“Kali ini aku menang darimu Amar. Kau memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan denganku.”
Takeshi pun menunjuk ke arahku yang baru saja turun dari perahu. Aku tidak mengerti mengapa dia terlalu terobsesi dengan persainngan. Itu kan sangat merepotkan.
“Mengapa Takeshi sangat terobsesi kepadamu?”
Miyuki bertanya kepadaku dengan sangat keheranan. Padahal dia sendiri yang membuat hal ini terjadi.
“Aku tidak tau.”
Aku pun berjalan ke penginapan bersama dengan Riki dan yang lainnya. Aku masih tidak bisa melupakan pemandangan bawah laut yang aku lihat tadi. Aku sangat kecewa karena waktunya sangat singkat, jadi aku tidak bisa menikmati untuk waktu yang cukup lama.
“Setelah ini kita ada acara apa Rik?”
“Setelah ini kita bebas. Setelah isya, kita ada acara bakar-bakar.”
Kami berjalan terus menuju penginapan. Langit saat itu mulai menunjukan warna jingga yang sangat pekat. Aku sesekali menengokkan kepalaku ke arah barat untuk melihat apakah matahari sudah mencapai garis cakrawala atau belum.
Ketika sampai di penginapan, aku melihat sesosok perempuan yang sedang berdiri di depan penginapan yang berada di samping penginapanku. Kalian benar lagi, perempuan itu adalah Miyuki.
Mungkin kalian bosan dengan alur “Pertemuan yang kebetulan ini”. Tapi tenanglah, alur itu hanya berada di bagian awal dari cerita ini. Aku bisa jamin itu.
Awalnya Miyuki hanya berdiri di depan penginapan sambil melihat ke arah laut yang ada tepat di depan penginapan kami. Tapi setelah kami mendekat ke arahnya, pandangannya langsung tertuju kepada kami.
“Hai Rin!”
Miyuki melambaikan tangan kepada Rina dan kemudian dia berlari kepadanya.
“Sedang apa kamu di sini Rin?”
“Aku ingin pergi ke penginapanku.”
“Dimana penginapanmu?”
“Itu yang di sana.”
Rina menunjuk ke arah penginapan kami.
“Benarkah! Berarti penginapan kita bersebelahan.”
Miyuki menggenggam kedua tangan Rina dengan sangat senang sekali. Walaupun dia sudah berbaikan dengan temannya tapi sepertinya dia tidak bisa melupakan kalau dia pernah disakiti oleh mereka. Makanya Miyuki terlihat lebih senang ketika bersama Rina dibandingkan dengan teman-temannya.
Hmmm… Sepertinya aku ada ide bagus dari hal itu.
“Hei Miyuki, apa di penginapanmu masih ada sedikit ruang untuk menampung orang lagi?”
“Ruang? Tentu saja, penginapan ini hanya ada aku bersama dengan kedua temanku.”
Aku pun melihat ke penginapan milik Miyuki yang besarnya tidak jauh beda dengan penginapan milikku.
“Bolehkah Rina pindah ke sana bersama kedua temannya?”
“Memangnya kenapa?”
“Aku berada di satu penginapan dengan Rina.”
“Apa!”
Miyuki terkejut setelah mendengar hal itu. Tapi dari ekspresinya saat ini aku mengetahui kalau Miyuki itu adalah anak yang polos.
Aku dapat membedakan hal itu dari dua hal, jika dia terkejut mendengar hal itu berarti dia anak yang polos, namun kalau seandainya dia terlihat biasa saja dan bertanya balik kepadaku tentang kondisi ini berarti dia anak yang mengikuti arus pergaulan.
“Baiklah, untuk seterusnya kau bisa menginap di penginapanku Rin.”
“Terima kasih.”
Dan setelah masuk di penginapan, Rina dan kedua temannya pun pindah ke penginapannya Miyuki.
“Akhirnya aku dapat tidur dengan nyenyak.”
Aku berbaring di sofa yang berada di ruang tamu.
“Padahal akan sangat menyenangkan jika ada gadis di rumah ini.”
Riki terlihat kecewa karena Rina dan dua orang lainnya sudah tidak berada di sini lagi.
“Kau tidak boleh seperti itu Rik, itu tidak baik dipandangan masyarakat.”
Saat kami sedang bersantai di ruang tamu, Pak Budi pun datang menemui kami untuk membahas masalah acara api unggun nanti malam.
“Bisakah kalian membantu Bapak menyiapkan api unggunnya di pantai.”
“Boleh saja Pak.”
“Baiklah, ayo kita ke sana.”
Kami pun pergi bersama Pak Budi menuju ke sebuah pantai yang berada di barat pulau ini, karena pantai itu adalah pantai yang paling dekat dengan penginapanku.
Ketika sampai di sana, aku melihat pemandangan yang sangat indah sekali. Karena saat itu sudah sore hari dan menjelang maghrib, aku dapat melihat matahari terbenam dengan sangat indah. Kini matahari itu sudah menghilang sebagian di telan oleh cakrawala.
Kami pun mulai membantu Pak Budi untuk membuat api unggun yang nantinya akan digunakan untuk membakar ikan. Walaupun aku bilang kami membantu, sebenarnya hanya Riki dan Maul saja yang membantu, sedangkan aku sedang asik menikmati matahari terbenam saat itu.
Maul pun menghampiriku yang sedang menikmati pemandangan sore dengan menikmati deru ombak yang menyatu menjadi sebuah harmoni yang indah.
“Aku rasa, aku akan menembak Miyuki.”
Apa aku tidak salah dengar? Menembak Miyuki!
“Apa kau yakin akan hal itu? Dia adalah wanita yang merepotkan loh.”
Walaupun awalnya aku tidak peduli dengan hubungan kedekatan Maul dengan Miyuki, tapi ketika dia berencana akan menembaknya. Itu akan menjadi pertanda buruk bagiku. Kalau seandainya Miyuki menjadi pacar Maul berarti aku akan sering bertemu dengannya. Aku saja sudah menganggap pertemuan yang kebetulan itu sebagai sesuatu yang merepotkan, apa lagi jika aku harus bertemu dengannya secara terus menerus.
Maafkan aku Maul, aku harus menjaga kehidupanku yang damai ini. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
“Ada apa ini?”
Riki pun bergabung dengan pembicaraan kami.
“Aku ingin menembak Miyuki, maukah kalian membantuku?”
Maul pun terlihat sangat yakin sekali ketika mengucapkan hal itu. Sepertinya tekadnya sudah bulat ketika membuat keputusan tersebut. Aku rasa suasana matahari terbenam ini membuat Maul mendapatkan sebuah dorongan untuk menembak Miyuki.
Ah sial, hati nuraniku berkata kalau aku harus membantunya. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Kalau aku membiarkannya saja terkesan seperti aku yang tidak mau jika Maul jadian dengan Miyuki dalam arti lain. Ini sangat merepotkan, mengingat Miyuki yang selalu dekat denganku ketika kami bersama membuat dugaan kalau aku juga suka dengan Miyuki dan tidak akan membiarkan Maul untuk jadian dengannya.
Sepertinya untuk saat ini, aku akan membantunya saja. Biarlah Maul yang merasakan bagaimana rasanya berurusan dengan wanita cantik seperti dirinya.
“Baiklah, aku akan membantumu.”
“Benarkah itu Mar!? Aku sangat senang sekali, aku kira kau tidak akan membantuku.”
Maul terlihat senang sekali setelah mendengar kalau aku akan membantunya. Aku juga masih berada di dalam keadaan bimbang antara harus membantunya atau tidak. Karena aku tidak tau mana yang terbaik untuknya.
“Kalau Amar sudah berkata seperti itu, aku juga akan membantumu.”
Riki pun juga akan membantu Maul. Aku sudah yakin Riki akan membantu Maul walaupun aku tidak ikut membantunya.
“Terima kasih kalian semua, aku tidak akan menyia-nyiakan bantuan kalian.”
“Sudahlah, dari pada kita berbicara di sini lebih baik kita selesaikan pekerjaan kita.”
“Iya.”
Kami pun kembali membantu Pak Budi untuk membuat api unggun. Maul terlihat sangat senang sekali saat membuat api unggun. Sepertinya suasana hatinya sedang sangat baik saat ini.
Ketika kami sedang asik membuat api unggun, aku melihat Takeshi yang sedang berjalan dengan Miyuki di pesisir pantai dari kejauhan.
“Orang itu lagi!”
Maul terlihat kesal sekali ketika melihat Miyuki jalan berdua dengan Takeshi. Lagi pula buat apa dia sekesal itu, Miyuki belum jadi miliknya seutuhnya. Itu hak Miyuki untuk memilih pergi dengan siapa. Apa ini yang dimaksud cemburu?
Cemburu adalah sebuah tanda bagi orang yang tidak percaya diri kepada apa pun yang dia miliki. Mungkin ada yang bilang juga kalau cemburu itu adalah bukti kalau kau memang mencintainya. Tapi menurutku kalau kau tidak bisa meletakan rasa cemburumu itu di saat yang pas, itu hanya akan memperkeruh keadaan saja.
“Tenanglah Mul, mereka berdua hanya teman saja. Tidak ada hubungan lain.”
“Benarkah itu?”
“Iya, aku sudah mendengar langsung dari orangnya ketika awal bertemu dengannya.”
Riki berusaha menenangkan Maul. Keputusan Riki untuk menenangkan Maul tidaklah buruk, sekarang dia dapat bekerja dengan tenang.
Miyuki pun melihat kami yang sedang membuat api unggun. Tanpa pikir panjang dia langsung berlari menghampiri kami meninggalkan Takeshi seorang diri. Kalau kau melihatnya secara langsung, itu sangat kejam sekali. Tapi aku suka melihat Takeshi yang dicampakan seperti itu.
Itulah yang aku bilang cinta dapat membuatmu menjadi bodoh. Kalau seandainya Takeshi menggunakan nalarnya, seharusnya dia tau kalau Miyuki tidak mau dekat dengannya atau didekatinya. Tapi dia masih saja tidak mau menyerah dan terus mendekatinya.
Apa menurutmu orang seperti Miyuki akan luluh hanya karena kau sering dekat dan menghabiskan waktu dengannya?
Mungkin kalau Miyuki tidak memiliki pandangan yang berbeda tentang cinta seperti yang lainnya dia dapat luluh dengan mudah. Tapi saat ini kita sedang berbicara tentang Miyuki, seorang tuan putri yang memiliki kriteria tertentu untuk menentukan pangerannya sendiri.
“Apa yang sedang kalian lakukan di sini?”
“Kami sedang membuat api unggun untuk acara nanti malam.”
Maul langsung meladeni Miyuki ketika dia datang kepada kami. Sepertinya aku tidak perlu melakukan sesuatu yang merepotkan.
“Api unggun untuk acara nanti malam ya?”
Miyuki pun sedikit berpikir tentang sesuatu.
“Ah aku ada ide… Bagaimana kalau kita adakan acara api unggun gabungan? Kebetulan nanti malam aku juga akan mengadakan acara serupa.”
“Itu ide bagus, bagaimana Rik?”
“Aku tidak dapat memutuskannya sebelum berbicara dengan teman-teman yang lainnya.”
Itu adalah keputusan yang bijak sebagai ketua.
“Ohh begitu… Ya sudah, nanti kalau seandainya sudah ada kepastian kau bisa menghubungiku di penginapan.”
“Baiklah.”
Miyuki pun kembali kepada Takeshi yang masih menunggunya dari kejauhan. Aku melihat Takeshi bukanlah sebagai orang yang sedang mendekatinya, namun penjaga istana yang sedang menjaga tuan putri. Dia seperti seekor anjing yang sangat setia dengan majikannya.
“Apa yang harus aku lakukan Mar?”
“Terserah kau saja, kau seharusnya sudah tau apa yang harus kau lakukan saat ini.”
“Amar benar Rik, sekarang kau lebih baik bertanya dengan teman-teman yang lain.”
Hei Mul, kau tidak salah berbicara kan. Kau tau perkataanmu barusan akan membuat kita berada di kondisi yang tidak diuntungkan.
“Baiklah, aku serahkan yang di sini kepada kalian.”
Ah sial, aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk membuat api unggun ini. Kau harus mentraktirku sesuatu setelah ini Mul.
Riki pun pergi meninggalkan kami dengan segala pekerjaan yang dia berikan kepada kami. Walaupun Maul terlihat senang akan apa yang dilakukan Riki dan bersedia untuk melakukan pekerjaannya. Tapi aku sama sekali tidak senang akan hal ini.
Malam pun tiba dan acara bakar-bakar pun segera dimulai. Untuk acara gabungan yang diusulkan oleh Miyuki, ternyata semua temanku menyetujuinya. Tentu saja hal itu pasti disetujui oleh mereka, karena ini semua adalah usulan dari Miyuki.
Aku sempat mendengar pembicaraan dari teman-temanku yang ikut di sini kalau ada beberapa lelaki yang mencoba mendekati Miyuki. Aku heran kepada semua lelaki, mengapa mereka sangat mudah tergoda hanya dengan paras cantik dari Miyuki.
Dan kondisi yang membuatku sangat tidak nyaman di sini adalah posisi duduk yang sepertinya sudah di atur oleh seseorang agar aku berada di antara Miyuki dan Rina.
“Hei Ar, apa kau tidak apa-apa?”
“Tidak ada.”
“Kamu pasti bohong, kau terlihat lebih diam dibandingkan yang biasanya.”
Bagaimana aku tidak diam, saat ini Maul dan Takeshi sedang memandangku dengan sangat kesal sekali. Maul merasa kalau aku sudah mengkhianatinya, karena tadi sore aku mengatakan kepadanya kalau aku akan membantunya, tapi malah hal ini yang aku lakukan kepadanya.
“Amar, bisakah kau bantu aku memanggang ikan-ikan ini?”
Riki meminta bantuanku. Dengan segera, aku pun langsung pergi menghampirinya untuk lepas dari semua tatapan yang tidak mengenakan.
“Aku tau kau yang merencanakan ini semua kan?”
“Tentu saja tidak.”
Walaupun Riki berkata seperti itu, tapi aku melihat kalau dia sedikit tersenyum. Tapi setidaknya dia berusaha menolongku untuk keluar dari kondisi itu.
“Ada yang bisa kami bantu Pak?”
Aku dan Riki menghampiri Pak Budi yang sedang sibuk menyiapkan bumbu untuk di oleskan ke ikan ketika dibakar nanti.
“Kalian bakar saja ikan yang ada di sana.”
Pak Budi menunjuk sebuah kotak yang terbuat dari gabus yang digunakan untuk menyimpan ikan agar tetap segar.
Aku dan Riki pun langsung mengambil semua ikan yang berada di sana dan pergi ke api unggun untuk membakar ikan-ikan itu.
“Apa kau yakin akan membantu Maul Mar?”
Riki bertanya kepadaku saat sedang membakar ikan. Sepertinya dia tau kalau aku membantu Maul dengan setengah-setengah.
“Entahlah, aku sendiri juga tidak tau ingin membantunya atau tidak.”
“Kau pasti mengetahui sesuatu kan?”
“Tidak ada, mungkin hanya egoku saja yang menginginkan agar Maul tidak mendekati Miyuki.”
“Sepertinya kau benci sekali dengan Miyuki.”
Riki sedikit tertawa kecil ketika mengatakan itu.
“Aku bukannya benci dengannya, hanya saja aku tidak mau sampai-sampai Maul terlibat sebuah masalah yang berkaitan dengan dirinya.”
“Di matamu Miyuki hanya sebagai sumber masalah saja ya.”
“Begitulah.”
Mau bagaimana lagi, semenjak aku bertemu dengannya, aku sudah berulang kali tertimpa masalah mulai dari yang ringan hingga sampai yang terberat.
“Tapi kau harus merubah cara pandangmu itu Mar. Aku rasa Miyuki tidak seburuk itu.”
“Heee… Apa kau sudah mulai suka dengan Miyuki juga?”
Aku berusaha meledek RIki. Karena ucapan seperti itu biasanya dikeluarkan oleh orang yang sudah memiliki rasa kepada Miyuki.
“Tidak mungkin, kalau untuk suka memang dulu aku pernah ada rasa dengannya. Mau bagaimana lagi, siapa lelaki yang tidak suka dengannya… Oh iya, kecuali kau.”
“Kau benar, aku tidak akan mudah menyukai seseorang hanya dengan melihat parasnya saja.”
“Tapi aku menyadari kalau semakin dekat dengan Miyuki, semakin tau kalau dia tidak dapat ku raih. Aku tidak dapat sejajar dengannya.”
Aku baru tau pandangan Riki tentang Miyuki seperti itu. Aku kira selama ini Riki tidak menyukai Miyuki karena sudah ada Kirana di sampingnya, ternyata dia memiliki pandangan tersendiri akan hal itu. Itu baru temanku, dapat menilai sesuatu dengan sudut pandangnya masing-masing.
“Dari pada memikirkan hal itu, lebih baik kita membantu Maul. Aku rasa Maul juga mencurigaimu saat ini.”
“Kau benar Rik, dari tadi pandangannya tidak lepas dariku ketika aku berada di dekat Miyuki.”
Aku melirik ke arah Maul yang sedang bercengkerama dengan teman-temannya sambil menikmati api unggun.
“Baiklah, sepertinya besok akan terjadi sesuatu yang menarik.”
“Kau benar.”
Aku dan Riki pun melihat ke langit yang dipenuhi dengan bintang yang bersinar. Malam itu pun acara api unggun gabungan berjalan dengan lancar dan meriah, Maul pun sepertinya sudah mulai dekat dengan Miyuki, itu dapat terlihat dari cara mereka berbicara.
Aku berharap kalau besok aku dapat bersantai walau hanya sebentar saja.
-End Chapter 17-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments