Sore hari pun telah tiba. Setelah sholat ashar, kami pun bersiap-siap untuk mengikuti acara snorkeling yang akan diadakan sore hari nanti. Aku pun menyiapkan pakaian yang pas untuk aku gunakan untuk snorkeling, sebenarnya aku tidak tau apakah nanti aku akan masuk ke dalam air atau tidak.
“Apakah kau sudah siap Ar?”
Rina memanggilku yang sedang berada di kamar.
“Ya, mungkin sebentar lagi.”
“Kalau begitu kami tunggu di luar ya.”
“Sip.”
Aku pun bergegas merapikan bajuku yang berserakan di atas kasur ke dalam tas dan langsung bergabung dengan yang lainnya di depan penginapan.
“Kalian sudah siap semuanya?”
Riki berdiri di depan barisan untuk memimpin acara snorkeling kali ini.
“Yaaa…!”
“Apa kau tidak sabar menantikan acara ini Mar?”
Maul yang berdiri di sampingku sepertinya sangat tidak sabar, aku melihat tatapan matanya yang sangat gembira.
“Tidak juga.”
“Oh ya, tadi aku bertemu dengan perempuan yang ada di mal waktu itu.”
“Yang mana? Aku tidak ingat.”
“Itu loh, wanita yang waktu itu kita temui ketika sedang memata-matai Riki.”
“Ohh…”
Ternyata dugaanku benar kalau tadi siang Maul mengikuti Miyuki.
“Kali ini akan ku buat dia jatuh ke pelukanku, lihat saja nanti.”
“Berjuanglah, aku akan mendukungmu.”
“Terima kasih sahabatku.”
Maul terlihat sangat gembira sekali setelah aku beri dia dorongan. Padahal sebenarnya aku tidak peduli dia mau dekat dengan Miyuki atau tidak, asalkan liburanku kali ini dapat berjalan dengan tenang.
“Ayo semua, kita pergi!”
Kami pun mulai berjalan menuju pelabuhan kecil yang siang tadi aku datangi untuk mengambil ikan bersama Pak Budi untuk bakar-bakar nanti malam. Sepertinya tempat ini juga digunakan sebagai tempat mengangkut para wisatawan untuk pergi ke lokasi snorkeling.
Sebagian dari kelompok kami mulai masuk ke perahu yang tidak terlalu besararena perahunya tidak terlalu besar, terpaksa bagi kelompok yang tersisa untuk naik di perahu selanjutnya.
Dan kalian tau apa yang menyebalkan dari hal ini.
Saat ini hanya tinggal tersisa Aku, Maul, Riki, dan Rina saja yang belum naik ke perahu, sedangkan yang lainnya sudah berlayar menuju ke tempat snorkeling. Tapi bukan itulah bagian yang menyebalkan dari hal ini.
Bagian menyebalkannya adalah kami harus menaiki perahu selanjutnya bersama dengan kelompok lain yang mana kelompok itu adalah kelompok Miyuki dan teman-temannya.
Mengapa kebetulan ini selalu mengikutiku, sebenarnya apa yang mengikatkanku dengan Miyuki.
Miyuki melambaikan tangannya kepada kami. Aku berusaha membuang mukaku agar tidak melihat dirinya. Tapi aku dapat melihat dengan jelas Takeshi berada di antara teman-temannya Miyuki dan sekarang dia sedang menatapku dengan sangat dengki.
“Hei Mar, kau lihat tatapan lelaki yang ada di samping Miyuki? Dia dari tadi menatapmu. Apa kau telah berbuat sesuatu dengannya?”
Maul yang tidak tau apa-apa bertanya kepadaku dengan polosnya.
“Tidak ada apa-apa, mungkin memang seperti itu sifatnya.”
“Kalau memang seperti itu sifatnya, itu orang yang menyeramkan. Aku harus menjauhinya dari Miyuki.”
Aku hanya tersenyum kecil dan kemudian sedikit menghela nafas dengan sangat panjang. Aku rasa liburan kali ini tidak akan menjadi liburan yang tenang.
“Hei Mar, aku rasa Takeshi masih marah kepadamu.”
Riki yang menyadari tatapan Takeshi, langsung berbisik kepadaku.
“Tentu saja, tidak mungkin orang seperti dia akan memaafkanku.”
“Jadi bagaimana? Mau kita selesaikan di sini?”
“Tahan Rik, jangan sampai liburan kali ini kacau karena masalah pribadi.”
“Kau benar, mungkin aku akan sedikit berhati-hati.”
Itulah yang aku senang dari Riki, dia selalu menjunjung tinggi harga dirinya dan selalu menempatkan kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadi.
Miyuki pun pergi menghampiri Rina yang sedang berdiri di dekatku.
“Kau di sini juga Rin! Sudah lama sekali aku ingin bertemu denganmu lagi.”
“Aku juga ingin bertemu denganmu, banyak hal yang ingin aku ceritakan… Oh ya, di sini juga ada Amar.”
Rina menunjuk ke arahku yang sedang berusaha untuk menjauhkan diri dari mereka.
“Aku sudah tau itu.”
“...Heee…”
Sekarang Rina menatapku dengan tatapan membunuhnya, aku tidak tau harus berkata apa. Lebih baik aku diam saja.
“...Hee… Jadi kau sudah mengetahui perempuan itu ya.”
Dan ternyata bukan hanya Rina yang menatapku seperti itu, saat ini Maul juga menatapku demikian.
“Rik, aku butuh pertolonganmu.”
“Susah ya jadi orang yang terkenal.”
Riki hanya tertawa melihat tingkah lakuku saat ini.
Perahu yang ingin kami naiki pun tiba, dan kami mulai menaiki kapal itu satu per satu. Ketika perahunya sedang berlayar menuju ke tempat snorkeling, pemandu perahu mulai memberikan perlengkapan snorkelling. Mulai dari pelampung, sepatu katak, dan kacamata snorkeling.
“Riki… Kau tidak apa-apa?”
Miyuki berada di samping Riki yang saat ini sedang terkapar karena penyakit mabuk lautnya mulai kambuh.
“Maul, kau juga baik-baik saja?”
Dan ternyata Maul juga terkena penyakit yang sama.
“...Te-nang saja, aku dap-… Hueeek.”
Maul pun memuntahkan semua makan siangnya ke laut, sepertinya Maul tidak bisa mengatasi guncangan di perahu ini. Memang aku akui kalau guncangan di perahu ini lebih besar dibandingkan sebelumnya, mungkin
karena ukurannya yang tidak begitu besar yang membuat perahu ini mudah digoyangkan oleh ombak.
“Mereka memalukan sekali.”
Sekarang semua teman dari Miyuki sedang menatap ke arah Maul dan Riki dengan sangat jijik.
“Kau tidak apa-apa Ar?”
Rina sepertinya juga mengkhawatirkanku.
Apa karena aku sangat dekat dengan mereka berdua dan kemudian kau juga mengira kalau aku akan mengalami hal yang sama dengan mereka? Itu aneh.
“Tenang saja, aku baik-baik saja.”
Setelah berlayar cukup jauh dari pulau, kami pun tiba di tempat snorkeling. Aku dapat melihat teman-teman kami yang berangkat terlebih dahulu sudah berada di dalam air dan menikmati indahnya terumbu karang yang ada di sana. Ada beberapa dari mereka yang melambaikan tangannya kepada kami.
Pemandu kapal memberikan beberapa intruksi kepada kami agar dapat memperhatikan apa saja yang perlu dilakukan saat bersnorkeling.
“Oi Rik, kita sudah sampai.”
“Benarkah! Aku kira, aku akan mati tadi.”
Riki pun berusaha mengumpulkan kesadarannya walaupun dia masih terlihat sedikit pusing.
“Tidak mungkin hanya dengan mabuk laut bisa membuatmu mati kan… Kau juga Mul!”
“Tenang saja, setelah muntah tadi. Aku merasa lebih baik dibandingkan sebelumnya.”
Satu per satu dari kami pun mulai masuk ke dalamair. Riki dan Maul pun melakukan sedikit pemanasan untuk bersiap-siap masuk ke dalam air.
Aku melihat Takeshi yang berjalan menghampiri pemandu perahu.
“Apa aku boleh melakukan ini tanpa menggunakan pelampung dan sepatu katak?”
Woah… Bahkan di saat seperti ini dia mau menunjukan kehebatannya.
“Apa kau bisa berenang?”
“Tentu saja.”
“Kalau begitu baiklah, aku izinkan.”
Takeshi pun mulai melepas pelampung dan sepatu kataknya kemudian melompat ke dalam air. Aku melihat dia masuk ke dalam air dan tidak keluar untuk waktu yang cukup lama. Aku kira dia telah tenggelam, namun ternyata dia hanya sedang menyelam untuk melihat terumbu karangnya lebih dekat. Ternyata kemampuannya dalam berenang cukup hebat juga.
“Ayo Miyuki, pemandangan terumbu karangnya indah loh.”
Takeshi melambaikan tangan dan memanggil Miyuki yang masih berdiri di atas kapal.
“Ayo Rin! Kita juga harus menyusul mereka dan menikmati pemandangan bawah lautnya.”
“Ayo!”
Rina dan Miyuki pun mulai memasuki air dan bersenang-senang bersama teman-teman yang lainnya.
“Kita juga harus masuk Rik, kita tidak boleh kalah dengan lelaki itu.”
“Kau benar Mul, ayo kita tunjukan ke dia kalau kita juga hebat.”
Riki dan Maul ikut masuk ke air dengan semangat yang membara. Maul dan Riki juga melepas pelampung dan sepatu kataknya untuk menunjukan kepada Takeshi kalau mereka hebat.
Sebenarnya tindakan itu adalah tindakan bodoh karena sangat mengancam keselamatan. Kalian semua, jangan sampai mengikuti seperti mereka ya. Tapi karena mereka berdua memang sudah mahir dalam berenang, jadi itu tidak masalah.
Dan hanya aku saja yang tersisa di atas kapal, apa aku harus masuk ke dalam air juga seperti mereka?
“Ayo dek, kamu juga harus masuk ke dalam air.”
Pemandu perahu juga menyuruhku untuk segera masuk ke dalam air.
“Sebentar Pak, biarkan saya pemanasan terlebih dahulu.”
Bagaimana ini? Kalau seperti ini terus, mereka pasti akan tahu.
“Ayo Amar, pemandangan di bawah lautnya sangat indah loh, kau pasti suka.”
Rina memanggilku dan dia terlihat sangat gembira sekali setelah melihat pemandangan di bawah laut.
“Apa yang Rina katakan itu benar, pemandangannya sangat indah.”
Miyuki juga menambahkannya untuk membuatku semakin penasaran dan bergegas untuk masuk ke dalam air.
Tapi itu tidak membuatku bergerak sama sekali, aku masih berada di atas kapal dan melihat mereka dari sana.
“Ada apa dengan Ar?”
“Apa kau tidak tau, Amar pernah tenggelam saat pelajaran renang ketika sekolah dasar. Semenjak itu, dia sedikit mengalami trauma dengan hal-hal seperti ini.”
Riki memberitahu kepada Rina dan Miyuki. Padahal saat itu aku tidak berharap kalau dia menceritakan hal itu kepada mereka.
“Tenanglah Amar, air tidak semenakutkan yang kau pikirkan.”
Itu tidak membantu sama sekali Miyuki, kau hanya memperburuk keadaan dengan menyebarkan kepada banyak orang informasi kalau aku takut dengan air.
“Heh… Lihatlah pecundang di atas sana, sama air saja dia tidak berani.”
Takeshi pun mengolok-olokku dengan kelemahan yang aku miliki. Teman-temannya pun mentertawakanku dengan sangat keras.
Sepertinya memang ini yang harus aku terima, seharusnya dari awal aku tidak usah ikut kegiatan seperti ini. Tapi-
“Kau dengar itu Mar, mereka mentertawakanmu loh…”
Riki berusaha memanas-manasiku juga.
“Tunjukan kepada mereka kalau kau bisa menaklukannya Mar, air tidaklah semenyeramkan Riki ketika marah.”
Maul juga memberikanku semangat.
“Hei mengapa kau berkata seperti itu!”
Riki tidak terima kalau dibilang menakutkan.
“Tapi itu benar kan?”
“Iya juga sih… Ayo mar.”
“Amar… Amar… Amar…”
Riki, Maul, Rina, dan Miyuki mulai menyemangatiku dari dalam air. Teman-temanku yang mendengar hal itu juga ikut membantu dalam menyemangatiku.
Terima kasih teman-teman, sepertinya aku sudah memiliki sedikit keberanian. Ya.. Walaupun hanya sedikit.
Aku pun kembali duduk di atas kapal.
“Lihat, percuma kau menyemangati dia Miyuki. Dia sebenarnya hanyalah seorang yang penakut. Lebih baik kau menjauh dari orang sepertinya.”
Itulah kata-kata yang ingin aku dengar dari Takeshi.
Sebenarnya aku kembali duduk di atas kapal hanya untuk melepas sepatu katak dan pelampungku. Ketika semuanya sudah terlepas, aku pun langsung meloncat ke dalam air yang membuat semua orang yang berada di sana terkejut.
Miyuki, Maul, dan Riki terlihat sangat ketakutan ketika melihatku melompat tanpa menggunakan pelampung. Terutama Rina, dia terlihat sangat cemas sekali.
OK… Sekarang aku sudah berada di dalam air.
Aku harus tenang, jangan buat diriku menjadi tegang. Itu hanya akan membuat diriku menjadi tenggelam.
Ingat, air laut dapat membuat tubuhmu lebih ringan dibandingkan air yang ada di kolam renang, seharusnya kau dapat mengatasi hal ini.
Aku pun mulai membuka mataku secara perlahan, dan ketika mataku terbuka seutuhnya aku melihat pemandangan yang sangat indah sekali.
Aku melihat banyak sekali terumbu karang dengan berbagai macam warna dan berbagai jenis ikan hidup di dalamnya. Jauh di dasar laut, aku juga dapat melihat bintang laut. Aku tidak tau kalau pemandangan di bawah laut dapat seindah ini.
Sekarang aku hanya perlu berenang ke permukaan untuk mengambil napas. Kayuhkan kakimu secara perlahan dan gerakan tanganmu untuk membantumu agar lebih cepat naik ke permukaan.
Aku pun naik ke permukaan dan melihat wajah teman-temanku yang terlihat cemas sekali.
“Kau tidak apa-apa Mar?”
Riki dan Maul terlihat cemas namun ketika melihatku muncul di permukaan, perasaan cemas mereka pun hilang.
“Tenang saja, aku tidak masalah.”
“Ar.”
Rina sontak mendekatiku yang sedang berusaha untuk mengambang di atas air.
“Aku kira kamu tidak akan muncul lagi.”
“Heheheh… Maafkan aku karena sudah membuat kalian khawatir.”
“Kamu memang orang yang sangat menyebalkan.”
Miyuki sepertinya juga merasa cemas ketika aku melompat tadi.
“Seharusnya itu perkataanku.”
“Jadi selama ini kau bisa berenang Mar?”
Maul masih tidak percaya kalau aku bisa berenang setelah mendengar perkataan dari Riki.
“Tentu saja.”
“Lalu apa yang dikatakan Riki?”
“Itu semua memang benar, aku pernah memiliki trauma dengan kolam renang atau tempat dalam lainnya. Tapi tentu saja aku tidak akan membuat hal itu menjadi kelemahanku terus kan.”
Aku pun melihat ke arah Takeshi yang sedang melihatku dengan sangat jengkel sekali.
“Sejak kapan kau mulai latihan berenang?”
“Mungkin semenjak kelas satu SMP.”
“Mengapa kau tidak mengajakku?”
“Buat apa aku mengajakmu Rik, aku lebih baik belajar hal itu seorang diri dibandingkan harus didampingi oleh seseorang. Aku tidak mau menunjukan sisi lemahku kepada teman-temanku.”
“Lalu kenapa tadi kau terlihat seperti orang takut? Apa itu hanya pura-pura Ar?”
Rina masih penasaran dengan apa yang aku lakukan barusan.
“Itu bukanlah pura-pura, memang saat itu aku masih takut. Aku biasa mencobanya di kolam renang yang kedalamannya aku tau dan itu tidak terlalu dalam. Tapi sekarang aku berada di laut, aku tidak tau pasti berapa dalamnya laut ini dan apa yang menungguku di dalam sana. Jadi aku sedikit khawatir akan hal itu.”
“Tapi hebat juga kamu bisa menghilangkan rasa ketakutanmu dengan cepat.”
Miyuki memujiku, walaupun wajahnya terlihat biasa saja, namun aku dapat melihat kalau dia sedikit tersenyum.
“Itu adalah hal yang sangat mudah, kau hanya perlu memberikan sugesti kepada dirimu.”
“Benarkah itu?”
“Sudahlah, dari pada kita banyak berbicara di sini. Lebih baik kita menikmati indahnya pemandangan laut.”
“Kau benar Mar, Ayo kita bersenang-senang.”
“Ayo!”
Dan kami pun mulai menikmati pemandangan terumbu karang yang sangat indah itu. Walaupun awalnya aku berpikir kalau pemandangannya tidak seindah yang aku bayangkan, namun ternyata ini melebihi ekspetasiku. Aku berani jamin kepada kalian, kalian juga harus mencobanya lain kali.
-End Chapter 16-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments