Bagian 8 : Pulau

Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam, sejauh mata memandang hanya hamparan air, aku memperhatikan dua perempuan yang tadi sepertinya tidak ada lalu tiba-tiba muncul, saat aku menengok, kulihat mereka menatapku, Astagfirullah! wajahnya hancur, kain panjang yang menutup tubuhnya tidak membuat kulit hancurnya tertutup dengan sempurna, apakah bau yang begitu anyir ini dari tubuh mereka? Mereka manusia atau ....

“Seiraaa, kenapa apa kau terganggu dengan bau kami?” Tiba-tiba salah satunya sudah ada di hadapanku dan tepat duduk dengan kedua dengkul menekuk, didepanku.

Dari dekat wanita ini begitu menakutkan, taring giginya panjang, sebentar, giginya taring semua!

“Kau mau apa!” Aku menjauhkan wajahku darinya.

“Kau yang mau apa? Kenapa kau berani sekali ke lautan luas ini hah? Tidak taukah baumu begitu menggoda?” sekarang lidahnya menjulur-julur dia bermaksud akan menjilat wajahku.

Aku hanya mampu terpaku dan terdiam, aku masih berusaha menjauhkan wajahku dari juluran lidahnya.

“Menjauhlah!” Aku berusaha berteriak, tapi yang terdengar hanya bisikan saja, tubuhku rasanya kaku.

“Sudah tinggalkan wanita itu.” aku mendengar dari arah kananku ada suara, apa itu? ada seseorang bergaun merah, dia tidak berada di perahu boat ini tapi dia, mengapung!!!

“Jangan ikut campur!!!” Wanita yang wajahnya rusak ini berteriak kearah perempuan bergaun merah, wajahnya tidak bisa kulihat dengan jelas, tapi tubuhnya begitu putih bercahaya, siapa wanita ini?

Wanita yang wajahnya hancur mencengkram leherku, aku memegang tangannya yang ternyata juga hancur, aku berusaha melepas cengkramannya, tapi gagal, yang terlepas hanya kulitnya yang hancur saja, menjijikan!

Tubuh wanita ini hancur seperti biskuit yang tercebur kedalam gelas teh dan perlahan-lahan kulir dari biskuit itu luruh karena air, kulit wanita ini juga seperti itu, gampang sekali lepas, tapi tangannya begitu kuat mencengkramku.

Aku kehabisan nafas, aku mataku melotot refleksi dari cekikan ini, aku mulai kehabisan nafas, rasanya darah berkumpul di kepalaku.

Lalu kulihat tangan wanita menjijikan ini dililit oleh gaun merah dan perlahan tangannya terangkat karena gaun itu menariknya dengan kuat.

Aku terbatuk tepat setelah cekikannya itu lepas.

Belum selesai nafasku kembali normal, wanita yang wajahnya hancur satu lagi yang dari tadi hanya duduk di pojok perahu boat ini berlari kearahku dan menuburk tubuhku hingga jaruh di dalam perahu.

Dari dekat wajahnya sama mengerikannya dengan wanita pertama, dia mengeluarkan tinta hitam dari mulutnya, tinta itu mengotori seluruh mukaku, aku berteriak dan berusaha mendorong tubuhnya dari tubuhku, aku tidak bisa bernafas karena cairan tinta ini semakin banyak dan semakin kencang menyemprotku, menjijikan!

“Aaaa!!! To-tolooonggg!!!”

“Bu, bu, bu!!!”

Aku menatap diatasku ternyata pegawai hotel, dia terlihat kebingungan.

“I-itu mas.” Aku mencoba memberitahunya tentang dua wanita buruk rupa yang ada di dalam kapal boat ini.

“Ada apa ya bu?” saat kami menoleh kembali kearah yang kutunjuk, dua wanita itu menghilang, tidak ada.

“Ti-tidak apa-apa Mas.” Aku menunduk.

“Kita sudah sampai ya.”

Petugas hotel itu menepikan kapal boatnya dan membantuku turun, lalu kami berjalan menyusuri pasar di pinggir pantai ini, ada banyak sekali orang, mereka berjualan buah0-buahan, sayur-sayuran dan ada juga yang menjual baju khas pantai, ramai sekali.

Sekitar 20 menit kami berjalan dari pantai baru terlihat bangunan hotelnya, sepertinya bangunan yang sudah lama sekali, gaya arsitekturnya seperti jaman-jaman penjajahan dulu, memiliki 2 menara, klasik, dengan bangunan kokoh dari batu bata, aku tahu karena bangunan ini terlihat mengelupas di beberapa bagian dan batu bata terlihat terlumuti, jendela-jendelanya berbentuk segi empat dengan empat pintu, jendela yang lumayan besar dan gelap, lalu atapnya masih terbuat dari genteng yang disusun tanpa pengeleman sama sekali, semoga bangunan ini tidak bocor di waktu hujan.

Lalu aku dan seorang pegawai hotel yang memang menjemputku dari bandara masuk ke lobby, lobby yang bisa dibilang ruang tamu sederhanya hanya ada meja kayu yang tingginya sekitar seratus centi meter, ada sebuah buku panjang, dulu orang memakai itu untuk menulis laporan pengeluaran harian, mereka menyebutnya buku kas, oh Tuhan, dia merekap tamu hanya dengan buku ini? lalu bangku dari kayu yang diduduki oleh si penerima tamu.

Bahkan seragam penerima tamu ini juga bisa dibilang klasik, dia memakai kebaya dengan kain jarik sebagai bawahannya, rambutnya di gulung sederhana, dulu nenekku sebelum dia wafat, persis sekali bergaya seperti ini. Tapi itu kan karena dia juga gadis yang berasal dari tahun 1920-an, jadi wajar ketika dia tua, dia tetap setia pada gaya yang di jamannya merupaan gaya yang trendi, yaitu kebaya dan kain jarik, serta konde sederhana dengan hiasan jepit bunga mawar di tengahnya.

“Mbak saya Seira, saya sudah memesan hotel ini dari internet dan katanya tidak perlu untuk reservasi ulang. Apakah kamar saya sudah di siapkan?” Aku memberitahukan tentang pesanan kamarku, pegawai ini menatapku dengan senyum, senyum yang aneh, seperti, seringai.

“Kamar nomor 24 ya bu, sudah dibersihkan.”

Untung Hotel masih beroperasi, walau entah hotel bintang berapa ini, lobbynya lembab, tembok retak di beberapa bagian dan bagusnya tidak ada lift, ga kebayangkan naik lift yang berada di gedung tua macam ini?

Setelah mendapatkan kunci aku menuju lantai 3 dengan tangga yang tentunya terlihat sangat usang seperti keseluruhan hotel ini, masih ditemani petugas hotel yang tadi menjemputku.

Saat melewati lorong menuju kamar, perasaanku sudah tidak enak, rasanya pengap sekaligus dingin padahal tidak ada AC disepanjang lorong, benar saja begitu kamarku sudah dekat aku melihat ada seorang perempuan berjalan dengan menyeret kakinya, wajahnya ditutupi oleh rambut.

“Jangan takut bu, dia biasa bolak-balik.”

Orang yang mengantarku ke kamar ternyata bisa melihat juga.

“Masnya, bisa lihat?”

“Lihat apa? Perempuan itu? Bisa lah mbak, dia itu wanita yang tidak waras, tapi orang tuanya pemilik hotel, makanya dia bisa bolak-balik disini.”

“Oh, ternyata ... ”

“Ternyata apa mbak?” lelaki itu bertanya sembari membuka pintu kamar hotelku, begitu pintunya dibuka.

“Astagfirullah!!!” aku berteriak.

“Ada apa mbak?” lelaki itu bingung.

“Tidak, i-itu ... “ Aku menunjuk kedalam kamar yang sudah di buka, tadi aku melihat ada begitu banyak makhluk yang mengerikan.

Tapi lagi-lagi begitu aku berbalik tidak ada siapa-siapa.

“Saya masukkan semua barang ibu di kamar ini ya?” Pegawai hotel membuka pintunya lebar dan membawa semua barangku. Aku mengikutinya, pengap sekali kamar ini.

“Mas bisa buka jendelanya? Ini sudah di bersihkan belum sih? Kok.”

“Maaf bu untuk kamar ini jendelanya rusak jadi nggak bisa dibuka, kamar sudah di bersihkan begitu juga dengan kamar mandinya, ini kuncinya bu.” Pegawai itu pergi setelah dia menyerahkan kuncinya, dia sama sekali tidak sungkan karena aku tidak suka kamar ini, tidak merasa bersalah sedikitpun.

Kamar bau pengap, jendela rusak masa di kasih ke tamu, kalau bukan karena pak Hanif pasti aku sudah keluar cari hotel lain, tapi mana ada hotel lain, orang tadi aku liat hanya ada rumah penduduk dan sepertinya kalau kita berjalan ke dalam, hanya akan ada hutan.

Rebahan dikit lah, sebelum ke rumah Pak Hanif. Lalu aku merebahkan badanku, kasurnya terasa sangat keras, bantalnya juga, dan baunya, sangat apek.

Tapi ini lebih baik, setelah di cekek setan dan di hujani kotoran, tidur sebentar aku rasa nggak apa-apa, aku pun terlelap.

DUG DUG DUG.

Rasanya baru beberapa detik aku memejamkan mata, tapi ada yang mengetuk pintu kamarku, kencang sekali, tidak sopan!

Aku bangkit dan mengintip dari lubang intip, untung ada lubang intipnya.

Saat aku mengintip, ASTAGFIRULLAH!!!

Terpopuler

Comments

Rafa Retha

Rafa Retha

energi karuhun terasa....pusing, mual dan malas

2023-10-08

0

Mey-mey89

Mey-mey89

semangat thorrr

2023-06-11

1

Else Widiawati

Else Widiawati

emang kemana bp2 tadi?

2023-01-08

1

lihat semua
Episodes
1 (Bagian 1 : Seira dan Malik)
2 (Bagian 2 : Seira Kecil)
3 (Bagian 3 : Seira Kecil Lanjutan)
4 (Bagian 4 : Seira Kecil Lanjutan)
5 (Bagian 5 : Menikahlah denganku)
6 (Bagian 6 : Susuk)
7 Bagian 7 : Cemburu
8 Bagian 8 : Pulau
9 Bagian 9 : Pulau Tak Berpenghuni
10 Bagian 10 : Abah
11 Bagian 11 : Ayah
12 Bagian 12 : Ayi Mahogra
13 Bagian 13 : Malik
14 Bagian 14 : Anak Cucu Iblis
15 Bagian 15 : Aqan Asta
16 ​Bagian 16 : Rahim
17 Bagian 17 : Terhempas
18 Bagian 18 : Aqan Asta
19 Bagian 19 : Cinta Segitiga
20 Bagian 20 : Kepercayaan
21 Bagian 21 : Iblis Bertanduk
22 Bagian 22 : Malik dan cintanya
23 (Bagian 23 : Masa Kuliah)
24 Bagian 24 : Buka Segel
25 Bagian 25 : Pertarungan
26 Bagian 26 : Perlindungan
27 Bagian 27 : Kejujuran
28 Bagian 28 : Masa Kuliah II
29 Bagian 29 : Cinta Kami
30 Bagian 30 : Cintaku, Seira ....
31 Bagian 31 : Hatiku
32 Bagian 32 : Pramudya Aksara
33 Bagian 33 : Pramudya Aksara II
34 Bagian 34 : Pramudya Aksara III
35 Bagian 35 : Cinta Seira dan Malik
36 Bagian 36 : Perpisahan
37 Bagian 37 : Ayi Tirung
38 Bagian 38 : Pengorbanan
39 Bagian 39 : Dunia Ghaib
40 Bagian 40 : Gunung Butir-Butir
41 Bagian 41 : Lembah Merah
42 Bagian 42 : Kesepian
43 Bagian 43 : Penantian
44 Bagian 44 : Tanah Pejuang
45 Bagian 45 : Cermin
46 Bagian 46 : Tugas Tertunda
47 Bagian 47 : Ayi Kayas Gandaria
48 Bagian 48 : Malik Rainan
49 Bagian 49 : Penaklukan Monster
50 Bagian 50 : Si Aing Lengir
51 Bagian 51 : Cinta Tanpa Syarat
52 Bagian 52 : Desa Dusun Mati
53 Bagian 53 : Jebakan
54 Bagian 54 : Penaklukan
55 Bagian 55 : Petapa
56 Bagian 56 :Pelepasan
57 Bagian 57 : Pertarungan Rumit
58 Bagian 58 : Petapa
59 Episode 59 : Cinta Seira & Malik
60 Episode 60 : Kerinduan
61 Bagian 61 : Pertemuan Kembali
62 Bagian 62 : Kita
63 Bagian 63 : Kiriman
64 Bagian 64 : Kerajaan Hutan Selatan
65 Bagian 65 : Raja Bapati
66 Bagian 66 : Strategi Perang
67 Bagian 67 : Panglima Bapati
68 Bagian 68 : Pertahanan
69 Bagian 69 : Keserakahan
70 Bagian 70 : Persiapan
71 Bagian 71: Tragedi
72 Bagian 72 : Terjebak
73 Bagian 73: Kepercayaan
74 Bagian 74: Desa Ayah
75 Bagian 75 : Desa Ayah II
76 Bagian 76 : Pagar Ghaib
77 Bagian 77 : Janggal
78 Bagian 78 : Jawaban
79 Bagian 79 : Satu Lawan Satu
80 Bagian 80 : Undangan Perang
81 Bagian 81 : Perang!!!
82 Bagian 82 : Perang II
83 Bagian 83 : Perang Terakhir 2
84 Bagian 84 : Hukuman
85 (Bagian 85 : Akhir Sebuah Kisah)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
(Bagian 1 : Seira dan Malik)
2
(Bagian 2 : Seira Kecil)
3
(Bagian 3 : Seira Kecil Lanjutan)
4
(Bagian 4 : Seira Kecil Lanjutan)
5
(Bagian 5 : Menikahlah denganku)
6
(Bagian 6 : Susuk)
7
Bagian 7 : Cemburu
8
Bagian 8 : Pulau
9
Bagian 9 : Pulau Tak Berpenghuni
10
Bagian 10 : Abah
11
Bagian 11 : Ayah
12
Bagian 12 : Ayi Mahogra
13
Bagian 13 : Malik
14
Bagian 14 : Anak Cucu Iblis
15
Bagian 15 : Aqan Asta
16
​Bagian 16 : Rahim
17
Bagian 17 : Terhempas
18
Bagian 18 : Aqan Asta
19
Bagian 19 : Cinta Segitiga
20
Bagian 20 : Kepercayaan
21
Bagian 21 : Iblis Bertanduk
22
Bagian 22 : Malik dan cintanya
23
(Bagian 23 : Masa Kuliah)
24
Bagian 24 : Buka Segel
25
Bagian 25 : Pertarungan
26
Bagian 26 : Perlindungan
27
Bagian 27 : Kejujuran
28
Bagian 28 : Masa Kuliah II
29
Bagian 29 : Cinta Kami
30
Bagian 30 : Cintaku, Seira ....
31
Bagian 31 : Hatiku
32
Bagian 32 : Pramudya Aksara
33
Bagian 33 : Pramudya Aksara II
34
Bagian 34 : Pramudya Aksara III
35
Bagian 35 : Cinta Seira dan Malik
36
Bagian 36 : Perpisahan
37
Bagian 37 : Ayi Tirung
38
Bagian 38 : Pengorbanan
39
Bagian 39 : Dunia Ghaib
40
Bagian 40 : Gunung Butir-Butir
41
Bagian 41 : Lembah Merah
42
Bagian 42 : Kesepian
43
Bagian 43 : Penantian
44
Bagian 44 : Tanah Pejuang
45
Bagian 45 : Cermin
46
Bagian 46 : Tugas Tertunda
47
Bagian 47 : Ayi Kayas Gandaria
48
Bagian 48 : Malik Rainan
49
Bagian 49 : Penaklukan Monster
50
Bagian 50 : Si Aing Lengir
51
Bagian 51 : Cinta Tanpa Syarat
52
Bagian 52 : Desa Dusun Mati
53
Bagian 53 : Jebakan
54
Bagian 54 : Penaklukan
55
Bagian 55 : Petapa
56
Bagian 56 :Pelepasan
57
Bagian 57 : Pertarungan Rumit
58
Bagian 58 : Petapa
59
Episode 59 : Cinta Seira & Malik
60
Episode 60 : Kerinduan
61
Bagian 61 : Pertemuan Kembali
62
Bagian 62 : Kita
63
Bagian 63 : Kiriman
64
Bagian 64 : Kerajaan Hutan Selatan
65
Bagian 65 : Raja Bapati
66
Bagian 66 : Strategi Perang
67
Bagian 67 : Panglima Bapati
68
Bagian 68 : Pertahanan
69
Bagian 69 : Keserakahan
70
Bagian 70 : Persiapan
71
Bagian 71: Tragedi
72
Bagian 72 : Terjebak
73
Bagian 73: Kepercayaan
74
Bagian 74: Desa Ayah
75
Bagian 75 : Desa Ayah II
76
Bagian 76 : Pagar Ghaib
77
Bagian 77 : Janggal
78
Bagian 78 : Jawaban
79
Bagian 79 : Satu Lawan Satu
80
Bagian 80 : Undangan Perang
81
Bagian 81 : Perang!!!
82
Bagian 82 : Perang II
83
Bagian 83 : Perang Terakhir 2
84
Bagian 84 : Hukuman
85
(Bagian 85 : Akhir Sebuah Kisah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!