“Amar!”
Seorang perempuan memanggilku dari belakang. Secara perlahan, aku dan Rina mulai menolehkan kepala kami ke arah sumber suara. Ternyata perempuan yang memanggilku itu adalah Miyuki, tidak lain dan tidak bukan. Aku dapat melihatnya tersenyum saat ini.
Dia pun melambaikan tangan kepada kami dan menghampiri kami.
Aku mulai merasakan sesuatu yang merepotkan datang ke arahku seiring mendekatnya Miyuki.
Aku tidak menyangka kalau akan bertemu dengannya di saat seperti ini. Ternyata sama dengan dugaanku yang sebelumnya, pasti akan ada sesuatu yang merepotkan terjadi.
“Hai Amar! Ternyata kamu datang ke sini juga.”
Dengan wajah polosnya dia berada di hadapan kami berdua, dan matanya sesekali melirik ke arah Rina yang berada di sampingku. Rina terdiam tidak bicara melihat Miyuki datang mendekat, dia seperti sedang memikirkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
“Siapa perempuan yang ada di sampingmu? Apa dia pacarmu?”
Ini dia! Pertanyaan yang paling aku tidak sukai jika sedang berjalan berdua dengan seorang perempuan. Ayo Rina, kau bisa menjelaskan hubungan kita kepadanya.
Namun saat aku melihat ke arah Rina, tiba-tiba dia menunduk malu dan mukanya memerah. Dia hanya memainkan jari tangannya dan sesekali melirik malu ke arahku.
“Dia hanya temanku, aku hanya menemaninya ke sini untuk membeli buku.”
“Heeeeh… Hanya teman ya?”
Miyuki melirik curiga kepadaku dan juga Rina, dari matanya aku dapat melihat kalau dia tidak percaya dengan apa yang baru saja aku ucapkan.
“Lagi pula mengapa kamu bisa berada di sini dan bersenang-senang dengan perempuan? Kemarin saja kamu menolak ajakanku untuk pergi ke toko buku.”
Hei.. hei.. hei… Apakah aku terlihat seperti orang yang sedang bersenang-senang di sini?
“Umh!”
Rina yang sudah tidak malu lagi tiba-tiba bangkit dan berbicara kepada Miyuki, walaupun dia masih sedikit malu-malu karena memikirkan perkataan Miyuki barusan.
Aku dan Miyuki langsung melihat ke arahnya.
“Sebenarnya apa hubungan kalian?”
Rina bertanya balik kepada Miyuki, Rina masih terlihat malu setelah mendengar perkataan Miyuki. Lagi pula buat apa dia malu, bukankah kita hanya teman saja? Seharusnya itu sudah cukup untuk menjelaskan semuanya.
“Kira-kira apa ya?”
Miyuki meletakan jari telunjuknya di dagunya dan matanya melihat ke langit-langit ruangan. Dia berpikir tentang pertanyaan yang baru saja ia dengar.
Untuk apa kau berpikir? Kau sudah tau kan apa yang harus kau katakan.
“Sepertinya kalau hanya dibilang teman juga bukan…”
Kau benar, kau hanyalah pengganggu yang baru bertemu denganku kemarin.
“...Kami adalah dua orang yang memiliki perasaan yang sama. Ya, aku rasa seperti itu.”
Mengapa kau mengatakan hal seperti itu? Bukankah perkataanmu bisa membuat orang salah paham.
Aku langsung melihat ke arah Rina yang baru saja mendengar hal itu. Dia pun sudah menatap ke arahku dengan tatapan yang sangat tajam. Di matanya seperti ada tulisan “Bisakah kau jelaskan hal itu?” Itu menurutku.
Aku pun menghela nafas yang lumayan panjang dan menatap langit-langit ruangan yang penuh dengan hiasan-hiasan diskon.
Sebenarnya yang dikatakan Miyuki tidaklah salah. Makna dari “Perasaan yang sama” mungkin karena aku dan Miyuki memiliki pandangan yang sama tentang sesuatu yang disebut percintaan. Walaupun tidak seutuhnya sama, tapi pemahaman kita tentang percintaan tidaklah jauh berbeda.
Tetapi kalau dia berkata seperti itu kepada seseorang yang baru saja ditemuinya dan tidak tau seluk-beluk dari pembicaraan kita sebelumnya, maka orang itu pasti akan salah paham.
“Dia hanyalah seseorang yang baru ketemu denganku kemarin, hubungan kami hanyalah sekedar orang yang baru kenal. Hanya saja cara pandangnya tentang percintaan hampir sama denganku.”
“Hei! Apa yang barusan kamu ucapkan itu sangatlah kejam.”
Miyuki merasa tidak terima aku katakan “Orang yang baru kenal”. Tapi memang seperti itulah kenyataan yang terjadi.
“Benarkah itu Ar?”
“Iya, itu benar.”
Rina yang telah mengetahui kebenarannya langsung merasa lega, pundaknya yang sebelumnya terlihat tegang mulai kembali seperti biasanya, tatapannya pun sekarang sudah seperti sebelumnya.
“...Namamu Rina ya, apa kamu menyukai Amar?”
Miyuki dengan polosnya bertanya hal itu kepada Rina, sontak hal itu membuat Rina menjadi terkejut. Tentu yang terkejut mendengar itu bukan hanya Rina, bahkan aku juga terkejut ketika mendengar itu.
Apa yang dikatakan si bodoh itu?!
“...I-itu tidak mungkin kan, Hehehehehe.”
Entah kenapa ketika mendengar hal itu hatiku menjadi sakit, padahal seharusnya aku sudah tau kalau itu jawabannya.
Aku baru menyadari berkat pertikaian yang terjadi barusan membuat pengunjung di sana memperhatikan ke arah kami.
Tentu saja hal itu akan terjadi. Sekarang dua perempuan yang cantik sedang berada di sekitarku. Pantas saja banyak sekali mata sinis dari lelaki yang ada di toko ini mengarah kepadaku.
“Bagaimana kalau kita pergi ke kafe untuk berbincang-bincang? Tidak enak dengan pengunjung yang lain jika harus berbicara di sini.”
Aku menunjuk sebuah kafe yang ada di belakangku dengan ibu jariku.
“Itu ide yang bagus… Ada juga sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadamu Mar.”
Mendengar itu membuatku menjadi penasaran. Aku sama sekali tidak dapat menebak apa yang ingin ditanyakan oleh Miyuki.
Akhirnya kami pun pergi ke kafe yang ada di toko buku tersebut.
Aku tidak menyukai suasana ini!
Ketika itu suasana yang ada di sana sangat menegangkan sekali. Walaupun kesalahpahaman sudah teratasi, namun Miyuki dan Rina masih saling menatap dengan tatapan yang sangat tajam. Aku dapat melihat bayangan macan putih dan naga ada di belakang mereka (Itu hanya imajinasiku saja).
“Apa yang sedang kau lakukan di sini Miyuki?”
“Aku sedang mencari buku untuk ujian masuk sekolah nanti.”
“Memangnya di sekolahmu tidak ada rekomendasi untuk ke sekolah tujuan?”
“Sebenarnya ada, tapi aku tidak mau masuk ke sekolah itu.”
Miyuki menuang gula cair ke dalam kopinya, kemudian dia mengaduknya secara perlahan.
Sebenarnya aku ingin sekali Rina memancing pembicaraan dengan Miyuki, tapi sekarang dia hanya diam dan menatap Miyuki dengan tatapan seorang pembunuh. Sepertinya... aku harap itu hanya perasaanku saja.
“Apa sekolah tujuanmu selanjutnya?”
“Aku belum tau mau masuk kemana.”
“Lah! Seharusnya kau sudah memikirkan hal itu.”
“Daripada membahas masalah yang membosankan itu…”
Miyuki langsung menekuk tangannya di atas meja dan memandang Rina dengan tatapan meledek. Aku yakin saat ini di dalam kepalanya sudah ada beberapa pertanyaan yang sangat menjengkelkan.
“Apa benar kalian berdua tidak memiliki hubungan apa-apa? Kalian terlihat dekat sekali, aku rasa ada sesuatu yang kalian sembunyikan.”
Ini dia! Pertanyaan menjengkelkan kedua yang keluar dari mulutnya.
“..Tentu tidak ada.”
Rina melirik ke arahku dan kembali dia menundukan kepalanya.
“Aku kira kalian memiliki hubungan yang spesial. Soalnya aku berpikir kalau tidak banyak orang yang bisa berteman dengan Amar.”
“Hei! Kau kira aku seseorang yang tidak bersahabat. Begini juga aku memiliki banyak teman di sekolahku.”
Aku melipatkan tanganku dan membuang wajahku.
Dasar perempuan yang tidak sopan.
“Benarkah itu?”
Miyuki bertanya kepada Rina untuk memastikan hal itu.
“Ya dia benar, di sekolah Amar memiliki banyak sekali teman.”
“Aku kira orang sepertinya akan dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya. Kalau seandainya dia berada di sekolahku, pasti dia sudah dijauhi oleh semua orang.”
“Jangan menyamakan sekolahku dengan sekolahmu!”
“Kalau di sekolah kami, orang seperti Amar sangat jarang di temui. Selain itu dia tidak pernah tertutup dengan orang lain. Jadi itu yang membuatnya memiliki banyak teman.”
Hee.. Aku baru tau kalau itu penilaian Rina tentangku selama di sekolah.
“Tapi wajahmu ternyata cantik juga ya Rin.”
Rin!
Miyuki menatap wajah Rina kemudian memuji kecantikannya. Aku tidak percaya kalau Miyuki akan memuji Rina seperti itu. Karena seperti yang kalian tau, mungkin kalau bisa dibilang ini berlebihan, tapi Miyuki masih lebih cantik jika dibandingkan dengan Rina.
Aku tidak tau apa yang dia rencanakan, apa dia juga menggunakan siasat merendah untuk meroket atau tidak. Tapi dia terlihat tulus sekali saat mengatakan itu. Seperti tidak ada niat lain sama sekali.
“T-tidak juga kok… Justru kamu yang lebih cantik.”
Rina kembali tersipu malu setelah mendengar hal itu, kali ini dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Aku rasa Rina terlalu baik terhadap semua orang, bahkan terhadap orang yang baru saja ia temui. Aku rasa tidak salah jika bersikap egois dan sedikit sombong untuk orang sepertinya.
“Tapi aku tidak bohong kok, kalau kamu ke sekolahku mungkin kamu bisa terkenal.”
Kali ini pengamatannya tidaklah salah, siapa yang tidak kenal dengan Rina, bahkan di sekolah kami saja dia sudah terkenal di seluruh kalangan sekolah.
“Kamu lebih cantik dibandingkan aku Miyuki, aku tidaklah secantik yang kamu pikirkan. Bukankah begitu Ar?”
Tolong, jangan memberikanku pertanyaan yang menyulitkanku.
“Yeah.. begitu... mungkin.”
“Jawabanmu tidak meyakinkanku sama sekali Ar.”
“Ar?”
Eskpresi penasaran mulai menghiasi wajah Miyuki saat ini.
“Apa itu panggilanmu untuk Amar?”
“Iya.. itu hanya sebuah panggilan biasa saja.”
Rina menjawab pertanyaan itu dengan gugup. Seharusnya dia tidak perlu segugup itu.
“Aku tidak percaya kalau itu hanya panggilan yang tidak memiliki arti sama sekali.”
Tatapan curiga Miyuki mulai mengintimidasi kami, aku dapat melihat Rina yang kesulitan mencari jawabannya.
Aku tidak percaya dia akan kesulitan untuk hal seperti ini. Padahal itu memang sebuah panggilan saja.
“Beneran kok, tidak ada maksud sama sekali dari panggilan itu.”
Haah… sepertinya aku harus turun tangan untuk kali ini. Aku tidak mau kesalahpahaman ini terus berlanjut.
“Itu hanyalah sebuah panggilan, mau kau percaya atau tidak itu terserah kau. Tapi apa yang baru saja Rina katakan itulah kenyataannya.”
“Aku kira kamu akan diam saja, ternyata kamu akan turun tangan juga ya.”
“Tentu saja, aku tidak mau ada kesalahpahaman di sini.”
“Tapi jawabanmu tetaplah ketus seperti biasanya ya.”
“Memang sudah seperti ini sikapku.”
Lagi-lagi seperti ini..
“Kalau sudah tidak ada urusan lagi, aku mau pulang.”
Mau dimana saja aku berada, jika aku sedang bersama dengan Miyuki pasti semua lelaki di sekitarku langsung menatap sinis kearahku.
Padahal jika aku berjalan bersama Rina tidak pernah separah ini, tapi jika ada Miyuki di sampingku pasti pandangan itu akan terus muncul kemana pun kami berada.
Aku tidak tau kalau Miyuki memiliki karisma yang sangat tinggi. Seolah-olah semua perhatian langsung tertuju ke arahnya. Itulah mengapa aku benci jika berada di dekatnya, aku akan menjadi pusat perhatian sama sepertinya.
Dan yang lebih parah saat ini, aku sedang berada bersama dua perempuan yang menurutku berparas cantik. Aku harus segera memisahkan diriku dari mereka, kalau tidak aku akan berurusan dengan sesuatu yang merepotkan lagi.
“Ayo Rina, kita juga pulang.”
Rina langsung menghabiskan minumannya dan mengambil tas yang berada di bawah meja.
“Bisakah kalian menunggu sebentar lagi? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.”
Miyuki menahanku dan juga Rina, aku melihat kesedihan yang ada di mata Miyuki. Sepertinya akhir-akhir ini dia sedang tersiksa oleh sesuatu.
Apa dia diolok-olok oleh teman-temannya? Tapi itu tidak mungkin. Aku tidak dapat membayangkan seseorang yang sangat cantik diolok-olok oleh teman-temannya. Seharusnya dia memiliki sebuah komunitas yang terdiri dari gadis-gadis cantik yang ada di sekolahnya.
Lagi pula jika ada yang mengolok-oloknya mungkin mereka akan berhadapan dengan orang-orang yang mengaguminya. Aku bisa yakin tentang hal itu. Tapi berbeda lagi jika mereka membicarakannya di belakang.
Aku rasa mulai ada pemberontak yang tidak suka dengan tirani kekuasaan yang dibuat oleh tuan putri yang satu ini. Karena sudah mau lulus, jadi mereka mengeluarkan semua yang mereka pendam.
“Waktuku tidak lama, apa yang ingin kau katakan?”
“Kamu tidak boleh kasar seperti itu Ar.”
“Apa kalian pikir kalau aku ini terlalu sombong?”
Miyuki mulai terlihat murung, berbeda seperti yang sebelumnya. Jika sebelumnya dia adalah seorang gadis yang ceria dan penuh dengan semangat, kali ini dia terlihat seperti seorang pemurung.
Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi yang jelas akhir-akhir ini pasti ada sesuatu yang terjadi di sekolahnya namun dia memendamnya begitu saja seorang diri.
“Tidak kok, aku sama sekali tidak berpikiran seperti itu, aku merasa kalau kamu itu orangnya sangat asik untuk diajak bicara.”
Rina langsung menyemangatinya dan memberikan perhatian yang lebih kepada Miyuki. Memang seperti itulah sikapnya Rina, seseorang yang akan memberikan kehangatan kepadamu ketika kau sedang terpuruk.
“Sebelum aku menjawab pertanyaanmu bolehkah aku bertanya kepadamu?”
Ada sesuatu yang mau aku pastikan sebelum menjawab pertanyaannya. Dan kalau benar, sepertinya aku sudah mengetahui garis besar dari masalahnya.
“Silahkan saja.”
“Untuk apa kau bercerita hal ini kepada kami? Bukankah hal seperti ini seharusnya kau ceritakan kepada orang yang dekat denganmu?”
Aku dapat melihat dengan jelas kalau Miyuki mulai terguncang dengan pertanyaanku. Dia mulai mencari alasan yang pas namun tidak menemukannya satu pun.
“Dia sedang sibuk sekarang.”
Mungkin aku akhiri sekarang saja, aku tidak tega jika harus memojokkannya begitu lama.
“Memang dia itu sedang sibuk? Atau sebenarnya kau tidak memilikinya?”
Miyuki pun terdiam dan menunduk tidak dapat menjawab pertanyaanku.
“Kamu jahat sekali Ar, seharusnya kamu menolongnya di saat seperti ini.”
“Kau tenang saja, aku sudah mengetahui gambaran besarnya kurang lebih.”
Baiklah kita mulai dari mana untuk membuatnya menjadi bangkit.
“Aku rasa apa yang kamu alami sekarang ini bukanlah kesalahanmu, hanya saja sikapmu yang terlalu polos itu yang menjadikanmu terlihat seperti orang sombong.”
“Apa yang kamu bicarakan Ar?”
Rina terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja aku katakan.
“Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Ini hanya saranku saja, tapi aku menggunakan hal ini dalam kehidupanku untuk berteman. Lakukanlah apa yang selama ini kau lakukan, jangan pedulikan apa yang orang lain ucapkan tentangmu, biarkan semuanya terpisah dengan sendirinya. Bukankah teman sedikit namun tulus lebih baik daripada kau memiliki banyak teman namun mereka hanya memanfaatkanmu saja.”
Apa masukan dariku terlalu berlebihan?
“Aku tidak tau apa masalahmu saat ini Miyuki, tapi apa yang dikatakan Ar tidaklah salah. Kamu itu adalah orang yang sangat baik dan cantik, walaupun banyak orang yang menyakitimu saat ini, jangan sampai kamu berbuat jahat kepadanya. Kalau kamu butuh seseorang untuk meluapkan perasaanmu, aku siap kok untuk menjadi orang itu.”
Oh.. Apakah aku sedang melihat bidadari di hadapanku saat ini? Walaupun perkataan itu ditujuan kepada Miyuki, tapi entah kenapa hatiku terasa sejuk sekali.
Aku bersyukur saat ini ada Rina di sampingku, karena jika Miyuki benar-benar melakukan apa yang aku ucapkan, dia pasti akan menjadi tuan putri yang sangat kejam.
Miyuki pun berdiri dari kursinya dan memeluk Rina dengan erat, Rina pun membalasnya dengan mengelus kepala bagian belakang Miyuki. Dan semenjak hari itu, Miyuki dan Rina pun menjadi teman dekat.
Suasana yang mengharukan sekali, aku jadi ikut terharu.
***
“Bagaimana kamu mengetahui hal itu Ar?”
Saat ini, aku dan Rina sedang berada di taman yang ada di dekat sekolah kami. Karena rumahku dan rumah Rina sama-sama dekat dengan sekolah, jadi kami berniat untuk mampir ke taman dulu untuk membicarakan tentang Miyuki barusan.
“Itu hanya tebakanku saja.”
“Tidak mungkin jika hanya tebakanmu, kamu itu bukanlah seseorang yang mengandalkan keberuntungan.”
Mendengar itu membuatku tersenyum kecil, ternyata orang yang sangat dikagumi di sekolah kami sangat mengenalku. Aku jadi sedikit tersipu malu mendengar itu.
“Hanya saja, waktu pertama kali bertemu dengannya. Aku hanya melihat kalau teman-teman yang ada di sekitarnya hanya memanfaatkannya untuk kepentingan masing-masing saja.”
“Benarkah seperti itu?”
“Tentu saja, jika laki-laki, mereka akan berusaha untuk mendekati Miyuki. Jika perempuan, mereka menggunakan Miyuki untuk menaikan kepopulerannya dikalangan anak laki-laki.”
“Bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu?”
“Kalau itu hanya pendapatku saja, karena menurut pengamatanku status seseorang akan berpengaruh dengan siapa mereka berteman.”
Aku melirik ke arah Rina, karena yang dialami Miyuki tidaklah berbeda dengan yang dialami oleh Rina sekarang. Hanya saja karena Rina selalu bersikap baik dengan semua orang yang membuatnya disegani oleh teman-temannya.
Ini masih dugaanku saja, tapi sepertinya akhir-akhir ini dia sedang diolok-olok. Mungkin bukan akhir-akhir ini, aku rasa pada saat aku bertemu dengannya sudah ada yang mengolok-olok dirinya.
Karena dia orang yang terlalu polos, jadi dia tidak dapat menyadari hal itu. Mungkin karena saat ini yang mengolok-olok semakin banyak dan juga banyak temannya yang mulai menjauhinya karena tujuannya sudah tercapai. Jadi dia dapat menyadari hal itu.
“Kalau begitu bolehkah aku memohon satu hal?”
“Tumben sekali Ar, aku tidak pernah membayangkan kamu akan memohon kepadaku.”
“Tolong bertemanlah dengan Miyuki.”
“Apa kamu memiliki alasan?”
“Walaupun aku membencinya tapi aku tidak tega jika harus melihatnya menderita seperti itu. Kalau seandainya kamu tidak ada di sisiku tadi, mungkin aku akan membungkam orang yang mengolok-oloknya dengan caraku sendiri, namun itu bukanlah sesuatu yang baik. Aku mohon kepadamu untuk berteman dengannya.”
Aku melihat ke langit-langit. Aku hanya bisa memohon kepada Rina saat ini, karena hanya dia yang bisa menolong Miyuki dengan cara yang baik. Jika seandainya aku yang menolong Miyuki, itu tidak akan menyelesaikan semuanya yang ada malah masalah yang terus bertambah.
Mungkin banyaknya masalah yang sering menimpaku karena sifatku yang seperti ini juga. Sepertinya aku harus mencoba untuk merubahnya mulai saat ini, tapi tentu itu butuh waktu yang sangat lama dan juga perlu orang yang tepat untuk membuatnya berubah.
“Ternyata memang kamu orang yang sangat baik Ar.”
Rina mengucapkan sesuatu yang sangat pelan sekali yang membuatnya tidak terdengar di telingaku.
“Tanpa kamu minta pun aku pasti akan berteman dengannya.”
Rina pun membalas permohonanku dengan senyuman hangat yang menghiasi wajahnya.
Aku sangat bersyukur saat itu dia ada bersama denganku. Seandainya aku tidak memiliki sebuah Idealisme yang sangat kuat dalam diriku, dan lebih condong terhadap perasaanku. Mungkin sekarang aku akan mengungkapkan perasaanku saat ini kepadanya.
Aku harap cintanya terhadap lelaki yang ditemuinya saat SD tidak bertepuk sebelah tangan lagi. Semoga dia akan semakin dekat dengan lelaki itu dan lelaki itu memberikan perasaan yang diinginkan olehnya.
Bicara apa aku barusan, mengapa aku terlalu larut dalam perasaanku. Tidak seperti aku saja.
Baiklah! Mari kembali seperti diriku yang sebelumnya.
-End Chapter 6-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments