Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun datang. Ya, kalian benar. Hal itu adalah Liburan. Karena kelas tiga liburan lebih awal dibandingkan kelas yang berada dua tingkat di bawahnya dan kami baru masuk ke SMK sekitar bulan Juni nanti, jadi kami masih memiliki waktu tiga bulan untuk berlibur. Itu adalah waktu yang sangat panjang mengingat biasanya kami hanya mendapatkan libur semester sebanyak dua minggu.
Sekarang, Aku bersama sembilan belas temanku lainnya sedang berada di pelabuhan Muara Angke untuk menaiki sebuah kapal yang menuju ke Kepulauan Seribu. Tentu dari sembilan belas temanku sudah termasuk Riki, Maul, dan Rina.
Awalnya aku tidak tau mengapa Rina bisa ikut dalam perjalanan kali ini, aku mendengar dari Maul kalau Riki yang mengajaknya untuk ikut. Tapi itu tidak masalah, selama orang yang ikut banyak, biaya yang harus ku keluarkan untuk perjalanan ini pun semakin berkurang, itu sangat membantuku.
“Semuanya, kita berkumpul dulu untuk mendata ulang orang-orangnya supaya tidak ada yang tertinggal.”
Riki mengumpulkan kami di pelabuhan, dia saat ini sedang memegang sebuah kertas dan pulpen untuk mendata teman-temannya yang ikut dalam liburan kali ini.
“Mar, aku pinjam punggungmu.”
“Baiklah, Mul tolong pegang tasku sebentar.”
“Kenapa tidak kau taruh di bawah saja?”
Maul merasa enggan untuk memegang tasku. Aku rasa dia sudah keberatan dengan barang yang dia bawa saat ini.
“Sebentar saja, kau tau kalau tanah di sekitar sini banyak sekali genangan air. Aku tidak mau tasku kotor karena itu.”
“Biar aku saja yang memegang tasmu Ar.”
Rina pun memberikan bantuannya untuk memegang tasku.
“Terima kasih, aku sangat tertolong.”
Aku pun memberikan tasku kepada Rina dan mulai sedikit membungkuk untuk memberikan punggungku kepada Riki sebagai tatakan untuk menulis.
“Aku mulai absensinya ya!”
“Yaaa…”
Setelah Riki melakukan absensi, kami langsung menaiki sebuah kapal yang nantinya akan membawa kami ke salah satu pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Pulau yang kami datangi kali ini adalah pulau Tidung.
Aku tidak tau mengapa Riki memilih pulau itu, tapi aku sempat mencaritahunya di internet kalau pulau itu merupakan salah satu tujuan wisatawan dari dalam negeri atau asing saat ini.
Kapal pun mulai berjalan dari pelabuhan Muara Angke tepat pukul setengah enam pagi, dan pancaran sinar matahari pagi pun menemani perjalanan kami saat ini. Kapal kami mulai menjauhi Ibukota Jakarta dan mulai berjalan ke tengah laut, aku dapat melihat gedung-gedung yang perlahan mulai mengecil. Semakin jauh kami dari pelabuhan semakin menghilang juga gedung-gedung itu dari pandangan kami ditelan oleh cakrawala.
Ketika di kapal, aku melihat Riki yang sedang terbaring lemas di dek kapal. Dia sepertinya ternyata terkena mabuk laut.
“Oi Rik, kau baik-baik saja?”
Aku menghampirinya dan menanyakan keadaannya, jarang sekali melihat Riki terkapar seperti ini. Sepertinya jika kalian ingin mengalahkan Riki dengan mudah, cara satu-satunya hanya ketika kalian berada di atas kapal saja.
“A-ak-ku ba-aik.”
Riki mengatakan sesuatu yang tidak jelas sama sekali.
“Ini aku ada obat, minumlah.”
Maul memberikan obat mabuk laut kepada Riki.
“...T-teri-ma k-asi-h.”
Riki pun menerima obat itu dan kemudian meminumnya. Setelah meminum obat itu, Riki langsung berbaring dan mencoba untuk tidur. Kebetulan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke pulau Tidung cukup lama, jadi dia bisa beristirahat dengan cukup.
“Buat apa kau memiliki obat seperti itu?”
“Sebenarnya aku juga memiliki penyakit yang sama, tapi tidak separah Riki. Jadi Ibuku membawakanku beberapa untuk di perjalanan.”
Aku belum pernah sama sekali mengalami mabuk kendaraan, mau itu di darat atau di laut. Kalau di udara aku tidak tau, karena aku sama sekali belum pernah naik pesawat terbang, jadi aku tidak tau bagaimana rasanya.
“Apa kau mau ikut denganku untuk menikmati angin laut?”
“Tidak kau saja, aku lebih baik bersama Riki di sini.”
“Baiklah kalau begitu.”
Aku pun pergi meninggalkan Maul dan Riki. Aku pergi ke sebuah jendela yang lumayan besar namun tidak memiliki kaca. Di jendela itu kita dapat duduk di sana dan menikmati pemandangan laut dengan nikmat.
Bau asin dan suara deru kapal yang melintasi ombak membuat suasana saat itu sangat nyaman untuk bersantai. Aku pun sesekali melihat ke dalam laut untuk menemukan sesuatu. Siapa tau aku menemukan sesuatu yang menarik.
“Apa yang kau lakukan di sini Ar?”
Rina menghampiriku yang sedang bersantai menikmati ombak laut yang menenangkan saat itu.
Aku tidak melebihkannya, itu memang sangat menenangkan. Lain kali kalian bisa mencobanya jika kalian pergi menggunakan kapal.
“Aku hanya sedang bersantai.”
“Hanya seorang diri?”
“Begitulah.”
Rina pun duduk di sebuah bangku yang tidak jauh dari tempat saat ini aku duduk.
“Kemarin aku sudah pergi ke SMA Cibubur untuk melihat-lihat di sana, ternyata itu memang SMA yang hebat.”
“Tentu saja, banyak orang dari SMP kita yang ingin masuk ke sana. Selain jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, SMA Cibubur juga termasuk salah satu SMA favorit yang ada di Jakarta.”
“Kau benar, teman-temanku juga memujiku ketika mereka mengetahui kalau aku dapat masuk ke sana.”
“Semangatlah, walaupun berbeda sekolah. Aku pasti akan mendukungmu.”
“Terima kasih Ar… Bagaimana dengan sekolahmu?”
“Aku belum survei ke sana. Rencananya kami bertiga akan ke sana setelah pulang dari liburan ini.”
“Kami bertiga?”
Ohh… Jadi dia belum tau kalau Maul dan Riki juga masuk ke SMK yang sama denganku.
“Aku, Riki, dan Maul.”
“Jadi kalian bertiga masuk ke sekolah yang sama?! Enaknya.”
Rina pun terkejut sekaligus iri setelah mendengar kalau Riki dan Maul masuk ke sekolah yang sama denganku.
“Iya, jadi kami berencana untuk pergi ke sananya bersama-sama.”
“Hmmm… Begitu.”
***
“Indah sekali…”
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya kami pun sampai di pulau Tidung. Pulau itu sangat indah sampai-sampai aku tidak menyangka kalau pulau itu berada di Jakarta. Rasanya pulau ini berada di dimensi lain dari Ibukota Jakarta. Sedikitnya polusi dan birunya laut membuat pulau ini sangat indah untuk dikunjungi.
“Teman-teman! Kita absensi ulang ya.”
Riki pun melakukan tugasnya sebagai ketua dalam acara liburan kali ini. Aku masih melihat ke sekitar pulau untuk menikmati pemandangan saat itu, rasanya aku tidak sabar untuk berkeliling pulau ini.
Bukannya aku norak atau apa, hanya saja memang seperti inilah sifatku jika berpergian ke tempat yang jauh dari kota.
Aku rasa kalian juga seharusnya merasakan hal yang sama denganku. Bagaimana tidak, seharian melakukan aktifitas yang melelahkan dan tidak ada satu pun pemandangan yang dapat kalian lihat kecuali gedung-gedung bertingkat, tentu itu akan membuatmu sangat penat.
Setelah melakukan absensi ulang, kami pun pergi menuju ke penginapan kami dipandu dengan seorang lelaki dewasa yang menyewakan rumahnya untuk kami. Nama pemandu itu adalah Pak Budi.
Seharusnya aku senang ketika sampai di penginapan karena aku dapat beristirahat dengan tenang, namun saat ini aku sedang dihadapkan dengan kondisi yang sangat merepotkan.
“Untuk rumah terakhir adalah Maul, Amar, Rina, Riska, Indah, dan Aku.”
Riki membagikan penginapan terakhir kepada kami.
“Tunggu… Tunggu… Tunggu… Mengapa kita harus dicampur dengan wanita? Bukankah itu tidak baik.”
Tentu saja aku tidak mau jika harus satu penginapan dengan wanita, apalagi dengan Rina. Aku tidak tau apa saja imajinasi yang akan terlintas dipikiranku saat bersama dengannya satu rumah, tapi aku tidak mau kalau hal itu terjadi.
“Mau bagaimana lagi Mar, hanya penginapan ini saja yang aku dapatkan dengan biaya yang kita punya.”
Harusnya aku mengetahui hal ini, biaya murah tidak akan menjamin kalau liburan kali ini akan berjalan dengan lancar. Pasti ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauanku.
“Baiklah, aku rasa tidak ada pilihan lain.”
Kami pun mulai masuk ke penginapan itu. Penginapannya sangat besar untuk ditinggali enam orang saja, di sana terdapat dua buah kamar tidur, satu dapur, satu kamar mandi, dan ruang tamu.
“Rina, Indah, dan Riska bisa menggunakan kamar ini untuk menaruh barang-barang kalian dan beristirahat.”
“Siap.”
Para gadis pun pergi ke kamarnya untuk menaruh barang-barangnya.
“Bagaimana dengan kamar kita?”
“Kita pakai kamar yang satunya lagi.”
“Hmmm…”
Perhatianku pun teralihkan kepada Maul yang sedang berdiam diri di depan tv sendirian. Mulutnya mengucapkan sesuatu namun tidak dapat terdengar olehku. Sepertinya aku tau apa yang sedang dia pikirkan. Harusnya aku menentang hal ini, sebaiknya aku cari cara untuk memisahkan para gadis dari penginapan ini, tentu ini untuk kebaikan bersama.
Para gadis pun keluar dari kamarnya dan sekarang bergabung dengan kami di ruang tamu.
“Apa yang akan kita lakukan?”
Riska bertanya kepada Riki yang sedang menyusun acara untuk nanti malam. Riki terlihat sangat serius sekali, aku jarang melihat Riki seserius ini.
“Mumpung masih jam sepuluh, bagaimana kalau kita berkeliling pulau dulu?”
Hmmm… Aku merasakan firasat yang tidak enak dari pertanyaan Riki. Tunggu, itu tidak mungkin kan? Tidak mungkin aku akan bertemu dengan Miyuki di pulau ini. Ini di pulau loh, kalian tau itu.
Apa yang membuat dia bisa berada di pulau yang sama denganku?
Lebih baik aku di penginapan saja untuk menghindarinya.
“Aku setuju.”
“Iya, aku juga.”
Riska dan Indah menyetujui usulan Riki.
“Bagaimana denganmu Rina?”
“Hmmm… Bagaimana ya?”
“Sudahlah, ayo kita pergi bersama-sama.”
Riska mencoba untuk mengajak Rina agar Rina ikut dengan mereka.
“Baiklah kalau begitu.”
Rina pun akhirnya ikut untuk pergi dengan mereka.
“Bagaimana dengan kalian berdua?”
“Aku ikut!”
Maul dengan semangat yang sangat tinggi mengangkat tangannya.
“Kalau aku di penginapan saja.”
“Mengapa kau tidak ikut Ar?”
Rina terlihat kecewa sekali ketika mendengar kalau aku tidak ikut dengan mereka.
“Aku menjaga penginapan saja, lagi pula aku ingin beristirahat sebelum melakukan kegiatan yang lain.”
“Kalau begitu aku juga di penginapan saja.”
“Itu tidak perlu, lebih baik kau pergi bersama teman-temanmu. Mumpung lagi di sini, manfaatkanlah waktu sebaik mungkin.”
Aku tidak mau berada di penginapan berduaan saja dengan Rina. Kalau bisa jangan sampai hal itu terjadi, jangan sampai.
“Ayo semuanya, mari kita pergi mengelilingi pulau ini.”
“Ayooo…”
Mereka semua pun pergi meninggalkanku di penginapan sendirian. Inilah yang aku tunggu-tunggu, aku dapat beristirahat dengan tenang tanpa perlu diganggu siapa pun.
“Selamat jalan.”
Tidak lama dari kepergian mereka, Pak Budi datang ke penginapan seorang diri dan langsung menghampiriku yang sedang menonton tv di ruang tamu.
“Ada apa Pak?”
“Kemana yang lainnya?”
“Mereka sedang pergi berkeliling pulau.”
“Oh begitu, kamu bisa bantu Bapak sebentar tidak?”
“Bantu apa ya Pak?”
“Ini, kan nanti malam katanya ada acara bakar-bakar. Bapak sudah menyiapkan beberapa ikan yang sudah Bapak tangkap tadi pagi, tapi ikan itu masih ada di kapal. Kamu bisa bantu Bapak membawanya?”
Huh… Ternyata aku harus melakukan sesuatu yang merepotkan. Tapi setidaknya aku bisa menggunakan kesepatan ini untuk berkeliling pulau juga.
“Tentu saja bisa Pak.”
“Kalo begitu, ayo ikut Bapak.”
Aku pun akhirnya mengikuti Pak Budi menuju ke sebuah pelabuhan kecil yang biasa digunakan oleh masyarakat pulau ini untuk menaruh perahu mereka, karena rata-rata penduduk pulau ini memiliki profesi sebagai nelayan.
Sesampainya di sana, aku langsung membawa dua kantung besar yang bersisi berbagai jenis ikan.
“Berat tidak Mas?”
Pak Budi terlihat khawatir kepadaku melihatku yang kesusahan untuk mengangkat kedua kantung itu.
“Tenang saja Pak, ini tidak berat kok.”
Tentu saja ini berat, kalau bisa aku butuh orang untuk mengangkat kantung yang lainnya.
“Setelah ini kita ke rumah Bapak dulu ya buat menaruh ikan-ikan itu.”
“Kenapa harus di rumah Bapak?”
“Iya, soalnya ikan-ikan ini belum Bapak bersihkan dari sisik dan isi perutnya. Biar nanti malam bisa langsung kalian
bakar saja.”
Ternyata Pak Budi baik juga, aku tidak boleh menyerah hanya karena keberatan seperti ini. Aku harus lebih bersemangat lagi. Ayo, semangatlah kau Amar. Keluarkan semua energi yang kau punya.
Aku dan Pak Budi pun berjalan menuju ke rumahnya yang jaraknya tidak jauh dari penginapan kami. Selama di perjalanan, mataku tidak bisa terlepas dari pemandangan laut yang begitu indah. Lautnya terlihat seperti berkilau karena pantulan dari cahaya matahari, selain itu ditambah sesekali aku mendengar kicauan burung camar yang membuat hatiku terasa sangat damai.
Ya… Sangat damai.
Namun kedamaian itu pun menghilang ketika aku melihat sesosok perempuan yang berada di hadapanku. Sesosok perempuan itu adalah sumber dari segala masalah yang akan menimpaku ke depannya. Kalian benar, perempuan itu adalah Miyuki. Sekarang dia sedang berjalan dengan teman-temannya di hadapanku saat ini.
Harus kemana lagi aku pergi untuk menghindari Miyuki jika datang ke pulau saja akan bertemu dengannya. Aku bingung apa yang membuat kami selalu bertemu seperti ini.
Miyuki pun menyadari kalau aku sedang melihat ke arahnya, mata kami pun bertemu tapi aku berusaha untuk mengalihkan pandanganku agar dia tidak menyapaku.
“Hai Amar! Apa yang kamu lakukan di sini?”
Sepertinya usahaku sia-sia. Lebih baik aku diam saja dan jangan menjawabnya.
“Mengapa kau mengabaikanku!”
Miyuki pun berjalan menghampiriku dengan wajah jengkelnya.
“Apa yang kau inginkan?”
“Sedang apa kau di sini?”
“Tentu sedang liburan, memangnya apa lagi?”
Cepatlah, aku tidak enak jika harus membuat Pak Budi menungguku.
“Hee… Apa kau seorang diri saja?”
“Tidak, aku bersama teman-temanku.”
“Apa Rina juga ikut denganmu?”
“Tentu.”
“Benarkah!”
Miyuki terlihat senang sekali setelah mendengar kalau Rina juga berada di pulau ini. Sepertinya memang mereka sudah berteman dekat.
“Miyuki! Kita harus segera menyusul yang lainnya.”
Salah satu teman Miyuki menyeru kepadanya.
“Baiklah! Kalau begitu Amar, aku pergi dulu ya.”
Miyuki pun pergi dan bergabung dengan teman-temannya. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka menuju ke arah pantai.
“Maafkan aku Pak telah membuatmu menunggu.”
“Tidak apa-apa, apa itu temanmu.”
“Yeah… Sepertinya begitu.”
Kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju ke kediaman Pak Budi. Setelah menaruh ikan di sana, aku pun kembali ke penginapan untuk beristirahat.
“Sepertinya belum ada yang datang.”
Aku melihat ke dalam penginapan yang masih kosong tidak ada orang. Riki dan yang lainnya belum kembali dari jalan-jalan mereka.
Kalau begitu, lebih baik aku lanjut menonton tvnya saja.
“Assalamualaikum, Kami pulang.”
Riki dan rombongannya tiba di penginapan.
“Waalaikumussalam, kalian sudah datang. Kemana Maul?”
“Dia ingin berjalan-jalan lebih lama lagi, sepertinya dia menemukan sesuatu yang menarik.”
Riki yang terlihat kelelahan langsung masuk ke kamar untuk beristirahat.
“Hei Ar, tadi aku bertemu dengan Miyuki bersama dengan teman-temannya ketika berkeliling pulau ini. Sepertinya mereka juga sedang liburan di sini.”
Jangan bilang Maul pergi untuk mengikuti Miyuki. Kalau itu yang terjadi, mungkin ini akan sangat gawat.
“Oh begitu…”
“Kau terlihat tidak terkejut sekali, apa memang kau sudah mengetahuinya?”
Rina menatapku dengan sangat curiga.
“Tentu saja tidak, aku bahkan dari tadi berada di sini.”
“Iya juga ya.”
“Rina! Ayo kita pergi ke penginapan sebelah untuk bermain dengan yang lainnya.”
“Ayo!”
Rina pun pergi bersama dengan dua gadis yang lainnya dan meninggalkanku seorang diri lagi di ruang tamu. Tapi itu tidak apa, aku memang sedang butuh ketenangan di sini. Mengingat kalau malam nanti akan menjadi malam yang sangat panjang.
-End Chapter 15-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments