Kita sudah sampai di lokasi yang Aqan Asta bilang aku akan mendapatkan jawaban dari semua pertanyaanku.
“A, ini bukannya daerah rumahku yang dulu?” aku tidak tahu harus menyebut Aqan Asta dengan sebutan apa, karena Bayu memanggilnya Aa aku ikut saja.
“Loh bukannya semua berasal dari sini? kita harus mulai dari akarnya.” Lalu dia berjalan kearah Gang yang kupikir aku tahu tempat apa itu.
“Assalamualaikum.” Aqan Asta mengetuk dan mengucapkan salam, ini adalah tempat Mas Ridho dulu ngaji.
“Waalaikumsaam.”dari dalam terdengar balasan salam dan pintu terbuka.
“Bu, saya temennya Pak Haji Iman, Bapak ada?” Sepertinya itu Ibunya guru ngaji Mas Ridho.
“Masuk dulu,” dia mempersilahkan kami masuk, “Iman masih di tempat Terapi, seminggu lagi baru pulang.
“Masih sakit ya bu? Parah sakitnya?”
“Sudah lumayan sembuh, tinggal pemulihan saja.”
Kulihat raut wajah Aqan Asta agak menegang.
“Bu, bisa minta alamatnya tempat terapi Pak Haji Iman?”
“Oh, telepon Imam saja tanyakan alamatnya.”
“Sudah bu tapi tidak diangkat dan tidak dibales SMS nya.”
“Coba lagi aja, Iman ga pernah mengabaikan temannya yang menghubungi dia.” Ibunya terdengar curiga dengan cara Aqan Asta memaksa meminta alamat terapi Pak Haji Iman.
“Tapi bu, begini...”
“Bu, Masih ingat Seira ga?” Aku mencoba membuat Aqan Asta lebih natural, walau aku tidak tahu apa tujuannya.
“Seira siapa ya?”
“Anaknya Ibu Rensi, yang dulu ngontrak di rumah pak H. Laksono.” Aku mencoba mengingatkan.
“Oh, Ya Allah, Seira ini, udah dewasa ya, kamu pindah sama mama kan pas SMA ya, katanya mama dapat modal buat buka usaha, jadinya pindah ke pinggiran kota.”
“Iya bu bener.”
“Mama gimana? Sehat? Kok ga pernah main kesini lagi si Mama?”
“Mama sehat Alhamdulillah, udah pindah ke luar kota bu, jadinya agak susah kalau mau kesini, udah ga kuat jalan jauh juga bu.”
Sesaat setelah obrolan basa-basi itu, aku memberi tanda kepada Aqan Asta untuk pamit, aku tidak mau kami diusir karena kelakuannya.
Kami pun keluar dari rumah guru Ngaji Kakakku, dulu disinilah Mas Ridho ngaji, tapi gosipnya dia juga ngilmu.
“Tadi ngapain sih nyari guru ngajinya Mas Ridho?” Aku bertanya ketika kami sudah di Kafe agak jauh dari rumah lamaku.
“Seperti yang aku bilang, semua berawal dari sana Ayi.”
“Maksudnya ‘A ?”
“Ayi ingat kapan tepatnya Ayi tidak lagi melihat ‘mereka’?”
“Mungkin sekitar umur 11 Tahun pas kelas 6 SD.”
“Ayi ingat bagaimana awalnya?”
“Aku curiga mama kasih air ke aku, karena ketika meminum air itu aku ngantuk sekali dan tertidur, lalu aku muntah banyak dan mama tidak bertanya, malah terkesan sudah tahu aku akan muntah, setelah kejadian itu aku tidak bisa melihat mereka lagi, Mata dan telingaku cenderung menurun kemampuannya, bahkan tidak hanya soal mereka.”
“Ya tepat, jadi Pak Haji Iman lah yang menyegelmu, dia yang memberikan air itu, katanya di Ibukota ini hanya dia yang mampu menyegel Ayi, tapi aku kaget dia juga bisa membuat Ayi dengan pangkat Mahogra tersegel.”
“Oh Gitu.” Aku memang tidak pernah menanyakan mama tentang air yang dikasih ke aku, mungkin aku juga tidak berniat tahu apa yang terjadi kepadaku, aku hanya tidak ingin membebani mama, menjadi anak normal saja beban mama sudah berat, apalagi menjadi anak tidak normal, pasti mama akan banyak menderita, itu pemikiranku dulu.
“A, kenapa ya pas kita berjabat tangan, aku terpental, bahkan pembuluh darahku pecah.”
“Karena segel itu.”
“Segel itu?”
“Iya segel itu menyegel 2 kata, baik kata yang diucapkan dan juga orang yang menyandangnya, kita berada di tingkat yang sejajar jadi efeknya parah ke kamu Sera.”
Dia memanggilku dengan sebuatan Sera, sama seperti Malik, sekilas aku ingat wajah lelaki arogan itu, tapi buru-buru kutepis, aku tidak ingin bayangannya merusak suasana.
“Maksudnya sejajar apa ya ‘A? Apa Aa Ayi Mahogra juga?” dia tertawa ketika aku berkata begitu lalu mengusap rambutku, aku agak mundur, hanya Malik yang begitu, entah kenapa aku merasa deg-deg an, seperti dulu Malik memegang kepalaku.
“Aku sudah pasti bukan Ayi mahogra Ser, pertama, Ayi itu perempuan tanah sunda dan Mahogra itu artinya sangat kuat untuk anak lelaki, tapi kata Mahogra disandingkan dengan Ayi, maka berarti Wanita Tanah Sunda mulia yang sangat kuat, Seperti itulah posisimu Ser dan aku berada dibawah garismu, garis itu dimulai dari keturunan kita, kalau secara Nenek Moyang, Nenek Moyang kita berdua adalah Pemimpin Kha...” Ngingggggg, kupingku berdengung, “Sorry lupa, iya Pemimpin 2 kata itu, yang tidak boleh kamu dengar karena efek Penyegelan.”
“Aku pusing ‘A.”
“Sederhanya gini Ser, kita sama2 pewaris Karuhun di level yang sama, nah level itulah yang disegel, makanya ketika kamu akhirnya berjabat tangan dengan saya, maka kamu terpental karena efek segel itu.”
“Tapi sama Aam enggak ‘A , dia juga pewaris Karuhun.”
“Tidak dilevel yang sama Ser, lagian Cula Bagong dia bukan dari tanah Sunda, itu turunan dari ibunya, makanya ga kena efeknya Ser.”
“Aa tahu banyak ya soal yang beginian, aku iri.”
“Karena keluarga Aa tidak putus Ser, jadi setiap anak dipersiapkan untuk menghadapi ini, Aa sama kok kayak kamu, waktu pertama kali bisa lihat ‘mereka’, ketakutan, bahkan dicap aneh disekolah, tapi keluarga Aa membimbing dan melatih, jadinya Aa ga kehilangan arah.”
“Beruntungnya Aa.”
“Kamu jauh lebih beruntung, Kamu Ayi Mahogra Ser, tidak perlu pelatihan Khusus, Karuhun kamu bahkan ada disisimu walau kamu menolak, karena mereka memilihmu, semacam cinta buta gitu katanya, karena Ayi Mahogra itu dilahirkan dengan budi dan Ilmu yang tinggi, itu yang membuatmu terlihat berbeda.”
“Berbeda gimana?”
“Kamu tahu, ketika aku melihatmu dari jauh, aku sudah merasa kamu bukan orang biasa, jujur aku banyak bertemu perempuan yang dikaruniai Karuhun tapi tidak ada yang pernah aku lihat begitu wangi dan bercahaya sepertimu.”
Apa? Bercahaya? Apa ini kata lain dari cantik? Kenapa sih lelaki tampan dan pintar selalu menggunakan kata-kata yang sulit dicerna.
“Masa, tapi dari kuliah ga banyak ah yang bisa lihat, buktinya aku masih jomblo.” Ups, kelepasan, duh haram banget nih sebenarnya buka status didepan orang yang baru dikenal nanti disangka modus biar deketin trus ditembak, malu sekali rasanya.
“Oh ya, Mungkin efek penyegelan, harusnya Ayi Mahogra dimanapun akan menjadi Madu yang dikelilingi kumbang Ser, tapi nggak apa-apa lah, bagus kalau masih jomblo.” Dia tersenyum, senyumnya manis sekali, hatiku sepertinya berdetak semakin kencang, aku bahkan memegang dadaku memastikan suaranya tidak terdengar.
“Kenapa Ser?” Aqan Asta bertanya karena aku memegang dadaku dengan muka memerah pasti.
“Nggak apa-apa, ‘A, tadi kenapa tanya lokasi terapi Pak Haji Iman?” aku berusaha tidak terlihat gugup.
“Aku hanya..., bukan kapasitasku untuk memutuskan, aku hanya membuka jalan Ser, tapi kalau kamu tidak mau itu pilihan.”
“Soal apa yang harus saya putuskan?”
“Segel itu, apa masih harus tersegel atau mau kamu lepas, aku hanya mau kau bertemu dengan Pak Haji Iman.”
Aqan Asta baik sekali, dia bahkan tidak menutupi apapun dariku, berbeda dengan Malik selalu menutupi apapun dariku.
“Ser, setelah ini istirahat ya, kamu masih sakit, aku tau Ayi akan selalu menjadi penasaran makanya aku tadi menunggumu di Lobby, kita tidak bisa mendapatkan jawabannya sekarang, tapi mungkin kalau kau siap kita akan mendapatkannya.”
“Makasih ‘A.”
“Ayi, apakah Aa boleh bertemu Ayi lagi setelah ini?” Dia menatapku lekat, sial, tatapannya buat aku pusing, dadaku pun berkecamuk, semakin berisik sekali, detik ini rasanya aku ingin dipeluk oleh tubuhnya yang ramping dan kokoh itu, Astagfirullah, nafsu apa ini!
“Tidak masalah silahkan hubungi Seira jika memang ingin bertemu.” Aku tersenyum, lalu dia mengantarku pulang kerumah sakit, dia bilang akan mengantarku sampai ruang inapku, tapi aku takut dia akan bermasalah dengan dua penjaga dari Malik, tapi dia bilang nggak apa-apa seira.
Kami pun bersiap untuk kembali ke Rumah Sakit tempatku dirawat.
Begitu kami sampai didepan lorong ruang rawat inapku, aku mendengarnya seperti merapalkan sesuatu dan tangannya menghitung seperti orang bedzikir yang menghitung dengan jari, begitu sampai di depan ruang inapku, dua penjaga Malik seperti tidak melihat kami, aku masuk begitu saja, waktu seperti berhenti di dimensi ini, lalu Aa pamit pulang dan ketika beberapa menit kemudian kulihat semua kembali seperti semula, kekuatan apa itu, hebat sekali, dia bisa membuat waktu membeku, time Freeze.
....
Sudah 3 bulan aku dan Aqan Asta bertemu, kami habiskan waktu begitu banyak, sepulang kantor aku dijemput dan weekend kami pasti menghabiskan waktu bersama, Malik tidak tahu kalau dia tahu pasti jadi berantakan, aku macam anak ABG yang sedang Backstreet pacaran dari bapaknya jika menghadapi Malik, aku tidak sedang mendua, toh aku bukan kekasih Malik.
“Ser, minggu ini kita terbang ke Paris ya, kemungkinan kerjasama di Approve.”
Malik makan siang diruanganku, dia ataupun aku tidak pernah membahas apapun lagi soal Karuhun, Malik cenderung menghindari pembahasan itu, akupun malas bertanya, aku tak akan pernah mendapatkan jawaban apapun dari dia.
“Aku ga bisa ikut, aku ada urusan.”
“Apakah ada urusan lebih penting dari urusanku Ser?”
“Banyak, urusan mama, urusan Mas Ridho, urusan Seina apalagi, lebih penting dari semua.”
“Oh ya, kamu bahkan dulu pernah meninggalkan mama yang sakit untuk perjalanan bisnis kita.”
“Iya! Tapi itu kamu yang minta, bodohnya aku nurut saja!”
“Kamu harus ikut, perjanjian ini penting untukku.”
“Bukan untukku kan?”
“Ser, apakah ini ada hubungannya dengan Aqan Asta?”
“Loh kenapa jadi bawa Aa Aqan?”
“Aa? Sedekat itu kalian?”
“Urusanku!”
“Kalau kamu merasa memiliki urusanmu sendiri, aku tidak butuh orang pegawai yang tidak loyal.”
“Kamu mau memecatku?”
“Tidak hanya itu, Biaya kuliah Seina, usaha kakakmu dan rumah ibumu semua harus dikembalikan, oh ya satu lagi, uang kuliah Aam.”
“Malik!!! Picik sekali kamu, bukankah aku sudah membantumu untuk mencapai posisi ini, anggap saja itu konpensasi!” Aku marah dan mataku memerah.
“Apa yang aku berikan tidak pernah akan sepadan dengan yag sudah kamu lakukan untukku, kerjasama ini penting, kamu harus ikut aku, kamu harus membuatku mendapatkan kerjasama itu, kalau aku tidak berhasil, akan kubuat menderita semua orang yang berada disisimu.”
Malik dingin sekali, seperti melihat Malik yang dulu, tapi dulu dia perlakukan mereka wanita-wanita itu seperti ini, bukan aku, wanita-wanita itu yang dia sudah manfaatkan, ketika akhirnya sadar bahwa hanya dimanfaatkan, mereka menuntut lebih dan akhirnya Malik membuat mereka dan keluarga mereka menderita, Malik kau pun akan membuatku seperti mereka bukan?
Aku butuh Aqan Astaku lelaki yang selalu jujur dan terbuka untukku, dia tidak pernah sekalipun menutupi apapun dariku, dia bahkan menerimaku apa adanya, Malik memang ingin menikahiku, tapi aku pikir dia sedang menciptakan sangkar emas untukku, supaya aku tidak pergi kemanapun dan akhirnya membuat dia semakin sukses dengan bisnisnya atas pemanfaatan diriku, pria jahat ambisius yang arogan, tidak punya hati.
Haruskah aku kabur dengan Aqan Asta, tapi bagaimana dengan mama, Mas Ridho, Seina dan Aam.
__________________________
Catatan Penulis :
Membuat cerita yang sulit adalah membangun karakter, karena karakter adalah jiwa dari sebuah tulisan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Kustri
trus gmn lanjutan ketemuan dgn pa haji imam?
udh 3bln aja thor
2024-05-28
0
Mey-mey89
,,,
2023-06-21
1
Else Widiawati
waahhh dibawah seira ajah kereen apalagi ayi
2023-01-12
1