mempermudah Segalanya.
81
Chapter 80 : Aku Merasakan Kalau Kepalaku Sedikit Berasap!
82
Chapter 81 : Satu Buah Komik Dan Mouse.
83
Chapter 82 : Seorang Sekertaris Itu Memang Hebat!
84
Chapter 83 : Natasha Dan Masa Lalunya Yang Kelam.
85
Chapter 84 : Aku, Irfan, Dan Orang Yang Menyebalkan.
86
Chapter 85 : Membangun Sebuah Argumen Yang Kuat.
87
Chapter 86 : Barista Bukan Hanya Sebuah Sebutan Saja.
88
Chapter 87 : Katakan Tidak Pada Pekerjaan Fisik!
89
Chapter 88 : Keramaian Ini Membuatku Pusing.
90
Chapter 89 : Apa Yang Menguntungkan Dari Pacaran?
91
Chapter 90 : Hanya Kak Friska Yang Bisa Membuatku Seperti Ini.
92
Chapter 91 : Aku Suka Kedamaian Ini.
93
Chapter 92 : Masalah Baru Dan Serius, Aku Datang!
94
Chapter 93 : Kesalahan Dalam Melihat, Dapat Menimbulkan Informasi Yang Rancu.
95
Chapter 94 : Semua Perempuan Itu Merepotkan.
96
Chapter 95 : Akar Dari Pembicaraanku Adalah Miyuki.
97
Chapter 96 : Itu Adalah Sebuah Ironi.
98
Chapter 97 : Bosan Atau Memang Kecewa?
99
Chapter 98 : Aku Tau Kalau Ada Yang Tidak Beres.
100
Chapter 99 : Pahit Kopi Kehidupan.
101
Chapter 100 : UAS Selesai, Liburan Let’s Go!
102
Chapter 101 : Apa Aku Bisa Menyebutnya Kepala Sekolah Idaman?
103
Chapter 102 : Ini Terlalu Rumit Untuk Dipikirkan Pelajar Sepertiku.
104
Chapter 103 : Aku Tidak Butuh Uang... Untuk Saat Ini.
105
Chapter 104 : Pengambilan Rapot.
106
Chapter 105 : Aku Dan Misaki Sepertinya Sangat Cocok.
107
Chapter 106 : Rumah Kecil Yang Berisikan Banyak Misteri.
108
Chapter 107 : Mari Kita Lihat, Serumit Apa Masalah Yang Dia Miliki.
109
Chapter 108 : Berubah Menjadi Baik Atau Buruk?
110
Chapter 109 : Misi Penyelamatan Bagian Pertama.
111
Chapter 110 : Misi Penyelamatan Bagian Kedua
112
Chapter 111 : Misi Penyelamatan Bagian Ketiga.
113
Chapter 112 : Misi Penyelamatan Bagian Keempat.
114
Chapter 113 : Misi Penyelamatan Bagian Terakhir.
115
Chapter 114 : Hari Yang Panjang Dan Melelahkan Akhirnya Selesai!
116
Chapter 115 : Banyak Sekali Pertanyaan Yang Diberikan.
117
Chapter 116 : Kembang Api Yang Sangat Berisik!
118
Chapter 117 : Aku Tau Kalau Aku Bukanlah Orang Yang Spesial.
119
Chapter 118 : Senyap Dan Membaur.
120
Chapter 119 : Keadaan Ini Sangat Canggung Sekali!
121
Chapter 120 : Ending Yang Baik Ternyata Tidak Buruk.
122
Chapter 121 : Kichida Si Calon Komikus
123
Chapter 122 : Buat Apa Kau Meminta Izin Kepadaku?
124
Chapter 123 : Comic Universe Ke Seluruh Dunia.
125
Chapter 124 : Menuju Ulang Tahun Miyuki.
126
Chapter 125 : Mentraktir Rina.
127
Chapter 126 : Di Kafe Bersama Miyuki
128
Chapter 127 : Ulang Tahun Miyuki.
129
Chapter 128 : Pernyataanku Kepada Miyuki
130
Chapter 129 : Tidak Tertarik Dengan OSIS
131
Chapter 130 : Aku Sedikit Khawatir Dengannya
132
Chapter 131 : Gawat Sekali Jika Orang Lain Tau!
133
Chapter 132 : Kichida Menghilang!
134
Chapter 133 : Waktunya Menjemput Kichida.
135
Chapter 134 : Apa Aku Sudah Terlalu Berlebihan?
136
Chapter 135 : Seharusnya Aku Dapat Menghentikan Itu!
137
Chapter 136 : Misi Merepotkan Bagian Pertama.
138
Chapter 137 : Misi Merepotkan Bagian Kedua.
139
Chapter 138 : Misi Merepotkan Bagian Ketiga.
140
Chapter 139 : Misi Yang Merepotkan Bagian Keempat.
141
Chapter 140 : Misi Yang Merepotkan Bagian Kelima.
142
Chapter 141 : Pundakku Terasa Ringan Sekali!
143
Chapter 142 : Omelannya Ibu Miyuki Seperti Ibuku.
144
Chapter 143 : Kasur! Aku Butuh Kasur!
145
Chapter 144 : Pak Febri Mengerikan Sekali Ketika Marah.
146
Chapter 145 : Semua Berakhir Dengan Bahagia.
147
Chapter 146 : Kenapa Dia Datang Ke Rumahku?
148
Chapter 147 : Kita Ini Bukan Teman Dekat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!