Aku kelelahan setelah acara doa kemarin, ular setan penipu itu telah pergi dari sana, aku tidak tahu dengan jelas apa maksud ular itu menipuku, yang aku tahu, dia berusaha mendapatkan perjanjian baru denganku, dia terpantek di lift itu karena perjanjian lama dengan majikan sebelumnya, perjanjian baru dia butuhkan untuk lepas dari lift, rupanya dia mengejar tubuhku, tapi ada satu kalimat yang membuat telingaku berdengung yang dibisikkan oleh ular setan itu, kata itu seakan memiliki makna yang mendalam, sampai membuat telingaku berdengung dengan kencang, aku butuh penjelasan dari Pak Hanif, dia sepertinya tahu apa maksud ular setan itu, aku akan menanyakan besok, karena hari ini weekend.
...
“Malik!!!” aku membanting pintu ruangannya dengan kencang.
“Ser, ada apa sih?” Malik terlihat datar, bahkan tidak menoleh dari laptopnya, dia duduk di mejanya yang berada tepat di depan pintu masuk.
“Pak Hanif mutasi? Mutasi kemana?” Pagi ini aku menelpon ruangan Pak Hanif, kata asistennya, pak Hanif sudah mutasi perhari ini, aneh, aku HRD dan aku tidak tahu, harusnya yang mengurus mutasi karyawan adalah aku, dibutuhkan tanda tanganku untuk membuat surat resmi mutasi, akan ada perbincangan mengenai lokasi, gaji dan jobdesk sebelum seorang pegawai dimutasi, setelah semua sepakat akan terbit surat mutasi yang ditandatangani olehku sebagai kepala HRD dan oleh Malik sebagai Direksi. Lalu kenapa Pak Hanif pergi begitu saja, tanpa surat resmi tanpa kesepakatan, aneh.
“Dia minta mutasi ke dekat rumahnya, katanya dalam waktu dekat dia akan menikah.”
“Menikah? Ga lah! Dia ga bilang sama aku?”
“Kamu siapa? Ibunya? Kakaknya? Atau pacarnya?” nadanya datar tapi tatapannya tajam.
“Aku HRD! Dia mutasi, dia menikah, semua berpengaruh pada gajinya dikantor ini, jika dia menikah statusnya harus berubah menjadi menikah dan asuransi kesehatannya harus dirubah karena istrinya dan calon anaknya kelak akan turut ditanggung kesehatannya oleh perusahaan kita.” Aku tahu Malik cerdas, tapi aku adalah Seira, wanita disampingmu yang mati-matian berusaha mengejar langkah cerdasmu.
“Ser, Aku ga tau, kamu tanya sendirilah kenapa dia pergi terburu-buru, aku menyetujui karena dia baik pada kita bukan? Apa salahnya? Permintaannya mudah.”
“Malik, kita butuh Pak Hanif, seluruh sistem di perusahaan ini dia yang kerjakan, kalau dia tinggalkan begitu saja bagaimana dengan sistem diperusahaan ini? Bagaimana dengan server, bagaimana dengan jaringan, bagaimana dengan seluruh struktur informatika diperusahaan ini?”
“Ser, Hanif punya asisten yang ga kalah pintar, aku sudah atur, dia akan menggantikan Hanif, ini keputusanku dan kamu tidak berhak mengkoreksi keputusan yang diambil oleh Owner.” Malik kembali menatap layar laptopnya.
“Maaf Malik, aku lupa aku hanya pegawai.” Aku menatapnya dengan tajam, dia tidak berpaling dari layar laptopnya, saat keluar kulihat sekertarisnya sedang berada dimejanya, dia tidak menyapaku bahkan tidak menoleh, sombong sekali sekertaris ini, baiklah dia sudah pakai celana panjang, aku tidak punya kesempatan untuk memarahinya.
Aku mencoba menghubungi Pak Hanif sesudahnya tapi sayang sekali, Pak Hanif tidak menjawab telepon genggamnya, aku sudah telepon cabang dan selalu saja ada alasan Pak Hanif tidak bisa menjawab teleponku. Aku tidak memiliki perasaan apapun pada Pak Hanif, aku juga tidak masalah dia di Mutasi, aku hanya merasa penasaran dengan kata dari ular setan itu, itu cukup mengganggu.
“Bu Seira, maaf ini beberapa lembur karyawan yang perlu di Approve dan KPI yang perlu di Review, 3 pegawai baru bu.” Mita menyerahkan dokumen seperti biasa begitu aku sampai diruanganku, selain gaji akupun mengurus KPI atau Key Perfomance Indikator karyawan baru, aku harus mereview pekerjaan mereka berdasarkan data dari atasannya, hal ini diperlukan untuk menimbang masih melanjutkan kerja sama atau memutuskan kerja, “Bu, mmm...” Mita bergumam.
“Ada apa?” Aku menoleh kearah mukanya.
“Soal sekertaris Pak Malik bu, 3 KPI itu, dia salah satunya.”
“Trus.”
Aku mulai menyuruhnya duduk, Mita hanya resepsionis bagi banyak orang, tapi sebenarnya dia adalah resepsionis yang merangkap menjadi asistenku, aku bilang pada Malik, untuk menilai orang aku butuh perpanjangan tangan, artinya orang yang bisa dekat dengan siapapun dan aku fikir Mita si resepsionis adalah orang yang tepat, aku selalu bisa mendapatkan informasi yang akurat darinya, walau begitu aku tidak menelan mentah informasi dari dia, karena Mita tahu saat laporan soal pegawai dia akan menggunakan bahasa resmi dan bukan bahasa gosip untuk menjatuhkan orang lain, dia sudah kudidik dengan tepat.
“Ada yang melihat Pak Malik makan malam dengan Sekertarisnya bu.”
“Mita, dia itu sekertaris, kalau bos meeting di restoran ya sekertarisnya ikut dong, sama aja kayak yang dulu-dulu.”
“Tapi bu, makan malamnya, sabtu malam di Sky Lounge Binary.”
Dadaku langsung sesak, sabtu malam, malam minggu!!! Sky Lounge Binary!!! Malik tidak pernah meeting di malam minggu, dia bilang itu akan menimbulkan kerancuan antara batas profesional dan privacy, lalu Sky Lounge Binary, tempat yang tidak akan pernah Malik datangi kecuali dengan perempuan yang dia sayang! Hanya aku yang pernah dia ajak ke sana dan sekarang ada perempuan lain!
“Mita keluar, jangan ada yang masuk ruangan saya.” Mita keluar dengan tenang, dia tahu ada yang tak beres dan dia tahu sekertaris itu akan keluar cepat atau lambat. Ya, sekertaris itu tidak tau, dia telah mengusik nyonya rumah perusahaan ini.
...
“Kamu cuti?” Malik langsung keruanganku begitu melihat lembar cuti yang disampaikan Mita ke Mejanya.
“Ya.” Aku tidak menatapnya, aku pura-pura fokus pada layar laptop.
“Ga bisa mendadak dong Ser, aku udah ada jadwal satu minggu ini.”
“Yang ada jadwal kan kamu, trus masalahnya apa? Yang cuti kan aku.”
“Ser, kita sudah sepakat bukan, kemanapun aku pergi kamu akan ikut dan sebaliknya.” Malik menarik bangku dan duduk disampingku.
“Ga juga tuh, kesepakatan ga harus selalu ditepati bukan?” Aku menghujam matanya dengan tatapan sinis.
“Ser, kamu mau kemana?”
“Aku mau ketemu Pak Hanif.”
“Ser!” Malik membentakku.
“Malik, Pak Hanif tidak mengangkat telponku, tidak membalas chatku, aku harus ketemu dengannya.”
“Kita pergi minggu depan, aku kosongkan jadwalku.”
“Enggak! Aku sudah pesan tiket pesawat dan hotel.”
“Cancel.”
“Enggak!” Aku meninggikan suara.
“Sejak kapan Seira menjadi pembangkang? Seira mencoba menguji kesabaranku.” Malik menggunakan cara pamungkasnya, dia melembutkan suaranya.
“Pak Malik, Bos yang terhormat, saya harus cuti, lagian sudah berapa tahun saya tidak cuti, kenapa harus heboh sih?”
“Ser, kamu tau masalahnya bukan dicutinya, kamu pergi sendirian, bertemu dengan orang asing, bagaimana aku tidak heboh.”
“Malik, saya tidak sendirian saya bersama penumpang pesawat yang lain, pilot dan pramugari, lalu saya bertemu dengan Pak Hanif bukan dengan dengan orang asing.”
“Ser! Ga bisa, kamu harus pergi denganku, kita sudah sepakat.” Malik mulai memerintah.
“Kesepakatan berakhir begitu salah satu dari kita melanggarnya dan aku bukan pelaku pelanggaran itu.”
“Apa maksudmu? Aku selalu pergi denganmu apapun itu, kemanapun itu.”
“Oh ya? Bagaimana dengan sabtu malam kemarin dan Sky Lounge Binary.”
Malik terdiam, aku tidak bisa membaca ekspresinya, dia tidak kaget ataupun merasa tertangkap.
“Lihat kau tidak mengajakku bukan?”
“Itu hanya makan malam biasa Ser, aku lapar lalu kita makan, udah itu aja.”
“Hanya makan malam biasa? Malik, itu malam minggu dan itu tempat favoritmu, tempat itu adalah restoran yang berlokasi diatap gedung lantai 20, di sana kita bisa lihat kota jakarta yang indah, kamu bilang itu tempat istimewa, itu bukan makan malam biasa, kalau kau memang menyukainya, gentle dong, jangan bawa dia keperusahaan ini, bawa dia kerumahmu atau kalau perlu kepelaminan sekalian.” Mataku memerah, hampir saja air mata turun, aku marah, aku cemburu dan aku sakit, sakit sekali rasanya. Aku melihat Malik tertarik dengan perempuan lain, lagi.
“Aku tidak pernah tertarik membawa siapapun ke pelaminan selain Seira.”
“Jangan berbicara seolah kita pasangan, kita hanya bos dan pegawai atau sahabat kecil atau hanya si punguk merindukan bulan, kau tidak mencintaiku Malik, pernikahan bukan MOU yang kau tanda tangani dengan pasal-pasal, menikah itu karena kau cinta dan kau butuh orang itu disisimu, maaf Malik, kalau kau tidak cinta aku, bukan aku orang yang akan menemanimu ke pelaminan, oh ya, soal Pak Hanif, aku harus pergi, aku harus mendapatkan jawaban, kalau kau bilang makan malam itu biasa, maka apa yang aku lakukan sekarang, bertemu dengan Pak Hanif hanya sebuah kejadian biasa tanpa ada hal istimewa didalamnya, itu saja.”
“Ser, kalau ini bukan kejadian istimewa, kau tak akan mengejar Hanif sejauh ini, dia sudah terpisah pulau dan kau mengejarnya.” Malik keluar ruangan, dia terlihat kecewa, kalau dia kecewa, aku cemburu. Kurasa ini impas.
...
Saat ini aku sudah ada pesawat, untuk sampai pulau itu, dimana Pak Hanif tinggal, aku harus menyebrang dengan pesawat, lagian kenapa harus ke pulau terpencil itu sih Pak Hanif di mutasi, lokasi itu kan untuk memberi kesempatan penduduk lokal bekerja, hanya untuk lapangan pekerjaan, itung-itung proyek amal perusahaan, ga butuh IT yang handal pula, orang jaringan aja luar biasa lamban.
“Ibu Seira.” Aku sudah sampai di bandara pulau ini, seseorang menepuk punggung ku.
“Oh Iya, siapa ya?”
“Saya pegawai hotel, saya mau menjemput Ibu.”
“Loh, saya ga pesan jemputan.”
“Iya ini pelayanan khusus bu, ibu sudah menginformasikan jam kedatangan makanya kami jemput.”
“Oh, Ok baguslah.” Beruntung sekali aku, karena untuk menjangkau kediaman Pak Hanif setelah turun dari bandara kita harus menyewa lagi pesawat kecil untuk mendekati lokasi, lalu dilanjutkan dengan kapal boat untuk benar-benar sampai di lokasi, untung saja hotel memberikan fasilitas jemput, walau tidak ada pemberitahuan sebelumnya.
Disepanjang perjalanan petugas hotel hanya diam saja, terkadang pandangannya aneh, seperti kosong. Kami sudah turun dari pesawat kecil lalu dilanjutkan naik Kapal Boat, Petugas hotel mengarahkanku ke Kapal Boat fasilitas hotel, begitu naik kulihat pengemudi kapal tidak menyapaku, wajahnya tertutup topi khas nelayan, begitu aku duduk di Kapal boat yang ukurannya kecil ini, aku mencium bau anyir yang sangat tajam, aku muntah.
“Pak, bau banget sih.”
“Memang bu, namanya juga laut, pasti bau amis.” Petugas Hotel menjawab.
“Masa sih sebau ini pak? Sampe mual saya.”
“Mungkin Ibu mabuk laut, tidur saja dulu, nanti kalau sudah sampe saya bangunkan, soalnya lumayan lama, mungkin sekitar 45 menit baru sampai.”
“Oh selama itu ya? Perasaan dulu saya kesini hanya setengah jam untuk sampai pulau.”
“Tidak Bu, Ibu salah ingat, memang 45 menit.”
“Oh ya?” Aku tidak tidur, aku tidak mau tidur ditengah-tengah orang asing. Aku mengedarkan pandangan untuk mengalihkan bau yang masih menyengat ini, sayup-sayup kudengar suara rintihan, suara siapa itu? Aku berbalik dan kulihat ada 2 perempuan disana, tadi perasaan tidak ada orang selain kami bertiga, kapan kedua perempuan ini naik? mereka menggunakan kerudung, lagi-lagi wajahnya tidak terlihat, apakah mereka makhluk-makhluk itu? kulihat Petugas Hotel membelakangiku, hal yang sama dilakukan juga oleh pengemudi kapal boat ini, yang aku inginkan hanya cepat sampai di Hotel, aku takut, ditengah laut apa saja bisa terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
pioo
“terpantek”🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-07-12
0
Kustri
☕meluncuuuur
2024-05-28
0
ic
its sky long binary lik.. its my dream....!!!!! wkwkwkw
2024-02-29
0