“Aku tidak melihat ada yang aneh dari kencan mereka.”
Aku melihat Riki dan Kirana dari kejauhan bersama dengan Maul. Saat ini, Riki dan Kirana sedang bermain di Game Center yang ada di mal tersebut. Karena kami sedang memata-matai mereka, jadi sebisa mungkin kami menjaga jarak agar tidak ketahuan oleh mereka.
“Mungkin sekarang kau belum melihatnya, tapi aku rasa sebentar lagi kita dapat mengetahui sesuatu.”
Dengan buku kecil yang ada di sakunya, Maul mulai menulis beberapa hal yang menurutnya dapat dijadikan informasi yang berharga.
“Sekarang mereka mulai bergerak ke tempat lain.”
Aku melihat Riki dan Kirana yang pergi meninggalkan Game Center tersebut.
“Ayo kita ikuti mereka Mar.”
Awalnya aku bingung mengapa aku mau mengikuti rencana Maul hanya dijanjikan nasi goreng kantin yang mampu ku beli sendiri, dan satu hal yang dapat aku pastikan saat ini, kalau aku merasakan suatu firasat yang tidak enak sekali. Biasanya firasat seperti ini akan berakhir dengan bertemunya aku dan Miyuki. Aku heran mengapa selama tiga hari berturut-turut harus bertemu dengannya.
Kami pun akhirnya sampai di sebuah tempat makan yang tidak jauh dari sana.
“Kita tidak sekalian makan Mul? Kebetulan kita belum makan siang.”
“Kau benar, tapi aku tidak memiliki uang banyak.”
“Ya sudah, beli makanan di sini saja.”
Aku menunjuk sebuah kedai makanan cepat saji yang ada di belakangku.
Saat melewati kedai itu, kebetulan aku melihat beberapa menu yang ada di dalam sana, dan menurutku menu di sana tidak terlalu mahal.
Kami pun akhirnya berencana makan siang di sana.
“Kau yakin dapat mengetahui sesuatu yang bisa digunakan untuk menjadikan informasi.”
Aku melihat Maul yang dari tadi membolak-balik buku kecil yang dia bawa.
“Entahlah, aku belum mendapatkan sesuatu yang bermanfaat.”
“Berarti apa yang kita lakukan saat ini adalah sia-sia.”
“Begitulah.”
Dia pun menutup buku kecilnya itu dan meletakannya di saku celananya.
“Kalau begitu lebih baik setelah ini kita pulang saja.”
Aku menyarankan hal itu kepada Maul karena firasat yang tadi aku rasakan semakin lama semakin kuat. Kalau seandainya hal ini akan berakhir dengan bertemu Miyuki, lebih baik aku menghindarinya.
“Selagi di sini, lebih baik kita menonton bioskop dulu.”
“Baiklah, aku kira tidak ada salahnya menghabiskan uang untuk bersantai sedikit saja.”
Karena kebetulan saat itu aku baru saja mendapatkan uang lebih dari orang tuaku. Sebenarnya uang itu untuk jajanku selama seminggu ke depan, tapi mengingat kalau besok aku di traktir Maul, jadi setidaknya apa yang aku keluarkan untuk menonton bioskop nanti dapat tertutupi dari traktiran Riki.
Dan firasatku pun mulai terbukti, aku melihat seorang wanita dengan wajah polosnya berjalan memasuki kedai yang saat ini sedang aku datangi. Dia adalah Miyuki, perempuan yang entah kenapa selalu bertemu denganku jika ada seorang temanku yang mengajakku untuk pergi sepulang sekolah.
Aku harus mencoba tidak terlihat olehnya.
Tarik nafas, jangan melakukan sesuatu yang terlihat mencolok, dan gunakanlah Maul sebagai alat pengalih perhatian.
“Hei Mar, aku melihat seorang perempuan cantik baru masuk ke kedai ini.”
Ah sial, alat pengalih perhatianku sudah tidak berguna lagi.
“Benarkah? Aku rasa dia tidaklah secantik yang kau kira.”
Apa yang harus aku lakukan? Kalau Maul terlalu memperhatikannya dia pasti akan menemukanku.
“Dia sangat cantik Mar, bahkan lebih cantik dibandingkan Rina. Akan sangat beruntung sekali jika aku dapat berkenalan dengannya.”
Maul masih mencuri-curi pandang ke arah Miyuki yang sedang memesan makanan di gerai.
“Lebih baik kau menyerah saja, berkenalan dengannya hanya akan mendatangkan masalah bagimu.”
Semoga dia tidak menemukanku.
“Kau dari tadi kenapa sih Mar? Sepertinya kau tidak percaya sekali jika aku dapat berkenalan dengan perempuan cantik itu. Sekarang akan aku buktikan padamu kalau aku dapat berkenalan dengannya.”
Maul pun berdiri dari tempat duduknya dan mulai merapikan pakaiannya.
“Lihat saja, saat aku kembali ke sini, aku akan bergandengan dengannya.”
Maul pun berjalan menuju Miyuki yang sedang memesan di gerai.
Baiklah, sepertinya sebentar lagi dia akan menyadari kalau aku di sini. Apa aku lebih baik pergi dari sini dan meninggalkan Maul seorang diri?
Kebetulan saat itu aku melihat Riki dan Kirana beranjak pergi dari tempat makan yang mereka datangi.
Lebih baik aku lanjut mengikuti mereka saja. Berjuanglah Maul, aku akan mendoakanmu.
Aku pun mengikuti Riki dan Kirana yang pergi menuju ke arah bioskop.
Apakah aku harus menonton film yang sama dengan mereka? Tapi aku yakin, aku tidak akan mendapatkan informasi yang bagus jika di dalam bioskop. Apa lagi aku tidak tau dimana mereka akan duduk. Sepertinya aku akan menonton film yang aku senang saja.
Mari kita lihat apa yang menarik di sini?
Aku memandangi papan yang menunjukan film-film yang sedang di tayangkan di sana.
Horor?… Sepertinya tidak, aku tidak mau saat di rumah nanti imajinasiku jadi rusak setelah menonton film ini.
Tidak mungkin... Aku tidak mungkin menonton hal romantis, apa lagi yang menonton film itu kebanyakan adalah pasangan, aku tidak mau terlihat menyedihkan di dalam sana karena menonton seorang diri, lagi pula aku tidak tertarik sama sekali.
Ah! Sepertinya aku akan menonton film aksi saja.
“Oi!”
Tiba-tiba seseorang perempuan menepuk pundak kananku.
Aku sudah tau siapa yang menepukku, mengapa dia bisa mengetahui kalau aku berada di sini.
“Ada apa?”
“Ternyata kamu ada di sini juga?”
Miyuki tersenyum melihatku, dia terlihat senang sekali saat bertemu denganku, dan aku tidak melihat Maul di sekitar sana.
“Apa yang kamu lakukan di sini Mar?”
“Seperti yang kau lihat, aku mau menonton film.”
“Seorang diri saja? Aku belum pernah melihat seseorang menonton bioskop seorang diri.”
Diamlah kau, kau tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.
“Tadi aku bersama dengan temanku, tapi dia sudah pulang duluan.”
“Hmm… Mumpung ada di sini, ayo kita menonton film bersama.”
Aku pun melihat jam yang ada di tanganku. Aku mencari cara untuk menghindari diri dari Miyuki.
“Oh! Aku baru ingat kalau aku ada urusan.”
“Kamu pasti berbohong.”
“Serius.”
“Apa sebegitu bencinya kamu jika bertemu denganku?”
Miyuki mulai terlihat sedih dan semua lelaki yang ada di sana mulai memperhatikannya. Ditambah lagi tatapan itu berubah menjadi sinis ketika melihat ke arahku.
Baiklah, tidak ada salahnya menemaninya menonton sesekali saja.
“Sudahlah jangan murung seperti itu, aku akan menemanimu untuk menonton film.”
Aku lebih baik menemaninya dari pada aku pergi dari bioskop ini dengan tatapan sinis menyertaiku.
“Benarkah!?”
Miyuki kembali ceria seperti sedia kala. Dengan wajah gembira, dia pun menarik tanganku ke gerai pembelian tiket.
“Kamu mau menonton apa?”
“Apa saja terserah kau.”
Niatku untuk menonton film aksi sudah tidak ada lagi.
“Aku mau mengajakmu untuk menonton film romantis pasti kamu tidak mau.”
“Tidak apa-apa kalau kau mau menontonnya, aku kira tidak masalah jika menontonnya sesekali.”
Sebenarnya aku tau kalau film romantis yang sedang tayang di bioskop ini ramai dibicarakan dengan teman-temanku. Jadi setidaknya saat teman-temanku sedang berbicara tentang hal itu, aku dapat bergabung dengan pembicaraan mereka.
“Baiklah, kalau begitu kita tonton film ini aja ya.”
***
Sepertinya aku salah telah datang ke tempat ini.
Karena semua yang datang menonton film itu adalah pasangan. Aku merasa tidak enak saat berada di sana.
“Terima kasih.”
“Untuk apa?”
“Berkat saranmu kemarin, setidaknya aku dapat mengatasi masalahku.”
“Itu tidaklah sesuatu yang besar.”
“Tapi itu sangat berarti untukku.”
Walaupun saat itu keadaan sangat gelap dan pencahayaan hanya berasal dari layar bioskop yang ada di hadapan kami. Tapi aku dapat melihat wajah Miyuki yang tersenyum walaupun samar-samar.
“Kalau kau ingin berterima kasih, berterima kasihlah kepada Rina. Dialah yang sebenarnya berjasa kepadamu.”
“Aku sudah melakukan itu.”
“...”
Aku tidak tau apa yang telah terjadi semenjak kami bertemu di toko buku itu. Tapi sepertinya mereka telah menjadi teman baik. Memang seperti itulah tabiatnya orang cantik, mereka selalu berkumpul antara satu dengan yang lain.
“Apa aku boleh bertanya sesuatu Mar?”
“Ada apa?”
“Apa kau memiliki perasaan dengan Rina?”
Pertanyaan bodoh lainnya untuk hari ini.
“Kalau sekarang tidak.”
“Berarti dulu kamu pernah suka dengannya?”
Miyuki sedikit terkejut dan perhatiannya tertuju kepadaku.
“Begitulah, mungkin ketika kelas satu SMP.”
“Kenapa kamu tidak menyatakan perasaanmu kepadanya saat itu?”
“Itu tidak mungkin, seseorang sepertiku menyatakan cinta kepada orang yang sangat terkenal di sekolah. Itu tidak mungkin.”
“Tapi menurutku dia juga menyukaimu.”
“Hah!? Apa katamu?”
Itu tidak mungkin, dia pasti hanya mengada-ngada saja. Mana mungkin orang sepertinya menyukaiku kan? Apa kalian pernah berpikir seseorang yang sangat dikagumi di sekolah menyukai lelaki yang biasa-biasa saja bahkan tidak terkenal? Aku rasa itu tidak mungkin.
“Menurut firasatku dia memiliki perasaan kepadamu.”
“Itu tidak mungkin, lagi pula Rina sudah memiliki orang yang dia suka.”
“Benarkah? Ini aneh.”
“Sudahlah, jangan pernah bertanya hal bodoh seperti itu.”
“Hehehe… Kamu benar, ternyata kita memiliki pemikiran yang sama.”
Kebetulan dia sedang membahas masalah ini, mungkin tidak ada salahnya kalau aku bertanya tentang hal itu.
“Lagi pula, mengapa orang secantik dirimu sampai membenci yang namanya cinta? Menurutku itu sangat kejam bagi orang yang mengincar dirimu.”
“Menurutmu aku cantik?”
Miyuki merasa senang sekali ketika aku memujinya.
“Apakah itu aneh? Menurutku semua orang yang melihatmu akan berkata hal yang sama denganku.”
“Tidak, aku hanya terkesan… Ternyata orang sepertimu bisa memuji orang juga.”
“Kau kira aku orang yang seperti apa.”
“Hahaha… Mungkin aku akan bercerita sedikit tentang itu.”
Baiklah, mari kita dengar cerita dari tuan putri yang satu ini.
“Dulu waktu di sekolah dasar aku bersekolah di Jepang karena Papaku dulu bekerja di sana, dan aku memiliki seorang sahabat yang sangat dekat denganku. Ketika masuk SMP, sahabatku ini pindah ke Indonesia karena orang tuanya pindah kerja ke sana.”
“Oke, sampai sini aku paham.”
“Tidak lama kemudian, Papaku dipindah tugas ke kantor cabang yang ada di Indonesia, karena itulah aku pindah ke sini saat kelas dua SMP… Kebetulan saat itu aku masuk ke sekolah yang sama dengan sahabatku itu.”
“Lalu masalahnya dimana?”
“Tunggu, aku belum sampai ke bagian itu.”
“OK.”
“Awal pertama kali pindah ke Indonesia, semuanya masih sama seperti biasa saja. Semua orang masih berteman denganku dan aku masih berteman baik dengan sahabatku.”
Sepertinya aku sudah tau apa yang terjadi selanjutnya.
“Dan tiba saat kelas tiga aku mulai merasa kalau semua orang mulai menjauhiku…”
“Oke cukup, sepertinya aku sudah tau keseluruhan dari ceritamu.”
“Benarkah? Hebat sekali kau bisa mengetahui hal itu.”
Miyuki sangat terkejut karena aku dapat mengetahui apa yang ingin dia ceritakan selanjutnya. Sebenarnya menebak hal itu sangatlah gampang mengingat cerita dia kemarin sewaktu di toko buku.
Ternyata dugaanku sebelumnya ketika di toko buku tidaklah salah. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang. Sepertinya aku akan menanyakannya beberapa pertanyaan untuk meyakinkanku lagi.
“Apakah setelah ini kau kosong?”
“Tentu, ada apa?”
“Kita bicarakan hal ini terlebih dulu di kafe yang ada di mal ini.”
“Baiklah.”
***
“Seperti yang aku katakan ketika di dalam bioskop, aku sudah mengetahui gambaran besarnya dari ceritamu… Pasti teman-teman perempuanmu dan juga sahabatmu menjauhimu karena orang yang dia sukai atau pacarnya mulai mendekatimu.”
Aku meminum secangkir kopi yang baru saja aku pesan, dan Miyuki terdiam setelah mendengarkan hasil kesimpulan dari ceritanya.
“...Itu sangat hebat Amar, padahal aku belum bercerita sampai ke bagian itu.”
“Aku hanya mengaitkannya dengan teman-temanmu yang aku temui di gerbong kereta waktu itu. Saat itu aku berpikir, kalau mereka hanya memanfaatkanmu untuk menaikan reputasi mereka di tengah teman-temannya saja.”
“Aku tidak tau harus berkata apa, tapi semua yang baru saja kamu katakan adalah benar.”
Tentu saja, jangan remehkan pengamatanku ini. Jika aku sudah mengamati sesuatu, aku tidak pernah setengah-setengah.
“Sebenarnya kejadian yang serupa juga pernah terjadi di sekolahku, tapi tidak pernah sampai separah dirimu, dan orangnya kamu juga kenal.”
Miyuki berpikir sejenak sambil menutupi bagian mulutnya dengan tangan kirinya. Sambil menunggunya berpikir, aku membaca buku yang kemarin baru saja di rekomendasikan oleh Rina, dan akhirnya dia pun mengetahui siapa orang yang aku maksud.
“Jangan bilang orang itu Rina?”
“Ya.”
Miyuki sedikit terkejut ketika mendengar itu, dia memikirkan sesuatu yang membuatnya terdiam.
“Lalu apa yang dia lakukan?”
“Dia tidak melakukan apa-apa, hanya saja seluruh anak laki-laki di sekolahku membuat aturan pada saat mendekati Rina.”
“Aku yakin kalau yang membuat aturan itu adalah dirimu.”
Dia juga hebat dapat menebak hal itu tanpa perlu dijelaskan lebih.
“Mengapa kau bisa mengambil kesimpulan seperti itu?”
“Tentu saja, tidak ada orang yang dapat menyusun hal seperti itu selain kamu.”
“Aku terkesan kau dapat menebak hal itu.”
“Terima kasih.”
Apa memang sebenarnya hal itu hanya bisa dilakukan oleh diriku saja? Sepertinya orang lain pun bisa melakukan hal seperti itu jika mereka mau.
“Apa kau mau tau kesalahan yang kau buat di sini?”
“Boleh, kalau bisa aku mau tau hal itu.”
Kau memang seseorang yang tidak peka ya.
Baiklah dari mana aku memulai semua pembahasan ini.
“Masalah utamanya hanya satu… Pasti kau menolak semua orang yang menyatakan perasaannya kepadamu?”
“Tentu, karena ada beberapa dari mereka yang disukai oleh teman-temanku.”
“Itulah kesalahanmu.”
“Kenapa seperti itu?”
“Karena hal itu hanya akan membuat masalah yang lainnya. Para lelaki yang ditolak olehmu tidak akan langsung menyerah karena itu, mungkin mereka malah menyuruh teman-teman dekatmu untuk mencari tau lebih tentang dirimu, padahal kamu tau sendiri kalau diantara mereka ada yang menyukai para lelaki yang menyatakan cinta kepadamu, dan kau jadi terlihat sombong.”
“Aku tidak tau kalau hal itu dapat berefek seperti itu.”
“Wajar saja kalau kau tidak menjadari hal itu, aku tau betul apa yang saat itu kau pikirkan, kau pasti lebih memikirkan perasaan temanmu saja kan.”
“Iya kamu benar.”
“Tapi semua hal yang kau kira baik waktu itu, tidaklah berimbas baik ke depannya.”
“Apa yang seharusnya aku lakukan waktu itu?”
“Kalau waktu itu aku ada di dekatmu, pasti aku akan menyuruhmu memilih seseorang dari yang menembakmu untuk menjadi pacar pura-puramu. Dengan begitu semua orang yang mengejarmu akan berhenti dan kehidupanmu tidak akan serumit sekarang ini.”
Tapi segala sesuatu yang sudah terjadi tidak dapat diulangi lagi, satu-satunya yang dapat kita lakukan hanya menjadikannya sebagai pacuan agar tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.
Setelah mendengar itu, Miyuki langsung menyandarkan badannya di kursi dan menatap langit-langit kafe yang dihiasi oleh lampu berwarna kuning yang sangat indah.
“Andai saja saat itu aku sudah bertemu denganmu, mungkin nasibku tidak akan seperti ini.”
“Yang sudah terjadi biarlah terjadi.”
“Hahahaha, Kamu benar… Sepertinya kalau satu sekolah denganmu akan terasa menyenangkan.”
“Tidak mungkin kan.”
Jangan sampai hal itu terjadi, aku hanya merasakan kesulitan akan menghantuiku jika aku bersama denganmu.
-End Chapter 8-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments