Pagi hari sudah tiba. Aku, Maul, dan Riki berencana untuk pergi ke jembatan cinta untuk menikmati pemandangan pagi yang sangat sejuk. Aku tidak tau kenapa jembatan itu dinamai jembatan cinta, apakah karena jembatannya yang diberi cat warna merah muda yang identik dengan cinta, atau tempat ini biasa digunakan oleh orang-orang untuk bermesraan karena tempatnya yang sangat cocok untuk hal itu.
Tapi aku akui kalau aku dapat menikmati angin pagi dan aroma laut di sana. Tubuhku terasa sangat ringan dan damai sekali, bahkan aku hampir lupa dengan masalah-masalah yang terjadi kemarin. Indahnya hidup.
“Aku ingin kalian membantuku juga hari ini.”
Bisakah kau menyimpan hal itu untuk nanti? Aku sedang menikmati kedamaian di sini.
Sebenarnya aku ingin mengatakan hal itu, tapi karena dari kemarin Maul masih mencurigaiku, jadi aku harus lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara. Kalau sedang seperti ini, Maul akan menjadi orang yang sangat merepotkan.
“Tenang saja, aku akan membantumu Mul.”
Aku terpaksa mengatakan hal itu.
“Terima kasih Mar. Sejujurnya aku tidak yakin ini akan berhasil atau tidak, setelah melihat sainganku itu adalah Takeshi dan mungkin kau juga.”
Maul terlihat murung dan seperti orang yang sudah ditolak oleh Miyuki. Aku tidak tau apa yang terjadi dengannya kemarin malam. Apa kepalanya terbentur sesuatu hingga dia menjadi pesimis seperti ini?
“Haruskah aku mengatakan hal ini lagi kepadamu Mul? Aku belum tertarik untuk berpacaran dengan seseorang untuk saat ini. Kalau kau berpikir kalau aku juga mengincar Miyuki, itu adalah sebuah kesalahan besar.”
Aku menatap mata Maul dengan sangat dalam. Aku ingin meyakinkannya sekali lagi kalau aku tidak ada niatan sedikit pun untuk mendekati Miyuki. Walaupun awalnya aku tidak setuju untuk membuat Maul menjadi dekat dengan Miyuki tapi aku tidak mau membuatnya menjadi pesimis seperti ini.
Maul memang orang yang mudah sekali menjadi orang yang pesimis. Karena dia adalah orang yang terencana, dia jadi sering memikirkan banyak sekali kemungkinan yang akan terjadi ke depannya, dan ketika kemungkinan itu kebanyakan adalah hal buruk, dia akan menjadi pesimis.
“Kau terlalu memikirkan sesuatu yang tidak perlu Mul. Dari pada kau memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Amar terhadap Miyuki, lebih baik kau memikirkan apa rencanamu ke depan untuk membuat Miyuki dekat denganmu.”
Aku terpana dan terdiam melihat Riki setelah mengatakan hal itu. Aku tidak percaya kalau Riki dapat mengatakan hal bagus seperti itu. Sepertinya dia sudah banyak berubah akhir-akhir ini.
“Kau benar Rik… Ah bodoh sekali aku ini, terlalu membuang waktuku untuk memikirkan sesuatu yang tidak mungkin.”
Maul pun menepuk kedua pipinya dan kemudian dia mengepalkan tangannya dengan sangat kuat.
“AKU YAKIN, AKU PASTI BISA!! HAAAAAAAAAAAAA…….”
Maul berteriak dengan sangat keras untuk menghilangkan rasa pesimisnya itu. Semua orang yang berada di sekitar sana langsung memperhatikan kami dan melihat kami dengan sangat heran sekali.
“Hentikan itu Mul, kau terlalu menarik perhatian.”
“Sepertinya menarik… AKU JUGA PASTI BISA MENDAPATKAN KIRANA!!!”
Riki juga berteriak dan berdiri di samping Maul. Sekarang makin banyak orang yang memperhatikan kami. Jujur saja, saat itu aku ingin sekali pergi meninggalkan mereka dan kembali ke penginapan. Tapi karena pemandangan di sini sangat indah, akan sangat sayang jika aku meninggalkannya hanya karena dua orang bodoh yang berteriak di atas jembatan.
“Huh… Rasanya lega sekali, terima kasih atas masukannya teman-temanku.”
Riki dan Maul kembali duduk dan kami pun sudah tidak menjadi perhatian orang-orang yang berada di sana.
“Jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya?”
“Sepertinya aku akan mengungkapkan perasaanku sore ini.”
“Sore ini! Apa kau yakin akan hal itu?”
Aku dan Riki terkejut ketika Maul berkata ingin melakukannya sore ini. Menurutku itu terlalu terburu-buru. Takeshi saja yang sudah lama berusaha mendekatinya saja sampai sekarang masih diabaikan, apalagi Maul yang baru bertemu dengannya kemarin.
“Itu terlalu terburu-buru.”
“Amar benar, bukankah lebih baik kau berusaha mendekatinya secara pelan-pelan terlebih dahulu.”
“Tenang saja Rik, karena aku merasa kalau hanya di pulau ini saja aku dapat bertemu dengannya lagi. Jadi aku tidak mau membuang kesempatan ini.”
Sebenarnya kalau Maul masih berhubungan denganku aku yakin dia akan sering bertemu dengan Miyuki.
“Katakan sesuatu Mar?”
Riki sekarang meminta bantuanku untuk memberikan nasihat kepada Maul.
“Aku tidak bisa memberikan masukan apa pun. Aku bukanlah seseorang yang ahli dalam urusan seperti ini.”
Aku memang bukanlah orang yang cocok untuk memberikan masukan, apa lagi memberikan masukan tentang cinta. Aku bukanlah tipe orang yang memberikan kepedulian untuk mendukung orang supaya bangkit. Aku
lebih suka membuat dia pesimis dengan melihat kenyataan yang ada. Karena menurutku jika orang itu tetap berusaha untuk melangkah maju, maka orang itu akan lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Aku sudah mencoba hal ini ke semua temanku dan hal itu berhasil.
“Kau benar, bertanya kepadamu tentang hal seperti ini hanya membuang-buang waktu saja. Ayo Mul, lebih baik kita kembali ke penginapan dan menyusun rencana supaya pernyataan cintamu nanti sore berhasil.”
“Terima kasih Rik.”
Riki dan Maul pun pergi meninggalkanku seorang diri di jembatan cinta. Akhirnya aku dapat menikmati pemandangan ini dengan tenang. Aku pun masih menikmati angin laut yang sangat sejuk kala itu. Walaupun matahari sudah semakin meninggi, tapi angin yang berhembus di sana membuat suasana menjadi sangat sejuk.
“Ah itu ada Amar!”
Baru saja aku sedang merasakan kedamaian di sini, ternyata sudah datang pengganggu lainnya.
Miyuki datang dan berjalan ke arahku setelah melihatku sedang duduk di jembatan seorang diri.
“Apa yang kamu lakukan seorang diri di sini Mar? Kamu tidak bersama Riki dan Maul?”
Miyuki duduk bergabung denganku dan kami bersama-sama menikmati suasana laut pagi saat itu.
“Mereka baru saja kembali ke penginapan.”
Aku jadi kasihan kepadamu Mul, jika saja kau menunggu di sini sedikit lebih lama lagi, mungkin kau bisa bertemu dengan Miyuki.
“Kau tidak bersama Rina?”
“Heee…”
Miyuki menatapku dengan tatapan yang sangat menjengkelkan.
“Padahal kamu sekarang bersama seorang perempuan tapi kamu masih membicarakan perempuan lain.”
“Bisakah kau menghentikan sikapmu yang seperti itu.”
Miyuki hanya tertawa mendengar keluhan dariku.
“…Tapi aku belum berterima kasih kepadamu.”
“Atas apa?”
Miyuki terlihat heran dengan perkataanku barusan, wajahnya menunjukan kalau dia tidak tau perbuatan apa yang telah dia lakukan hingga aku harus berterima kasih kepadanya.
“Kau tau… Ketika membolehkan Rina dan teman-temannya untuk tinggal di penginapanmu. Itu sangat membantu untuk kami.”
“…O-oh… Itu bukan masalah besar.”
Ahh leganya, setidaknya aku sudah mengucapkan terima kasih kepadanya.
“Ngomong-ngomong… Apa kau sudah menentukan akan masuk ke sekolah mana?”
Miyuki bertanya dengan gugup tujuan sekolahku.
“SMK Sawah Besar, memangnya ada apa?”
Jangan bilang dia mau masuk ke sekolah yang sama denganku. Itu tidak mungkin kan, lagi pula jangan sampai hal itu terjadi.
“…Sebenarnya aku sedang bingung untuk menentukan tujuan sekolahku.”
“Mengapa kau tidak membicarakan hal ini kepada orang tuamu, aku yakin mereka orang yang lebih pantas untuk mendiskusikan hal ini.”
Ya… Karena aku yakin mereka akan memilihkan sekolah yang cocok untuknya.
“Orang tuaku terlalu membebaskanku. Kemarin aku sudah membicarakan hal ini kepada mereka tapi mereka menyuruhku untuk masuk ke sekolah yang aku sukai.”
Sepertinya orang tuanya sudah lebih dulu mengetahui masalah Miyuki ketika di sekolah lamanya.
“Kalau begitu kenapa kau tidak memutuskannya sendiri, bukankah lebih enak seperti itu.”
“Tapi tetap saja aku bingung harus masuk mana.”
“Coba saja kau tanyakan hal ini kepada Rina, aku rasa dia akan lebih membantumu dibandingkanku.”
Miyuki langsung cemberut kepadaku.
“Sebegitu tidak maukah kamu untuk satu sekolah denganku. Padahal aku mengharapkan kalau kamu menyarankan sekolah yang kamu masuki kepadaku.”
Sekarang aku sudah tau maksud dan tujuan dia bertanya kepadaku. Tapi maaf saja, aku lebih memilih kehidupan sekolah yang damai namun tidak berwarna dibandingkan kehidupan sekolah yang berwarna namun penuh dengan masalah.
“Bukannya seperti itu, aku hanya saja tidak mau jika kau menyesali keputusan yang telah kau buat.”
“Benarkah itu?”
“…Ya.”
“Ternyata kamu peduli juga kepadaku.”
Miyuki pun terlihat senang dengan jawabanku barusan. Aku bersyukur karena dia mudah sekali untuk dibohongi. Tapi itulah yang membuktikan kalau dia adalah orang yang baik.
“Sepertinya aku sudah terlalu lama di sini, lebih baik kita kembali ke penginapan.”
Miyuki berdiri dan merapihkan pakaiannya, dia pun menjulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
“Aku bisa berdiri sendiri.”
Aku pun berdiri dan kemudian meregangkan punggungku yang kaku setelah duduk dengan waktu yang cukup lama.
Aku pun kembali ke penginapan untuk beristirahat. Namun ketika aku sampai di sana, aku sudah melihat Riki dan Maul yang sudah bersiap-siap ingin pergi ke suatu tempat.
“Mau kemana kalian?”
Tanyaku kepada mereka ketika baru saja memasuki penginapan.
“Tentu saja untuk bermain di pantai, aku sudah mengetahui kalau Miyuki dan teman-temannya sebentar lagi akan pergi ke pantai untuk bermain di sana.”
Hebat sekali si Maul ini, sedikit saja diberika dorongan dia langsung bersemangat seperti ini.
“Kau juga harus ikut Mar, nanti kita akan naik banana boat di sana.”
Riki bersemangat sekali ketika mengajakku, sepertinya memang dia tidak sabar untuk menaiki banana boat. Aku rasa tidak salahnya mencobanya, mumpung aku sedang berada di sini.
“Baiklah, aku akan ikut dengan kalian.”
“Benarkah!? Ini akan semakin seru saja.”
Kami pun langsung pergi ke pantai untuk bermain di sana dan ketika aku sampai di sana aku dapat melihat dengan jelas Miyuki dan Rina yang sudah berada di dalam air.
“Aku pasti bisa… Aku pasti bisa… Aku pasti bisa…”
Aku melihat Maul yang sedang memberikan sugesti kepada dirinya sendiri. Aku baru tau kalau dia sedang serius ingin mendapatkan sesuatu dia akan segugup ini.
“Tenang saja kawan, ingat saja semua rencana yang sudah kita susun bersama.”
Riki menepuk pundak Maul dan memberikannya sedikit dukungan kembali.
Oh iya, aku tidak ikut membantu mereka ketika membuat rencana. Tapi aku ingin melihat rencana apa yang dibuat oleh Maul dan Riki.
“OI! KALIAN SEMUA!!”
Miyuki berteriak ke arah kami dan melambaikan tangannya. Aku juga melihat Rina- Aku tidak tau apa yang terjadi tapi dia sepertinya sedang marah denganku saat ini.
“Ayo kita pergi menghampiri mereka.”
“Kalian berdua saja yang pergi, aku menunggu di sini saja.”
“Baiklah kalau begitu.”
Aku pun duduk di pantai seorang diri. Aku melihat ke sekitar pantai untuk melihat pemandangan sekitar. Sejauh mata memandang aku hanya melihat laut yang tidak berujung, tapi entah kenapa aku sangat menikmati pemandangan itu.
Apa orang-orang yang tinggal di sini juga merasakan hal yang sama denganku? Aku rasa mereka sudah bosan karena setiap hari sudah melihat hal ini.
“Kamu tidak ikut bermain bersama mereka Ar?”
Rina datang menghampiriku dan dia duduk di sampingku.
“Aku datang ke sini hanya untuk menikmati pemandangan saja. Aku tidak ada niatan untuk bermain… Mungkin.”
Sebenarnya aku datang ke sini hanya untuk mencoba banana boat.
“Mumpung sedang di sini, kamu harus banyak bersenang-senang Ar.”
“Aku tau itu, tapi inilah caraku untuk bersenang-senang.”
“Cara yang aneh.”
Riki pun memanggil kami berdua dan mengajak kami untuk bermain banana boat. Inilah yang aku tunggu-tunggu dari tadi, aku tidak sabar bagaimana rasanya naik banana boat. Aku sering melihat orang yang menaiki benda ini selalu terjatuh. Mungkin aku akan mencoba bertahan di atasnya dan menjadi orang pertama yang tidak jatuh dari benda ini.
Kami bertiga beserta Rina dan Miyuki pun sudah berada di atas banana boat dan menggunakan pelampung.
“Apa kalian semua siap?!”
Seorang pria yang berada di paling depan memberikan aba-aba. Sepertinya dia pemandu, tapi kenapa dia harus naik banana boat bersama kami? Bukankah di perahu depan masih banyak tempat kosong.
“Kami siap!”
“Baiklah, ayo kita berangkat!”
Perahu yang menarik banana boat mulai berjalan perlahan demi perlahan. Ketika keadaan masih pelan hal itu tidak
begitu menakutkan, namun ketika perahu sudah berjalan dengan sangat cepat aku merasakan kalau tubuhku terasa ingin terpental dari banana boat setiap benda ini berbelok entah itu ke kiri atau ke kanan.
Aku sudah tau kenapa banyak orang yang tidak dapat bertahan ketika berada di atas benda ini. Tapi aku tidak boleh menyerah. Miyuki dan Rina saja terlihat sangat menikmati hal ini dan tidak terlihat kesusahan sedikit pun.
Aku pasti tidak akan pernah terjatuh dari benda ini dan tidak akan membiarkan benda ini terguling. Niat awalnya seperti itu, tapi ketika perahu kami sampai di tengah laut, aku baru mengetahui kenapa pemandu itu naik di banana boat bersama kami.
Ketika kami sudah sampai di tengah laut, tiba-tiba pemandu itu menjatuhkan diri dan menarik banana boat bersama
dengannya ketika perahu sedang berbelok, hal itu menyebabkan banana boat kami terguling dan kami semua masuk ke dalam air.
“Hahahaha… Ini seru sekali.”
Riki tertawa sangat keras ketika kami masuk ke dalam air.
“Kau benar.”
“Kau tidak apa-apa Ar?”
Seperti biasa, Rina masih mengkhawatirkanku.
“Tenang saja, aku tidak apa-apa.”
Kurang ajar kau pemandu, setidaknya kalau kau ingin menjatuhkanku kau harus memberitahuku terlebih dahulu. Dengan begitu aku dapat mempersiapkan diri sebelum masuk ke dalam air.
Aku sedikit memiringkan kepalaku ke kiri dan menepuk-nepuk telinga bagian kanan agar air yang masuk ke dalam telingaku dapat keluar.
Dan kami pun kembali naik ke banana boat.
Semenjak itu aku pun menjadi waspada dan selalu mempersiapkan diriku supaya ketika pemandu itu melakukan hal yang sama kembali setidaknya aku sudah ada persiapan.
Setelah seharian bermain di pantai, kami pun kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Dan selama kami bermain di pantai, ternyata rencana yang disusun Maul dan Riki untuk mendekatkan Maul dengan Miyuki berhasil. Tapi aku merasakan suatu hal yang ganjil di sini. Aku seperti melupakan sesuatu hal yang penting dan seharusnya aku beritahu kepada Maul.
“Bagaimana ini! Sore ini aku akan mengungkapkan perasaanku kepada Miyuki, aku menjadi gugup, apa aku batalkan saja rencanaku.”
Maul saat ini sedang mondar-mandir di ruang tamu. Dia terlihat gelisah karena sore nanti dia berencana mengungkapkan perasaannya kepada Miyuki. Padahal dia sendiri yang memutuskannya tapi dia juga yang bimbang dengan keputusan yang dia buat.
Dasar aneh, lebih baik aku menonton tv saja.
“Tenang-tenang Mul, kita sudah sampai sejauh ini. Jangan biarkan perjuangan kita sia-sia.”
Riki masih memberikan kata-kata motivasi kepada Maul. Aku rasa ketika besar nanti Riki lebih baik menjadi motivator dibandingkan ahli bela diri.
“Tapi… Tapi…”
“Halo semuanya…”
Rina, Riska, dan Indah pun datang ke penginapan kami untuk bermain.
“Halo”
Hanya Riki yang menjawab sapaan dari Rina. Maul masih sibuk untuk menenagkan dirinya dan aku sedang sibuk menonton tayangan di televisi.
“Maul kenapa?”
Rina bertanya kepada Riki tentang kondisi Maul saat ini.
“Sebenarnya dia sedang gugup.”
“Gugup kenapa?”
“Karena sore ini dia akan mengungkapkan perasaannya kepada Miyuki.”
“Hah!?”
Seperti yang aku duga sebelumnya. Pasti mereka semua akan terkejut ketika mendengar hal itu.
“Miyuki terlalu cantik untukmu Mul, kau pasti akan ditolak jika mengungkapkan perasaanmu kepadanya.”
Indah langsung mengeluarkan perkataan yang sangat luar biasa. Seharusnya perkataan seperti itu tidak dikeluarkan di saat seperti ini.
“Indah benar Mul, kau hanya akan patah hati saja jika mengungkapkan perasaanmu.”
Dan Riska membuat perkataan indah menjadi makin sangat luar biasa.
Woah… Itu perkataan yang sangat jujur sekali. Tapi aku mengerti maksud mereka mengatakan itu. Mereka tidak mau Maul bersedih karena patah hati, karena memang kenyataannya seperti itu.
“Kalian tidak boleh berkata seperti itu, seharusnya di saat seperti ini kita harus mendukungnya. Aku akan mendukungmu Mul.”
Rina memberikan semangat dan dukungan kepada Maul. Aku rasa, Rina memang orang yang diciptakan untuk memberikan kebaikan kepada semua orang.
“Terima kasih Rina, itu sangat membantuku. Aku pasti akan membalas perbuatanmu itu.”
“Tenang saja, bukankah sudah seharusnya seorang teman saling membantu.”
Ah… Aku baru saja melihat bidadari yang lepas dari surga.
“Setelah mendapatkan semangat dari Rina membuat tekadku menjadi bulat. Aku pasti akan menyatakan perasaanku kepadanya sore ini.”
Semoga saja semuanya berjalan sesuai dengan apa yang kau mau. Tapi aku tidak bisa memastikan kalau hal itu akan terjadi.
-End Chapter 18-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments