​Bagian 16 : Rahim

“Om.” Aku menyapanya, lelaki yang sedari aku SMA selalu bermuka masam ketika bertemu.

“Om mau bicara, bisa?” dia bertanya.

“Om sudah duduk, tidak ada alasan untuk tidak bisa bicara.” Aku memasang kuda-kuda dengan kata-kata.

“Sepertinya kamu sudah ingat semua kejadian dulu ya, makanya sekarang kamu sombong.”

Kejadian dulu? Aku akan diam dan mendengarkan kejadian apa itu?

“Malik memang lelaki polos waktu itu, terkena pengaruh burukmu, tapi sekarang dia sudah cukup dewasa untuk tidak lagi berhubungan denganmu.”

“Tidak masalah jika kami sudah tidak berhubungan lagi, karena untukku Malik hanya rekan kerja, aku dibayar mahal disini, itu sepadan untuk bertahan.” Aku duduk di mejaku, sementara Papinya Malik duduk di hadapanku, posisi kami terpisah dengan meja kerjaku.

“Sudah kuduga kalau kau perempuan tidak baik, kau hanya mengejar harta bukan?”

“Mungkin.” Aku tersenyum.

Kulihat Papinya Malik terdiam dengan jawaban singkatku.

“Berapa yang kau mau?”

“Maksud Om?”

“Berapa yang kau mau akan aku berikan, tapi lepaskan Malik.”

“Kalau aku sebutkan berapa, Om tidak akan sanggup.”

“Aku akan cari caranya supaya sanggup.” Dia menantang.

“Aku ingin seluruh hartamu, semua aset yang kau punya, sampai hanya tertinggal baju dibadanmu, dibadan istrimu dan dibadan adiknya Malik, kalau kau berikan, akan kutinggalkan Malik sekarang juga.”

Dia terperangah, dia pikir aku akan menyebutkan nominal rendah.

“Kau gila?”

“Ya, aku tergila-gila pada lelaki itu, Om pikir aku mau dibayar rendah untuk rasa cintaku yang dalam?”

“Kalau kau memang mencintainya, kenapa kau rela melihatnya terluka fisik dan mental hanya untuk bersamamu?”

“Om Pikir bagaimana perusahaan ini maju? Apakah Hani si calon menantu idaman Om yang telah bersama Malik dan membantu merintis usahanya?”

“Seira, apakah aku perlu bersujud untuk membuatmu melepaskan Malik?”

“Bersujudlah kepada Allah Om, aku bukan Tuhan, aku pun tidak menawan Malik, kami sama-sama tertawan, apakah Om kira aku bahagia dengan cinta sepihak ini? Lakukan apapun yang Om bisa lakukan agar Malik pergi meninggalkanku, kalau perlu seret dia kepelaminan untuk menikah dengan Hani.”

“Kau pikir ketika sudah sampai disini, siapa yang bisa menyeret Malik.”

Papinya Malik pergi dengan muka kecewa, maaf aku harus kasar Om, tapi Om yang selalu kasar padaku dan Ibuku, dulu sekali bahkan Om membuat bisnis Ibuku hancur, untung Malik memberi pinjaman dan perlahan bisnis Ibuku bisa bangkit, aku tidak dendam Om, aku hanya merasa Om perlu belajar bagaimana menghargai orang lain tanpa embel-embel harta dan kekuasaan.

...

“Seira, kamu bisa pulang? Mas mu sudah ceritain semuanya ke Mamah, Mamah perlu bicara.” Mama menelpon, pasti Mas udah cerita kalau aku ‘Kambuh’, dia melihat dengan jelas bagaimana aku memperlakukan mereka semua di Kampung Halaman Ayah.

“Iya mah, aku pulang.” Kupesan travel yang terdekat dan bersiap pulang, sebelumnya kutitipkan pesan pada Mita untuk disampaikan ke Malik, bahwa aku ijin beberapa hari, aku takut Ibuku drop, aku malas menghubungi Malik.

“Mbak, kenapa mbak ga cerita ke Mamah? Kenapa Mbak diem aja?” Mama bertanya begitu aku sampai rumah.

“Mbak ga mau Mamah kepikiran.”

“Kamu baik-baik aja kan Mbak? Katanya Mas, kamu bisa melihat si belang tiga lagi?”

“Iya Mah, namanya Panglima Erlangga dan Raden Ammardharma, mereka baik Mah.”

“Ya mereka memang baik tapi yang lain tidak.”

“Maksud Mama?”

“Ya makhluk lain yang ikut kamu lihat, bahkan Mamah memohon pada Si Belang Tiga untuk mengijinkan menyegel kamu, Mamah tidak mau kamu menjadi gila karena mereka.”

“Mamah pernah bertemu Panglima?”

“Iya didalam mimpi.”

“Mamah!!” kakakku berteriak, aku dan Mamah langsung berlari ke kamarnya, disusul Adikku.

“Kenapa Mas?” Aku bertanya dipintu kamar mereka.

“Ayu pendarahan lagi.”

“Lagi? Sudah berapa kali? Kita ke Dokter ya.” Aku siap berangkat, tapi ditahan Mamah.

“Percuma, kita sudah ke tiga Rumah Sakit, semua hasilnya sama, tidak ada apa-apa, Ayu baik-baik saja.” Mamah berbicara dengan nada sedih.

“Tidak akan baik-baik saja kalau pendarahan Mah.” Aku bersikeras membawa Mbak Ayu ke Rumah Sakit.

Aku melangkah Masuk kekamar Mas Ridho dan kaget, Ayu Kakak iparku, dia sedang tergeletak di kamar dan ada noda darah di bajunya, banyak sekali darahnya.

“Mas Ridho! Lu miara Kuntilanak!!!”

“Ser, nggak, nggak! udah gue buang.”

“Lu buang kemana? kesamping tempat tidur lu?!” Aku marah, tapi nanti saja, kulihat Kuntilanak ini sedang menusuk-nusuk rahim kakak Iparku, aku jadi ingat kejadian di gudang Rumah Sakit dulu, ketika kuntilanak di Gudang itu mau melubangi Rahimku.

“Panglima, Karembo Hejo!” Aku meminta Selendang Hijauku.

Kulihat si Kunti sialan ini melirikku lalu berkata dengan lirih dan berbisik, “anak ini milikku.”

“Mas, Mbak Ayu Hamil?!”

“Engga tau Mbak.” Mas Ridho menangis melihat pendarahannya semakin banyak.

“Lepaskan Kakakku!”

“Hei Perempuan kecil, sudah dewasa rupanya kau, dulu kau mengusirku dari rumah lamamu, sekarang kau ingin mengusirku juga?” dia masih berbicara dengan lirih dan kali ini dia mendekatiku dengan tangannya berdarah, mungkin dia bicara ketika aku dulu kecil, aku tidak ingat pernah bertemu apalagi mengusirnya.

Aku menyabetnya dengan karembo, mengenai dadanya, dia kesakitan, Kakakku juga kesakitan. Ada apa ini?

“Panglima Mas Ridho kenapa?”

“Itu Setan yang dimiliki karena ngilmu, dia sudah bersama Kakakmu dari dia masih umur belasan, kita berdua pernah mengusirnya dulu entah kenapa dia kembali lagi dan sekarang dia mengikat erat dengan jiwa kakakmu.”

“Jadi kalau aku membunuh dia, kakakku juga akan celaka?”

“Mungkin.”

“Panglima aku butuh jawaban pasti!”

“Aku tidak yakin.”

Aku harus mengambil keputusan dengan cepat, tapi rasanya bersekutu dengan setan bukan gayaku.

Kulilit selendangku ke lehernya kutarik di ke tiang ditengah rumah, kuikat setan itu, dia kepanasan, selendangku membakar lehernya.

“Lepaskan ikatanmu dengan Kakakku.” Aku memerintah setan itu.

“Tidak bisa!!! Dia yang memintaku!!!”

“Lepaskan Ikatanmu!” Aku semakin mengencangkan ikatan selendangku.

“Iya.... iya!!! Tapi aku minta syarat!!!”

“Hei setan keparat, kami lebih tinggi darimu, jangan sekali-kali kau memerintah kepadaku.”

“Gunakan ini.” Aam datang membawa tombak dari kayu, mata tombak nya terbuat dari emas.

Ketika aku memegang tombaknya, mata tombak mengeluarkan Api, setan perempuan ini langsung menjerit-jerit, tanpa ampun kutombak kepalanya, dari atas hingga tembus ke tubuhnya, hancur lebur tubuhnya.

Kulihat kakakku kesakitan dan pingsan, Aam mengangkat tubuhnya dan membaringkannya di kursi.

“Mas,” aku memanggilnya, dia bangun dan memelukku, lalu memeluk Mama.

“Mas minta maaf Mah, setahun ini dia datang kembali, katanya dia akan membantuku dan Ayu untuk memiliki keturunan.”

“Dia tidak membantumu, justru dia mengambil janin di Rahim Mbak Ayu berkali-kali. Kasihan Mbak Ayu.”

“Mah ambilkan Baskom, Oh Ya Am, tolong beliin kelapa hijau biasanya orang sebut kelapa obat, yang kalau dipotong kulit dalamnya berwarna merah, minta jangan dipotong aku butuh yang utuh.”

“Ok.” Aam bergegas pergi 30 menit kemudian dia kembali dengan kelapanya.

“taro kelapanya di Baskom dalam keadaan berdiri, Mbak Ayu jongkok di atas baskom ya, maaf jangan kenakan pakaian dalam, tahan seberapapun sakitnya.”

Aku memapahnya, Mas Ridho menahan Badan Mbak Ayu agar tetap jongkok diatas baskom isi kelapa.

Aku memegang perut mbak Ayu, lalu aku berdoa dalam hati memohon pertolongan Rabb-ku.

Mbak Ayu mengerang kesakitan, dia mulai berteriak dan mau berdiri, Mas Ridho menahan badan Mbak Ayu agar tetap jongkok, banyak darah yang kembali keluar, dia berteriak kesakitan menangis sejadinya, aku tetap mengusap perutnya.

“Udah Mas, udah keluar.” Aku merasa sudah cukup

“Mbak bangun.” Mbak berdiri dari posisi jongkok dengan lemas, kakaku memapahnya ke sofa.

Semua melihat kearah baskom, ada banyak darah hitam dan juga anak-anak ular melilit di kelapa hijau, dihitung-hitung jumlahnya sekitar 10 ekor, mereka masih hidup tapi melilit di kelapa hijau tidak bergerak.

“Mas Ambil korek, bakar baskom dan ularnya diluar, pastikan mereka mati semua.”

Mas Ridho menuruti dan pergi keluar bersama Aam.

“Mbak, istirahat ya, berdoa, solat, kalau Mas ngajak ke Dukun jangan mau, itu tempat setan, kasian rahim sama Janin Mbak dijadiin makanan mereka.”

Mbak Ayu ke kamar diantar Seina dan Mama, dia menangis sesegukan karena sadar telah kehilangan anaknya beberapa kali.

“Mas, Mbak Ayu recovery dulu ya, doa banyak-banyak Mas, ke Allah jangan ke Dukun, susah banget sih dibilanginnya dari dulu.”

“Mbak, makasih ya, udah nolongin Mas, kamu baik-baik kalau ada apa-apa Mas di kasih tau.”

“Nggak ah, Mas pengaduan, aku kambuh aja Mas bilang ke Mamah.”

“Mbak, keluaga itu tempat mengadu, jangan kayak dulu lagi, ketakutan sendirian ya.”

“Iya Mas.”

Aku pulang lagi ke Ibu Kota, menghadapi kenyataan persoalanku dengan Malik yang kunjung usai.

Terpopuler

Comments

Rikko Nur Bakti

Rikko Nur Bakti

segerrrr

2023-10-24

0

Mey-mey89

Mey-mey89

..

2023-06-16

1

maharastra

maharastra

penasaran sm malik

2022-12-06

2

lihat semua
Episodes
1 (Bagian 1 : Seira dan Malik)
2 (Bagian 2 : Seira Kecil)
3 (Bagian 3 : Seira Kecil Lanjutan)
4 (Bagian 4 : Seira Kecil Lanjutan)
5 (Bagian 5 : Menikahlah denganku)
6 (Bagian 6 : Susuk)
7 Bagian 7 : Cemburu
8 Bagian 8 : Pulau
9 Bagian 9 : Pulau Tak Berpenghuni
10 Bagian 10 : Abah
11 Bagian 11 : Ayah
12 Bagian 12 : Ayi Mahogra
13 Bagian 13 : Malik
14 Bagian 14 : Anak Cucu Iblis
15 Bagian 15 : Aqan Asta
16 ​Bagian 16 : Rahim
17 Bagian 17 : Terhempas
18 Bagian 18 : Aqan Asta
19 Bagian 19 : Cinta Segitiga
20 Bagian 20 : Kepercayaan
21 Bagian 21 : Iblis Bertanduk
22 Bagian 22 : Malik dan cintanya
23 (Bagian 23 : Masa Kuliah)
24 Bagian 24 : Buka Segel
25 Bagian 25 : Pertarungan
26 Bagian 26 : Perlindungan
27 Bagian 27 : Kejujuran
28 Bagian 28 : Masa Kuliah II
29 Bagian 29 : Cinta Kami
30 Bagian 30 : Cintaku, Seira ....
31 Bagian 31 : Hatiku
32 Bagian 32 : Pramudya Aksara
33 Bagian 33 : Pramudya Aksara II
34 Bagian 34 : Pramudya Aksara III
35 Bagian 35 : Cinta Seira dan Malik
36 Bagian 36 : Perpisahan
37 Bagian 37 : Ayi Tirung
38 Bagian 38 : Pengorbanan
39 Bagian 39 : Dunia Ghaib
40 Bagian 40 : Gunung Butir-Butir
41 Bagian 41 : Lembah Merah
42 Bagian 42 : Kesepian
43 Bagian 43 : Penantian
44 Bagian 44 : Tanah Pejuang
45 Bagian 45 : Cermin
46 Bagian 46 : Tugas Tertunda
47 Bagian 47 : Ayi Kayas Gandaria
48 Bagian 48 : Malik Rainan
49 Bagian 49 : Penaklukan Monster
50 Bagian 50 : Si Aing Lengir
51 Bagian 51 : Cinta Tanpa Syarat
52 Bagian 52 : Desa Dusun Mati
53 Bagian 53 : Jebakan
54 Bagian 54 : Penaklukan
55 Bagian 55 : Petapa
56 Bagian 56 :Pelepasan
57 Bagian 57 : Pertarungan Rumit
58 Bagian 58 : Petapa
59 Episode 59 : Cinta Seira & Malik
60 Episode 60 : Kerinduan
61 Bagian 61 : Pertemuan Kembali
62 Bagian 62 : Kita
63 Bagian 63 : Kiriman
64 Bagian 64 : Kerajaan Hutan Selatan
65 Bagian 65 : Raja Bapati
66 Bagian 66 : Strategi Perang
67 Bagian 67 : Panglima Bapati
68 Bagian 68 : Pertahanan
69 Bagian 69 : Keserakahan
70 Bagian 70 : Persiapan
71 Bagian 71: Tragedi
72 Bagian 72 : Terjebak
73 Bagian 73: Kepercayaan
74 Bagian 74: Desa Ayah
75 Bagian 75 : Desa Ayah II
76 Bagian 76 : Pagar Ghaib
77 Bagian 77 : Janggal
78 Bagian 78 : Jawaban
79 Bagian 79 : Satu Lawan Satu
80 Bagian 80 : Undangan Perang
81 Bagian 81 : Perang!!!
82 Bagian 82 : Perang II
83 Bagian 83 : Perang Terakhir 2
84 Bagian 84 : Hukuman
85 (Bagian 85 : Akhir Sebuah Kisah)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
(Bagian 1 : Seira dan Malik)
2
(Bagian 2 : Seira Kecil)
3
(Bagian 3 : Seira Kecil Lanjutan)
4
(Bagian 4 : Seira Kecil Lanjutan)
5
(Bagian 5 : Menikahlah denganku)
6
(Bagian 6 : Susuk)
7
Bagian 7 : Cemburu
8
Bagian 8 : Pulau
9
Bagian 9 : Pulau Tak Berpenghuni
10
Bagian 10 : Abah
11
Bagian 11 : Ayah
12
Bagian 12 : Ayi Mahogra
13
Bagian 13 : Malik
14
Bagian 14 : Anak Cucu Iblis
15
Bagian 15 : Aqan Asta
16
​Bagian 16 : Rahim
17
Bagian 17 : Terhempas
18
Bagian 18 : Aqan Asta
19
Bagian 19 : Cinta Segitiga
20
Bagian 20 : Kepercayaan
21
Bagian 21 : Iblis Bertanduk
22
Bagian 22 : Malik dan cintanya
23
(Bagian 23 : Masa Kuliah)
24
Bagian 24 : Buka Segel
25
Bagian 25 : Pertarungan
26
Bagian 26 : Perlindungan
27
Bagian 27 : Kejujuran
28
Bagian 28 : Masa Kuliah II
29
Bagian 29 : Cinta Kami
30
Bagian 30 : Cintaku, Seira ....
31
Bagian 31 : Hatiku
32
Bagian 32 : Pramudya Aksara
33
Bagian 33 : Pramudya Aksara II
34
Bagian 34 : Pramudya Aksara III
35
Bagian 35 : Cinta Seira dan Malik
36
Bagian 36 : Perpisahan
37
Bagian 37 : Ayi Tirung
38
Bagian 38 : Pengorbanan
39
Bagian 39 : Dunia Ghaib
40
Bagian 40 : Gunung Butir-Butir
41
Bagian 41 : Lembah Merah
42
Bagian 42 : Kesepian
43
Bagian 43 : Penantian
44
Bagian 44 : Tanah Pejuang
45
Bagian 45 : Cermin
46
Bagian 46 : Tugas Tertunda
47
Bagian 47 : Ayi Kayas Gandaria
48
Bagian 48 : Malik Rainan
49
Bagian 49 : Penaklukan Monster
50
Bagian 50 : Si Aing Lengir
51
Bagian 51 : Cinta Tanpa Syarat
52
Bagian 52 : Desa Dusun Mati
53
Bagian 53 : Jebakan
54
Bagian 54 : Penaklukan
55
Bagian 55 : Petapa
56
Bagian 56 :Pelepasan
57
Bagian 57 : Pertarungan Rumit
58
Bagian 58 : Petapa
59
Episode 59 : Cinta Seira & Malik
60
Episode 60 : Kerinduan
61
Bagian 61 : Pertemuan Kembali
62
Bagian 62 : Kita
63
Bagian 63 : Kiriman
64
Bagian 64 : Kerajaan Hutan Selatan
65
Bagian 65 : Raja Bapati
66
Bagian 66 : Strategi Perang
67
Bagian 67 : Panglima Bapati
68
Bagian 68 : Pertahanan
69
Bagian 69 : Keserakahan
70
Bagian 70 : Persiapan
71
Bagian 71: Tragedi
72
Bagian 72 : Terjebak
73
Bagian 73: Kepercayaan
74
Bagian 74: Desa Ayah
75
Bagian 75 : Desa Ayah II
76
Bagian 76 : Pagar Ghaib
77
Bagian 77 : Janggal
78
Bagian 78 : Jawaban
79
Bagian 79 : Satu Lawan Satu
80
Bagian 80 : Undangan Perang
81
Bagian 81 : Perang!!!
82
Bagian 82 : Perang II
83
Bagian 83 : Perang Terakhir 2
84
Bagian 84 : Hukuman
85
(Bagian 85 : Akhir Sebuah Kisah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!