Setelah seluruh siswa mendapatkan rekomendasi. Akhirnya kami sampai di puncak kegiatan bersekolah di SMP Cibubur ini. Hari ini adalah hari perpisahan. Mungkin banyak siswa yang bersedih akan acara ini, karena mereka harus berpisah dengan sahabat dan teman-teman yang mereka miliki di sekolah ini.
Kalau aku sendiri?
Aku tidak mungkin bersedih hanya dengan hal seperti itu. Menurutku, perpisahan ini bukanlah perpisahan yang dapat membuat seseorang tidak akan bertemu kembali. Tapi perpisahan ini hanyalah perpisahan kepada sebuah kehidupan yang lama menuju ke kehidupan yang baru.
Apakah kalimatku terlalu sulit untuk kalian mengerti? Intinya, ini hanyalah sesuatu untuk memulai awal yang baru.
“Bagaimana rekomendasimu Rik?”
“Tidak begitu buruk.”
Saat ini, aku dan Riki sedang menonton pertunjukan yang disajikan dalam acara perpisahan tersebut.
Acara perpisahan di sekolah kami tidak pergi ke luar kota untuk berlibur seperti biasanya, namun kami hanya
menonton pertunjukan di sekolah saja. Karena pemerintah menganjurkan kepada setiap sekolah yang ada di Jakarta untuk mengadakan acara perpisahan di sekolah masing-masing.
Hal itu dikarenakan kasus-kasus tentang penculikan dan kecelakaan saat acara perpisahan sedang marak saat itu. Jadi pemerintah melakukan langkah-langkah untuk menghentikan kejadian itu.
“Sekolah mana yang direkomendasikan kepadamu?”
“SMK Sawah Besar.”
“Hah?”
“Memangnya kenapa Mar? Kau terlihat terkejut sekali.”
“Soalnya aku juga masuk ke sekolah itu.”
“Beneran?”
Riki juga terlihat terkejut ketika mendengar itu dan sedikit tersenyum.
“Iya… bukannya kau mendapatkan rekomendasi dari prestasi bela diri kau?”
“Aku juga baru tau kemarin kalau SMK Sawah Besar adalah sekolah yang memiliki prestasi pancak silat terbaik di Jakarta.”
“Hmmm… Jadi begitu, kau sudah tau dimana Maul direkomendasikan?”
“Entahlah, aku belum bertemu dengannya semenjak Ujian Nasional.”
Riki pun kembali memusatkan perhatiaannya kepada pertunjukan tari yang sedang berlangsung.
Setelah acara demi acara berlangsung, akhirnya kami pun pergi ke kelas masing-masing untuk foto bersama dan bertukar kado kepada masing-masing teman.
“Apa yang kamu taruh di dalam sana?”
Tanya teman sekelasku sambil menunjuk ke arah tumpukan kado yang ada di hadapan kami.
“Itu rahasian.”
Sebenarnya aku menaruh sebuah gelang di dalam kadoku.
“Hee… Saat ini masih main rahasia-rahasiaan denganku. Apa jangan-jangan…”
Temanku ini pun melirik ke Rina yang sedang berbincang dengan teman-temannya yang lain. Sesekali Rina melirik ke arahku, namun karena dia tau aku sedang melihat ke arahnya, dia pun membuang pandangannya dengan tersipu malu.
Jadi peraturan dari acara pertukaran kado ini adalah pada saat kami mengambil kado, kami membelakanginya dan
mengambilnya secara acak tanpa melihat kado siapa yang kami ambil.
“Amarul Ihsan.”
Sekarang giliranku… Semoga hadiah yang kudapat dapat bisa berguna untukku.
Aku mulai berjalan ke depan kelas dengan diikuti oleh sorotan mata yang tidak lepas memperhatikanku.
Aku gugup sekali, bisakah kalian tidak memperhatikanku.
Sesampainnya di depan kelas, aku mulai membelakangi tumpukan kado tersebut dan bersiap untuk mengambil salah satu kado yang ada di sana.
Hmmm… kira-kira yang mana aku ambil.
Tanganku mulai meraba setiap kado yang dilewati telapak tangaku. Mulai dari kado yang besar sampai yang kecil sudah aku lewati. Karena tidak mau berlama-lama di depan kelas, aku pun mengambil satu kado yang cukup kecil, kira-kira ukurannya setelapak tanganku, dan terletak di dalam tumpukan tersebut.
“WAAAA!!!!”
Seketika seisi kelas ramai dengan teriakan para perempuan yang ada di sana.
Ada apa ini? Apa aku telah melakukan sesuatu yang buruk?
Kemudian mataku tertuju kepada Rina yang menunduk malu karena sesuatu. Aku pun melihat kado yang baru saja aku ambil. Sambil berjalan ke tempat duduku kembali, aku mengguncang kado yang baru saja aku dapat untuk mengetahui apa yang ada di dalam sana.
Kecil sekali, sepertinya isinya sebuah gelang.
Aku pun duduk kembali di kursiku dan membuka kado tersebut. Sebuah gelang terlihat dari balik sebuah kotak kecil yang terbuat dari kertas karton yang di bungkus dengan sangat rapi.
Gelang! Tidak buruk juga, setidaknya gelang ini dapat menjadi aksesori tambahan untuk jamku.
Aku memasang gelang itu di tangan kiriku bersama dengan jam yang aku pakai.
Setelah acara tukar kado selesai, kami semua pun berfoto bersama wali kelas kami untuk kenang-kenangan.
“Sini Mar.”
Seorang temanku menarik tangan kananku ke depan kelas.
Aku pun mengikutinya karena saat itu aku berpikir kalau mereka ingin berfoto bersamaku. Ternyata saat sampai di depan kelas, temanku menyandingkanku dengan Rina, dan mereka semua langsung menjauh dari sana.
“Pasangan terbaik angkatan ini.”
“Hentikan kalian semua, aku malu tau.”
Rina melirik ke arahku dengan sedikit menunduk karena malu.
“Sudahlah, anggap saja ini hadiah dari kami. Lagi pula kalian tidak masuk ke sekolah yang sama kan?”
Dari situ aku baru mengetahui kalau Rina mendapatkan sekolah yang berbeda denganku.
“Memangnya kau dapat rekomendasi di sekolah mana?”
“SMA Cibubur.”
“Bukankah itu hebat, kau tidak perlu jauh-jauh untuk bersekolah.”
Aku memuji Rina atas pencapaiannya.
“Terima kasih.”
“Karena kita akan jarang bertemu lagi, aku rasa berfoto bersama denganmu tidak buruk juga.”
aku mendekatkan diriku kepada Rina, dan sedikit merapikan penampilanku saat itu.
“Kamu benar Ar, ini akan menjadi hadiah perpisahan yang bagus.”
Rina pun mendekatkan badannya juga kepadaku.
“Kalian berdua bersiaplah.”
Temanku yang memegang kamera di hadapan kami mulai memberikan aba-aba kepada kami.
Aku dan Rina mulai berpose, awalnya kami cukup gugup karena menjadi bahan perhatian teman-teman sekelas kami. Bahkan wali kelas kami hanya sedikit tertawa ketika melihat tingkah laku kami.
“Satu... Dua... Tiga.”
Sfx : Cekrek!
***
“Bagaimana perpisahanmu?”
Maul melihat-lihat foto yang ada di ponselnya.
“Berjalan lancar.”
Aku menunjukan gelang yang ada di tangan kiriku.
“Woah... Kau dapat gelang Mar?”
Riki terlihat antusias sekali ketika melihat gelang itu.
“Iya, kalau kau mendapatkan apa?”
“Aku mendapatkan sendal perempuan.”
Riki menunjukan sebuah sendal dengan motif bunga dan berwarna merah muda kepada kami.
“Hahahahahaha...”
Aku dan Maul tertawa dengan lepas ketika melihat sendal yang diterima Riki. Karena menurutku sendal itu memang sendal untuk perempuan dan sangat memalukan sekali jika laki-laki memakai sendal itu.
“Kalau kau Mul?”
“Aku mendapatkan sebuah tempat pensil.”
Maul menunjukan tepat pensilnya yang terbuat dari bahan dan memiliki motif batik. Tidak bisa aku pungkiri kalau tempat pensil yang didapatkan olehnya tidak terlalu buruk, namun hal itu tidak berguna bagi orang yang hanya membawa satu pulpen sepertiku.
“Bagaimana perpisahanmu dengan Rina? Aku rasa kalian tidak akan bertemu lagi.”
“Biasa saja.”
“Kau ini, seharusnya kau memberikan sesuatu kepadanya.”
“Iya Mar, Maul benar. Kau seharusnya memberikan dia sesuatu. Kau sudah banyak di bantu olehnya selama di sini.”
“Akan ku pikirkan lagi.”
Kira-kira apa yang harus aku berikan kepada Rina?
Memang benar kata Maul dan Riki, Rina telah banyak sekali menolongku selama aku bersekolah di sini, bahkan saat kejadian terakhir dia juga membantuku. Kalau memang sesandainnya aku ingin memberikannya hadiah, itu haruslah sesuatu yang berkesan.
Tapi apa? Uangku tidak begitu banyak, dan aku merasa sayang sekali ketika mengeluarkan uangku hanya untuk itu.
“Ngomong-ngomong Mul, dimana kau direkomendasikan?”
Aku bertanya kepada Maul karena hanya dia saja yang aku belum tau sekolah mana yang dia dapat.
“Aku dapat di SMK Sawah Besar Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak.”
Weee… Kebetulan macam apa ini, tapi tidak masalah jika Maul juga masuk ke sekolah yang sama. Berarti kita bertiga akan bersama lagi selama tiga tahun.
“Ada apa Mar?”
“Tidak ada.”
“Hei kalian berdua… Aku membuat acara perpisahan ke Kepulauan Seribu. Apa kalian mau ikut?”
Riki mengajak kami berdua untuk berlibur ke Kepulauan Seribu, memang akan sangat menyenangkan jika kita harus ke sana. Pemandangan laut yang indah ditambah dengan matahari terbenam di ujung cakrawala membuat tempat itu menjadi tujuan untuk berlibur.
“Boleh, mumpung kita dapat liburan panjang.”
Tanpa pikir panjang, Maul langsunng menyetujui usulan dari Riki.
Tapi kalau dipikir-pikir kembali, kita memang mendapatkan libur yang sangat panjang sebelum masuk sekolah selanjutnya, tidak mungkin jika aku hanya menghabiskannya di rumah saja. Itu akan sangat membosankan.
“Berapa orang yang akan ikut?”
“Aku baru mendata ada sepuluh orang.”
Hmmm... Apakah aku harus ikut? Aku yakin biaya yang dikeluarkan untuk pergi ke sana akan sangat mahal jika orang yang ikut jumlahnya sedikit.
“Aku sudah tau apa yang kau pikirkan Mar. Kau pasti sedang memikirkan tentang biayanya kan?”
Maul tiba-tiba melihatku dan menghentikanku dalam berpikir. Dia sedikit tersenyum setelah mengetahui apa yang aku pikirkan.
“Hebat sekali kau bisa mengetahuinya.”
Riki terlihat kagum karena hanya Maul saja yang dapat menebak jalan pikiranku.
“Seharusnya kau juga tau hal itu kalau kau sudah berteman lama dengan.”
“Kalau untuk biayanya kau tenang saja Mar, aku akan menjamin kita tidak akan mengeluarkan uang yang banyak.”
“Kalau begitu aku akan ikut dengan kalian.”
Kapan lagi pergi ke Kepulauan Seribu, sekali-kali pikiranku juga harus beristirahat dari penatnya kegiatan.
Kemudian aku melihat seorang perempuan menaiki tangga dengan sangat riang, dia menggunakan sebuah kaus berwarna hitam dengan tanda pengenal di lehernya. Perempuan itu adalah Kirana. Karena dia adalah seorang anggota OSIS, jadi hari ini dia masuk untuk mengurusi acara perpisahan.
Kirana pun menghampiri kami yang sedang berkumpul di sebuah meja yang tidak jauh dari tangga. Biasanya meja ini digunakan guru piket untuk bertugas.
“Selamat atas kelulusan kalian.”
Kirana mengucapkan selamat kepada kami sambil membagikan sebuah kotak kecil yang sudah dibungkus dengan kertas kado.
Sepertinya aku mengetahui apa yang berada di dalam kotak itu.
“Terima kasih.”
Maul dan Riki sangat senang ketika mendapatkan hadiah itu, sedangkan aku hanya mengguncang kado tersebut.
“Apa isinya?”
“Kalian buka saja.”
Kami pun mulai membuka isi kado itu dan ternyata di dalamnya terdapat sebuah gelang. Gelangnya memiliki model yang sama dengan gelang yang aku kenakan saat ini, namun memiliki motif yang berbeda. Aku bersyukur karena kedua gelang itu terbuat dari tali yang disimpul, karena aku tidak begitu menyukai gelang yang terbuat dari plastik. Aku, Riki, dan Maul mendapatkan motif yang berbeda-beda.
“Ini bagus sekali.”
“Terima kasih Kirana.”
Riki langsung mengenakan gelang itu di tangannya, begitu juga dengan Maul.
Sepertinya aku akan menggunakan gelangnya di tanganku yang satunya lagi. Hmmm... Tapi itu akan menggangguku ketika menulis, lebih baik aku pakai di tangan kiriku saja.
“Ini gelang dari siapa?”
Kirana menunjuk gelang yang baru saja aku dapatkan dari acara tukar kado yang diadakan kelasku.
“Ini dari acara tukar kado di kelasku, kenapa?”
“Hmmmm... Tidak ada.”
Kirana tersenyum kepadaku, aku merasa kalau dia mengetahui pemilik dari kado yang aku ambil, mengingat gelang darinya juga memiliki model yang sama, aku rasa dia memang mengetahuinya, atau mungkin mereka membelinya bersama-sama.
“Karena urusanku di sini sudah selesai, aku izin pamit dulu ya. Masih ada yang harus aku kerjakan.”
“Baiklah, terima kasih atas hadiahnya.”
“Aku pergi dulu.”
Kirana pun pergi meninggalkan kami. Aku melihat Maul yang selalu memandangi gelang yang diberikan oleh Kirana. Dia terlihat sangat menyukainya.
Lebih baik gelang-gelang ini aku simpan saja, aku tidak mau sampai menghilangkannya.
Aku pun melepaskan semua gelang yang ada di tanganku dan meletakannya di saku kemejaku.
“Mengapa kau melepas kedua gelangmu Mar?”
“Aku tidak mau gelang ini hilang Rik, kau tau sendiri kalau aku sering kehilangan jam tanganku ketika berwudu, untung saja ada orang baik yang menemukannya.”
“Kau benar juga.”
Aku juga melihat tatapan Riki yang sangat senang ketika mendapatkan gelang dari Kirana. Aku rasa Riki masih belum bisa melupakan Kirana dari pikirannya.
Aku yakin kalau Riki sebenarnya sedikit terluka hatinya ketika mengetahui kalau Kirana itu hanya berpura-pura untuk menjadi pacarnya, karena mau bagaimana lagi. Riki bukanlah orang yang dapat menerima sebuah kenyataan pahit dengan begitu mudah, apa lagi hal ini berkaitan tentang cinta, itu pasti akan sangat sulit. Kalau Riki memiliki pemikiran yang sama denganku, itu bukanlah sebuah masalah.
“Apakah aku harus mengatakan perasaanku kali ini kepadanya ya?”
Riki bergumam sendiri. Aku rasa itu adalah kata-kata yang keluar dari hati terkecilnya, ternyata dugaanku salama ini benar.
“Itu terserah kau, kalau kau merasa itu adalah yang terbaik saat ini, maka lakukanlah. Lagi pula ini mungkin hari terakhir kau bertemu dengan Kirana, jadi lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, tapi jangan bertindak bodoh.”
Apa saranku terlalu berlebihan untuk orang seperti Riki?
Setelah mendengar saranku barusan, Riki langsung terlihat senang dan kemudian dia menggenggam gelang yang diberikan oleh Kirana.
“Baiklah, akan aku lakukan sekarang.”
Riki pun pergi meninggalkan kami untuk menemui Kirana. Maul yang tidak tau apa yang terjadi melihat kepergian Riki dengan wajah kebingungan.
“Apa yang baru saja aku lewatkan?”
“Tidak ada apa-apa, hanya sebuah nasihat untuk melakukan tindakan yang tidak logis.”
Maul tidak mengerti apa yang baru saja aku maksud.
Sebenarnya aku juga tidak tau apakah saranku kepada Riki adalah yang terbaik atau tidak untuk dilakukan saat ini, tapi aku hanya berpikir kalau kau ingin melakukan sesuatu yang besar, inilah saatnya. Lebih baik kau lakukan sekarang dan gagal dari pada tidak kau lakukan tapi yang ada hanya menyisakan penyesalan saja.
Apa aku harus melakukan hal yang sama seperti yang Riki lakukan? Tidak mungkin, aku bukanlah orang yang ingin melakukan sesuatu yang tidak logis seperti itu.
Tapi dari awal aku menyelidiki tentang cinta, aku sama sekali belum mendapatkan jawaban yang memuasakan tentang hal itu. Apa aku harus mengalaminya terlebih dulu baru aku tau bagaimana rasanya? Sepertinya tidak, itu hanya sebuah ide yang bodoh.
Sudahlah, buat apa aku harus memikirkan hal itu. Lebih baik aku mempersiapkan diri untuk kehidupan sekolahku yang berikutnya.
-End Chapter 14-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments