“Kau kenapa?”
Aku melihat Maul yang sedang termenung ketika sampai di kantin, dan tepat di depan Maul sudah ada Riki dan Kirana yang sedang bermesraan seperti biasa.
“Dia baru saja ditolak oleh seorang perempuan kemarin.”
Riki sedikit tersenyum ketika mengatakan hal itu, sepertinya dia merasa kalau dia lebih hebat dibanding Maul ketika dia mempunyai Kirana yang berada di sampingnya.
Jadi dia ditolak oleh Miyuki, aku jadi penasaran bagaimana Miyuki menolaknya.
Aku pun langsung duduk di samping Maul dan memesan nasi goreng langganan kami.
“Seperti janjimu kemarin, hari ini kau yang teraktir ya?”
“Iya.”
Dengan wajah lusuhnya Maul mengeluarkan uang miliknya dan memberikan padaku untuk membayar nasi goreng yang ku pesan.
“Apa yang kemarin kalian lakukan?”
Kirana terlihat penasaran dengan apa yang kami lakukan, dari matanya aku sudah mengetahui kalau dia sangat penasaran.
“Tidak ada, kami hanya taruhan sebuah permainan saja. Bukan begitu Mul?”
“...”
Maul masih termenung dan tidak mau menjawab, dia hanya menatap kosong ke depan dan pikirannya juga terlihat kosong.
“Memang apa yang perempuan itu katakan kepadamu?”
“Dia tidak berkata apa pun dan mendiamkanku begitu saja… Karena malu diperhatikan orang-orang yang ada di sana, aku langsung pulang ke rumah.”
Aku tidak tau kalau Miyuki bisa sedingin itu kepada orang asing. Apa memang seperti itu sifatnya?
“Sudahlah, perempuan seperti itu masih banyak di luar sana. Ditolak satu masih banyak yang lain.”
“Kau benar Mar, dia hanyalah satu dari beribu-ribu bintang yang bersinar di alam semesta ini. Pasti masih banyak yang seperti dia.”
Dia mulai lagi? Tapi syukurlah kalau dia sudah tidak bersedih lagi.
Dari kejauhan aku melihat Rina tiba di kantin dan melihat ke seluruh meja yang ada di sana. Saat mata kami bertemu, dia langsung berjalan ke arahku dengan langkah yang cepat.
Ketika dia tiba di meja kami, tanpa banyak bicara dia langsung duduk di sampingku dan memepetkan tubuhnya kepadaku.
“Ada apa?”
“Aku mohon kepadamu, sebentar saja tidak akan lama.”
Rina berkata itu dengan menyembunyikan wajahnya dibalik lenganku, aku tidak tau apa yang menimpanya saat itu. Tapi yang jelas, aku dapat melihat dua orang lelaki sedang mencari seseorang, tetapi saat mereka melihat Rina berada di sampingku, mereka langsung pergi dari kantin.
“AAHHHHHHH… AKU KESAL SEKALI!”
Maul yang sebelumnya tenang menjadi teriak dengan sangat kencang yang membuat semua orang yang berada di kantin memperhatikan kami, bahkan penjual yang berjualan di sana juga memperhatikan kami.
“Kau kenapa?! Tiba-tiba berteriak.”
“Tidak lama ini Riki membawa Kirana dan mereka bermesraan di hadapanku, sekarang kau Mar. Kau memang penghianat Mar, biarkan aku sendiri bersama kesepian dan kesedihanku menjadi seorang jomblo”
Tanpa berpikir panjang Maul langsung pergi dari kantin, sepertinya apa yang baru saja dilakukan Rina membuat Maul menjadi cemburu.
“Tidak masalah membiarkan dia begitu saja Ar?”
“Lagi pula ini semua terjadi karena kau, memangnya apa yang terjadi?”
“Tidak ada masalah.”
Karena Maul sudah pergi dari meja kami, jadi masih ada ruang yang tersisa di sampingku. Aku pun menjauhkan diriku dari Rina.
“Kau pasti berbohong, tidak mungkin kalau tidak ada masalah.”
“Aku serius, aku hanya rindu saja denganmu.”
Aku sangat benci dengan rayuan.
“Benarkah? Bukankah di kelas tadi kita baru saja bertemu.”
Rina hanya tertawa mendengar jawaban dariku. Aku tidak tau apa yang dia sembunyikan, tapi sepertinya masalah yang dia alami saat ini sangat besar.
“Sepertinya kalian berdua sangat akrab.”
Aku lupa kalau saat ini dihadapanku sedang ada adik kelas yang sangat merepotkan. Rasa ingin taunya sangat merepotkan bagiku, apa lagi kalau dia sangat suka sekali melihat hal-hal seperti ini.
Aku lebih baik diam saja, aku tidak mau menjawab ucapan konyolnya itu. Aku sudah lelah meladeninya untuk hari ini.
“Kak Rina, mengapa kalian berdua tidak pacaran saja? Kalian berdua sangat serasi menurutku.”
Lagi-lagi pertanyaan yang bodoh.
“Benarkah?”
Rina tersipu malu dan sesekali melirik ke arahku.
Mengapa kau harus tersipu malu setiap ada pertanyaan seperti itu. Kau hanya akan membuat kesalahpahaman semakin rumit di sini.
“Itu tidak mungkin, Rina itu terlalu baik untukku.”
“Terlalu baik? Aku rasa Kak Amar bukanlah orang yang jahat.”
“Kamu salah Kirana, Amar adalah orang terjahat di antara semua orang yang pernah ku temui.”
“Benarkah itu Kak Riki?”
“Itu benar, kau belum saja melihat sisi buruknya.”
Tapi apa yang barusan dikatakan oleh Riki tidak sepenuhnya salah. Aku bukanlah orang yang baik dan juga bukan orang yang buruk, aku adalah orang yang berada di antara keduanya. Mungkin untuk saat ini.
“Tapi aku baru mengingatnya, kemarin ketika keluar dari bioskop setelah menonton film. Aku melihat seorang perempuan yang mirip dengan Miyuki.”
Pufft… Ternyata dia melihatnya saat itu. Apa jangan-jangan kami menonton film yang sama?
“Heee… Benarkah?”
Aku harus tenang, mereka tidak boleh mengetahui kalau aku panik sedikit pun.
“Iya, aku rasa kemarin dia sedang pergi dengan seorang lelaki. Apa dia pacarnya ya?”
Oh my god… Semoga saja dia tidak mengenali kalau itu diriku.
“Mungkin itu pacarnya.”
“Bisa saja.”
OK. Dia tidak tau kalau itu aku, setidaknya aku masih aman di sini.
Dan aku baru menyadari kalau dari tadi Rina menatapku dengan tatapan yang sangat mematikan. Matanya terlihat seperti pembunuh bayaran internasional yang sudah melihat targetnya, mungkin sebentar lagi aku akan mati.
“Ada apa Rina?”
“Tidak ada.”
Rina pun membuang mukanya.
***
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
Aku dan Rina berjalan di lorong untuk kembali ke kelas kami. Kebetulan sebentar lagi waktu istirahat sudah hampir habis dan pelajaran akan segera dimulai.
“...Tidak ada.”
“Jangan berbohong kepadaku, aku tau kalau kau sedang dalam masalah.”
“Baiklah aku akan mengatakannya… Memang aku sedang berada dalam masalah, tapi itu bukanlah sesuatu yang besar, aku bisa mengatasinya sendiri.”
Dengan percaya diri, Rina mengatakan itu tepat di hadapanku. Tangannya yang diletakan di pinggang dan wajah tersenyumnya seolah-olah berusaha untuk meyakinkanku untuk tetap tenang. Tapi aku tau kalau sekarang dia sedang berbohong, karena aku merasakan ancaman dari dua lelaki yang datang ke kantin tadi.
Apa mungkin itu hanya firasatku saja? Lebih baik aku luaskan pikiranku terlebih dulu, lagi pula aku belum tau apa yang ingin mereka lakukan.
“Sudah kubilang tidak usah khawatir.”
“Baiklah.”
Sekarang lebih baik aku fokus dengan ujian praktik yang sebentar lagi akan dilaksanakan.
Namun saat kami hampir tiba di depan kelas kami, aku melihat Maul yang menunggu kami di depan kelas.
“Kamu duluan saja Rina, aku ada urusan dulu dengan Maul.”
“Baiklah.”
Rina pun pergi memasuki kelas terlebih dulu.
Kalau aku lihat dari tatapannya, sepertinya dia memiliki sesuatu yang menarik untuk dibicarakan. Aku tidak tau apa yang terjadi saat dia pergi dari kantin, pasti hal itu sangat menarik sampai dia menungguku di depan kelas.
“Ada apa?”
Aku pun berdiri di sampingnya dan kami sama-sama bersandar dengan dinding yang ada di belakang kami.
“Aku ada sesuatu yang menarik.”
“Apa ini tentang Kirana?”
“Begitulah.”
“Hmmm… Jadi apa yang menarik?”
“Tepat setelah aku pergi dari kantin, aku melihat dua orang lelaki yang sedang membicarakan Rina.”
“Katanya ini ada hubungannya dengan Kirana, mengapa malah membahas Rina?”
“Soalnya, dua lelaki yang membicarakan Rina itu berada di kelas yang sama dengan Kirana.”
“Hebat sekali kau dapat mengetahuinya.”
“Jangan remehkan informasiku.”
Baiklah, walaupun sudah mendapatkan sedikit informasi dari Maul. Tapi hal itu tidak menjelaskan kalau Kirana ada di balik semua ini. Mungkin saja itu hanya kebetulan semata.
“Jadi apa yang mereka bicarakan?”
“Sepulang sekolah nanti, salah satu dari mereka akan menyatakan cintanya kepada Rina.”
“Apa kau tidak salah dengar? Mana ada orang yang berani melakukan hal seperti itu.”
Karena perjanjian “Wanita bersama” masih berlaku sampai Rina lulus nanti. Seharusnya orang-orang yang mengetahui perjanjian itu sudah paham akan hal ini.
“Apa kau lupa Mar, kalau sebenarnya Riki sudah tidak ditakuti lagi oleh yang lainnya.”
Apa yang baru saja dia katakan tidaklah salah. Aku baru mengingat kalau akhir-akhir ini Riki tidak bergitu banyak bertindak seperti biasanya. Dia terlalu sering bermain dengan Kirana.
“Kau benar, aku baru menyadari hal itu setelah kau katakannya.”
“Aku baru memikirkan hal ini tadi, apa jangan-jangan kalau tujuan Kirana berpacaran dengan Riki untuk itu?”
“Tidak mungkin, anak SMP mana yang dapat menyusun rencana seperti itu.”
Tentu saja, anak SMP kelas dua yang baru berusia 13-15 tahun. Tidak mungkin di umur segitu seseorang dapat membuat rencana hingga sekompleks itu.
“Dan juga mana ada anak SMP kelas satu yang dapat membuat rencana ‘Wanita Bersama’.”
“Kau benar juga.”
Aku lupa kalau diriku pernah melakukan hal yang sama ketika kelas satu.
Berarti teoriku tentang kemampuan yang aku miliki ternyata benar. Sebenarnya aku bukanlah orang yang spesial, kemampuanku bisa dimiliki oleh seseorang jika dia mau berpikir lebih keras dari siapa pun.
“Berarti sekarang kita harus waspada dengan Kirana, siapa tau memang benar dia dalang di balik semua ini.”
“Aku juga berpikiran sama denganmu Mul, tapi kita juga harus berhati-hati saat menyelidiki tentangnya, karena Riki sudah berada digenggaman dia.”
“Sebisa mungkin, aku tidak mau menjadikan Riki musuh.”
Maul merinding ketika mengingat sesuatu, dia pun memeluk dirinya sendiri untuk menenangkan diri. Pasti dia sedang mengingat ketika Riki yang berhadapan dengan kakak kelas pada saat rencana “Wanita bersama” akan dilaksanakan.
“Tapi kalau seandainya memang itu yang terjadi. Kau tenang saja.”
Aku berusaha meyakinkan Maul dengan memegang pundak kanannya, Maul pun menjadi yakin setelah mendengar ucapanku.
“Jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya Mar?”
“Sepertinya aku ingin melihat rencana yang dia buat terlebih dulu… terima kasih atas infonya ya.”
“Tenang saja, aku juga membantu itu demi kebaikan kita semua. Jika seandainya memang tujuan Kirana memanfaatkan Riki untuk kepentingannya sendiri, aku pasti akan membalasnya.”
Ternyata Maul cukup peduli juga dengan temannya, aku kira dia tipe orang yang akan menusuk dari belakang.
Maul pun pergi kembali ke kelasnya dengan melambaikan tangannya, rencana menginvestigasi Kirana pun dimulai.
***
Sfx : Teng… Teng... Teng… Teng……
Saat ini, aku sedang berdiri di lorong yang menuju ke halaman belakang sekolah. Menurut info yang aku dapat dari Maul, sepulang sekolah nanti Rina akan pergi ke belakang sekolah untuk mendengarkan pernyataan cinta dari kedua lelaki yang mengejarnya saat istirahat.
Sambil membaca novel yang Rina sarankan waktu itu, aku pun menunggu sampai Rina tiba.
Seperti apa yang dikatakan Maul, aku dapat melihat Rina yang berjalan ke belakang sekolah dengan menggendong tas di punggungnya.
Ketika melihatku berada di sana, Rina terdiam dan menatapku dengan terkejut.
“Apa yang kamu lakukan di sini Ar?”
“Aku hanya sedang membaca novel.”
Aku menutup novel itu dan memasukan novel itu ke tasku dan aku menghalangi jalan Rina untuk pergi ke halaman belakang sekolah.
“Pasti kamu tau kalau aku akan pergi ke sini.”
Aku melihat tatapan Rina yang tidak seperti biasanya, wajahnya terlihat muram dan sepertinya dia sedang sedih, namun dia berusaha menyembunyikan hal itu dan mencoba bersikap biasa di depanku. Tapi untuk seseorang yang sudah bersama dengannya selama tiga tahun, aku tau kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu.
“Apa yang kau ingin lakukan di sini? Kenapa kau tidak langsung pulang.”
“Itu bukan urusanmu Ar, aku hanya mau bertemu temanku di belakang sekolah.”
“Mengapa harus di belakang sekolah? Bukannya banyak tempat yang pas untuk ketemuan.”
“...”
Ternyata informasi dari Maul tidaklah salah, hebat juga dia mengumpulkan informasi dalam waktu sesingkat itu.
“Lebih baik kau tidak usah datang ke sana.”
“Ini bukan urusanmu Ar, biarlah aku yang mengurus masalah ini sendiri.”
“Mengurus masalah ini sendiri ya?… Baiklah silahkan pergi kalau kau mau.”
Aku pun bergeser sedikit dari tempatku sekarang untuk membiarkan Rina lewat. Perlahan dia mulai berjalan ke arahku dan mulai melewatiku.
“Mana mungkin aku membiarkanmu pergi ke sana.”
Aku menarik tangannya dengan sangat erat tetapi tidak terlalu kuat hingga membuat dia kesakitan, namun itu cukup kuat hingga dia tidak dapat melepaskannya dengan mudah.
“Lepaskan aku Ar, aku tidak mau merepotkanmu lagi. Biar aku menyelesaikan masalah ini sendiri.”
Rina masih berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggamanku. Aku pun masih memegang erat tangannya dan tidak mau melepaskannya.
“Justru kalau kau pergi ke sana, kau hanya akan membuat masalah lagi untukku.”
“Tapi-”
“Sudahlah, kau tidak usah peduli apa yang akan terjadi nanti. Sekarang kau pulang saja, biar selebihnya aku yang urus.”
Walaupun hal ini pasti akan lebih merepotkan dibandingkan yang lalu.
Aku mulai merasakan tangan Rina yang melemas. Dia pun terdiam dan kepalanya menunduk. Aku hanya bisa melihat kedua bahunya yang masih kaku seperti ada beban berat yang dia pikul.
Aku pun berjalan ke sampingnya dan mengelus kepalanya.
“Kau tenang saja… Dan juga jangan memikul beban yang tidak bisa kau pikul seorang diri. Kau harus membaginya dengan teman-teman yang dapat kau percayai.”
“Kamu curang Ar.”
Curang?
“Aku akan mengikuti perkataanmu, tapi kamu jangan melakukan hal yang ceroboh Ar.”
“Kalau untuk itu kau tidak usah khawatir.”
Kemudian Rina pun pergi meninggalkanku.
Baiklah, apa yang sedang menungguku di belakang sana? Aku rasa setelah kejadian ini aku akan mengalami sesuatu yang merepotkan. Aku harap itu hanya firasatku saja, tapi aku rasa hal itu pasti akan terjadi. Aku yakin akan hal itu.
OK. Sekarang saatnya melihat siapa yang terlibat dalam hal ini.
***
Itu mereka, aku dapat melihat mereka sedang berdiri menunggu Rina. Aku rasa yang gugup di sebelah kanan itu yang akan menyatakan cintanya.
Hmmm… Penampilannya tidak buruk juga.
“Eh-em.”
Mereka berdua terkejut ketika melihatku tiba di sana. Tentu saja mereka akan terkejut, karena orang yang paling mereka hindari untuk bertemu, sekarang ada di depan mereka.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
“Hanya kebetulan lewat saja.”
“Itu tidak mungkin, mana ada orang yang lewat belakang sekolah ketika pulang sekolah.”
“Benar juga ya.”
Apa yang akan aku lakukan sekarang? Aku tidak mungkin mencari informasi di saat seperti ini. Apalagi sekarang posisinya dua lawan satu, aku rasa tidak akan menang walaupun aku harus menggunakan kekuatanku.
“Aku sudah tau apa yang ingin kau lakukan. Lebih baik kalian pergi saja dari sini, Rina tidak akan datang ke sini.”
“Dari mana kau tau!?”
“Sudahlah, lebih baik kita pergi saja. Tidak ada gunanya meladeni Kak Amar.”
Sepertinya teman yang satu lagi lebih bijak dibandingkannya, dia tau apa yang perlu dia lakukan sekarang.
“Baiklah, tapi kau kira aku akan tinggal diam saja setelah mengetahui hal ini. Aku pasti akan membalasnya.”
Itu dia, sebuah kalimat yang akan membawaku menuju ke sesuatu yang merepotkan. Kali ini apa yang akan menimpaku? Semoga bukan hal itu dapat dilewati dengan mudah.
Dan mereka pun pergi dari halaman belakang sekolah. Mungkin saat ini aku tidak dapat mengetahui siapa pelakunya, tapi setidaknya aku bisa bersantai untuk saat ini.
Lagi pula, waktu kelulusan kami juga tidak lama lagi. Aku rasa membiarkan Rina melakukannya seorang diri bukanlah keputusan yang salah juga. Tapi aku tidak tega jika dia harus melakukan sesuatu yang dilakukan secara terpaksa.
-End Chapter 9-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Puan Harahap
semangat thor
2020-11-18
0
®©EM crop
suka cerita novel
Aku datang membawa rate5 like and comment 📊👍👍
Semangat Author ✍️✍️🆙
#feedbackYa
**CINTAKU DI KAMAR HOTEL
**LUCKY BOY
2020-04-24
1