Bagian 13 : Malik

Setelah kami berhasil memusnahkan makhluk hideung anyir di gubuk abah Ijang, kami berjalan keluar dari kota kelahiran ayahku, aku dan Aam berencana akan naik bis dulu baru langsung pulang ke Ibu kota, ya aku tidak mampir ke rumah mama, aku sudah menghubunginya, aku bilang bahwa aku ada banyak pekerjaan jadi tidak bisa lagi pulang ke rumah mama.

Setelah sampai Ibukota, aku dan Aam mampir sebentar ke apartemenku, menaruh semua barang bawaan kami dan pergi kembali, mencari rumah kost untuk Aam tinggal, aku akan mencarikan rumah kost yang dekat dengan kampusku dulu, karena aku akan mencoba membujuk Aam untuk masuk dan kuliah di kampusku dulu, kampus negeri yang paling terkenal di Ibukota ini, masuknya susah dan biayanya cukup mahal, tapi untuk biaya aku fikir Malik akan sanggup membayarnya.

“Am, suka nggak tempat ini?” kami sudah berada di tempat kost, tempat yang memang banyak anak kuliah sewa disini, tempatnya tidak besar dan tidak terlalu kecil, kamar mandi di dalam dan ada ruang sedikit untuk dapur, sisanya hanya ruangan tanpa sekat yang bisa dijadikan kamar. Ongkos sewanya juga cukup masuk akal, hanya tujuh ratus lima puluh ribu sebulan, sudah termasuk listrik dan air, Aam hanya tinggal membeli lemari untuk pakaian, kompor gas portable, magicgar dan juga TV kecil saja untuk menemaninya, oh ya laptop akan kuusahakan dia pakai dari kantor, besok aku akan bicarakan dengan Malik supaya Aam bisa magang sebagai administrasi, toh aku memang butuh tenaga admin untuk pekerjaan ringan tapi butuh kontinuitas yang tinggi.

“Suka Ayi, tapi biayanya Aam cuma ada uang sekitar lima juta di ATM, apakah cukup untuk kost dan kuliah?”

“Kan udah Ayi bilang, masalah uang biar Kakakmu ini yang fikirkan, kau cukup fokus belajar untuk masuk universitas dan nurut semua perkataan Ayi, ok.” Aku sepertinya mulai terbiasa dengan panggilan Ayi.

“Nuhun Ayi, Aam nggak tau gimana caranya balas kebaikan Ayi.”

“Nggak perlu, buat Ayi, Aam itu adik Ayi, sama kayak Seina. Jadi kewajiban Ayi untuk memenuhi impian Aam dan beberes ya, nanti kita ambil barangmu, trus kamu balik sendiri ya kesini.”

Kamipun segera berangkat kembali ke apartemenku dan mengambil semua barang yang memang sempat Aam bawa, lalu dia kembali ke kostan sendiri.”

Capek setelah seharian ini mencari tempat tinggal untuk Aam, rebahan sebentar enak kayaknya. Belum tuntas capekku, lalu telepon genggamku berbunyi. Dari Malik, akhirnya tuan judes ini menghubungiku juga.

“Napa?” aku pura-pura judes, padahal kangen.

“Ser, aku di rumah sakit.”

Aku terkejut dan langsung berlari.

...

Aku langsung ke Rumah Sakit tempat dia dirawat, dia pasti bohong dan tidak sakit. Tapi entah kenapa trik seperti itu selalu kena diaku, apa kau terlalu bodoh atau Malik yang terlalu licik.

“Ser.” Malik kaget melihat kedatanganku, benar saja, dia tidak sakit dan sedang duduk manis di sofa kamar VVIP rumah sakit ini, bekerja dengan laptopnya.

“Katanya sakit, ini mah lagi refreshing kali ya, semacem mengganti suasana kerja.” Aku menyindir.

“Kan ga ada cara lain supaya kamu temuin aku.” Malik tahu dengan baik, aku lemah saat tahu Malik sakit, dulu sekali waktu kami masih kuliah, kami pernah bertengkar karena aku tidak setuju dia pacaran dengan seorang wanita yang sangat matrealistis, aku sudah beberkan beberapa bukti, tapi dia masih saja membela wanita itu, lalu aku marah dan tidak mau menemuinya, tidak mengangkat teleponnya, lalu dia pura-pura dirawat dan seperti orang bodoh aku datang ke rumah sakit lari-larian sambil menangis, sampai di kamar rawatnya dia malah lagi ketawa-ketawa nonton televisi. Sejak saat itu setiap aku marah Malik akan pura-pura sakit karena dia tahu kelemahanku.

“Malik, jangan main-main dengan kesehatan.”

“Ser, kamu dari mana?”

“Dari apartemenlah.”

“Kamu wangi pandan, dari rumah ayahmu?”

“Oh, Iya, Ayah meninggal Malik.”

“Ser! Kamu kok ga kasih tahu aku?”

“Sorry, sorry, aku fikir kamu kan lagi sibuk urus pernikahan sama si Hani.” Aku kembali ingat soal perkataan Mita yang bilang bahwa Malik akan menikahi Hani.

“Bu Sera,” Eh, tuh sekertaris baru panjang umur banget. Si Hani masuk dan menyapaku, dia terlihat membawa handuk dari luar, mungkin untuk Malik.

“Ya.” Aku duduk mendekat ke arah Malik dan menggandeng tangannya, kulihat si Hani kikuk seperti tidak suka, lalu dia menaruh handuk di jemuran dekat kamar mandi.

“Han, beliin kopi dong, Long Black ya, jangan pake Gula 2 gelas.”

“I-iya bu.” Hani pergi keluar dengan wajah tidak suka.

Tok tok tok ....

Suara pintu di ketuk dari luar, tak lama papinya Malik masuk.

“Om.” Aku berdiri dan menghampirinya bermaksud cium tangan, dia hanya memberikan tangannya dengan cepat dan tidak menoleh sama sekali.

 

 

“Papi mau bicara berdua sama kamu.” Dia berbicara dengan anak lelakinya, mengusirku secara halus, aku pun tau diri.

“Aku nyusul Hani ya.” Aku pamit keluar, tapi sebenarnya hanya keluar pintu kamar dan berusaha menguping pembicaraan mereka dengan berdiri di depan pintu dan sengaja pintunya tak kututup rapat.

“Papi tidak mau tahu, pokoknya kamu harus menikah dengan Hani.” Papinya Malik langsung pada inti kedatangannya, padahal kan anaknya lagi sakit, harusnya dia tanya dulu kek, basa-basi apa kabar gitu.

Tapi sebentar, menikah dengan Hani? Jadi Mita waktu itu ternyata berkata benar, itu bukan hanya gosip belaka.

“Papi kan tahu, kenapa aku tidak bisa menikah dengan siapapun.”

“Bullshitt, semua itu hanya masalah keyakinan, kamu terjebak dan dipermainkan oleh perempuan sialan itu.”

Perempuan sialan? Maksudnya aku gitu? Jahat sekali mulutnya, mereka memang ayah dan anak!

“Papaku dan Papi Malik merger.” Dari belakang Hani memergokiku sedang nguping, dia sudah membawa 2 gelas kopi hitam dan berbicara padaku.

“Ok, terus?” aku mendekatin wanita kaya ini.

“Mereka mau membawa bisnis ini sampai ketahap lebih intim, supaya saling mengikat dengan erat, sehingga dikemudian hari perusahaan semakin besar minim kemungkinan mereka ribut, karena hubungan Besan.”

Oh, pantas wanita ini songong dan begitu percaya diri, dia ternyata anak Dirut salah satu perusahaan mie paling maju di negeri ini, Papa Malik adalah Dirut perusahaan Plastik, memang kerjasama yang mumpuni. eh, kenapa jiwa bisnisku mendukung mereka, Malikku akan diambil oleh wanita sok baik ini, benarkan intuisiku, Hani ternyata srigala berbulu domba.

“Nih, sabet aja lehernya.” Tiba-tiba Panglima datang memberi karembo hejo, aku tertawa, tidak sejauh itu. Biar bagaimanapun Hani bukan setan, dia hanya perempuan biasa, rasanya malu kalau menhadapinya dengan karembo hejo.

“Hani, kamu lupa panggil saya Bu?” dia terlihat kaget, kaget karena aku tidak bergeming setelah dia mengatakan bahwa dia adalah pewaris tahta perusahaan mie terbesar di negeri ini, so what aku juga pewaris, pewaris tahta Karuhun yang dilahirkan hanya 350 tahun sekali, lagi-lagi aku senyum-senyum sendiri, memikirkan betapa naifnya aku membandingkan Harta yang jelas nyata dengan makhluk-makhluk itu. uang bisa beli segalanya, memang karuhun bisa beli apa? Untuk makan saja mereka numpang dengan ambil energiku.

“Untuk apa? Mungkin saya akan menjadi nyonya di perusahaan Malik.” Hani masih bersikeras walau sudah malu, dia tidak ingin memanggilku dengan sebutan “Bu” lagi.

 

 

Aku berjalan semakin mendekat lalu di kupingnya kubisikan, “Hanya dengan jentikan jari Malik Mampu meninggalkan keluarganya untukku, apalagi hanya kamu.” Aku tersenyum dan mengambil kopi ditangannya, meninggalkan dia dengan muka kaget dan ketakutan.

Kamu bukan lawan sepadan, aku bahkan sudah menyabet leher demit, kamu hanya manusia serakah yang tidak perduli perasaan orang lain, keluarganya adalah keluarga serakah, alih-alih mereka akan membantu perusahaan Papinya Malik yang sedang kesulitan, mereka hanya ingin menguasai perusahaan itu, makanya mereka rela mengirim anak Gadisnya ke Perusahaan Malik. Tujuan mereka hanya anak keturunan yang akan di lahirkan Hani, setelah Hani melahirkan maka papinya Malik pasti bisa dikendalikan, ingat bahwa seorang anak milik ibunya samapi dia dewasa, tujuan itulah yang di kejar keluarganya Hani.

“Malik.” Aku masuk lagi ke kamarnya, papinya masih disana dan tidak senang dengan kedatanganku, tak lama Hani masuk dan langsung disambut dengan senyum oleh Papinya Malik, berbeda sekali perlakuannya denganku.

“Hani, kamu disini?” Papinya Malik menyambut Hani.

“Iya Om, jagain Malik.” Cari muka! Orang yang sakit aja ngarepnya aku yang datang.

“Nih.” Lagi-lagi si Panglima memberiku Karembo Hejo untuk menyabet leher wanita itu, aku hanya tertawa, sementara Malik melihat kearah Panglima dan kearahku dengan kaget. Kok, Malik bisa liat Panglima?

“Pih, ada urusan yang mau aku urus sama Sera, Papi pulang dulu ya.” Malik menggenggam tanganku dan kami berjalan keluar, kulihat Hani menatap dengan kecewa, kuberikan senyuman selicik mungkin padanya, bukan hanya ke Hani tapi juga ke papinya, kulihat dia dengan tatapan tajam, papi Malik mundur sesaat kaget dengan tatapanku, mungkin juga kaget dengan keberanianku, aku selama ini selalu diam dengan semua perlakuan jahatnya padaku dan pada keluargaku.

“Ceritakan padaku kamu dari mana, apa yang terjadi?”

Kami sudah di kafe rumah sakit, lagi-lagi minum kopi, aku rasa perlu untuk sesekali memeriksa lambungku.

“Kemaren kerumah Ayah, aku ketemu Aam sepupuku, Mang Engkus dan banyak lagi deh.”

“Ser, Malik kan udah bilang jangan kemana-mana tanpa aku temani.”

“Malik, Sera juga kan udah bilang, kita END.” Aku memalingkan wajahku.

“Panggil Aam, aku mau ketemu.”

“Ngapain, lagi cari-cari kampus dia, Oh ya aku kasih program beasiswa perusahaan ke Aam ya, anaknya pintar dan juga baik.”

“Panggil dia sekarang!” Malik memerintah.

Aku sebenarnya enggan memanggil Aam, tapi Aam butuh beasiswa dari perusahaan, makanya aku akhirnya menelpon Aam, terpaksa sih, si Bos sudah memerintah.

Tak lama Aam datang ketika sampai dibangku kami, Aam berhenti sejenak melihat Malik, kulihat dia kaget setengah mati seperti melihat setan saja, padahal setiap hari dia melihat setan.

“Am, sini, kenalin ini Malik, Bos perusahaan Ayi.”

“Ayi?” Malik bertanya.

“Ya sebutan hormat untuk aku, pewaris karuhun.”

“Ser!” Malik teriak.

“Apa sih Malik, malu ih.” Aku kaget dan melihat ke sekelilingku yang ternyata memperhatikan kami karena bentakan Malik padaku.

Malik menatapku dan Aam dengan tajam.

“Aku ga suka kamu menyentuh ranah itu, kita percepat pernikahan ok, kita menikah sederhana saja, kamu tidak boleh menyentuh areal itu lagi.”

“Kenapa? Aku sekarang sudah mulai bisa menerimanya Malik.”

“Aku perintahkan kau untuk menurutiku, atau ...”

“Atau apa? Kamu mau memecatku? Meminta semua pemberianmu kembali atau mau menikah dengan Hani?!” Aku menangis, kulihat Aam kaget karena melihatku begitu lemah dihadapan Malik.

“Atau ... Kuhabisi semua peliharaanmu.” Malik berbicara sambil menarikku mendekat, matanya berubah menjadi merah, tapi aku tidak takut, kulihat Panglima mendekat membawa karembo hejo, Malik melihat kearah Panglima lalu melepaskan tubuhku, sementara Aam ketakutan.

...

Ada apa dengan Malik? Kenapa dia terlihat menakutkan tadi? Aku bermaksud keluar dari rumah sakit meninggalkan Malik dengan kemarahannya, Aam sudah pergi duluan, dari jauh kulihat ada seorang Wanita Tua sedang duduk melihat kearah kamar, dia menggunakan baju pasien, aku lewat dan mengucapkan permisi padanya, lalu kuteruskan perjalanan, aku kembali berjalan dan ....

“Loh, kok Nenek-nenek tadi? Loh kok ini lorong yang sama, tadi kan udah lewat sini?” aku bicara sendiri dan mempercepat langkahku, kembali kubilang permisi, lalu aku berlari melewati lorong, dan lagi - lagi lorong dan nenek-nenek yang sama, ada apa ini? Kenapa aku kembali lagi ketempat yang sama? Mungkin nenek itu tahu jawabannya, karena begitu aku sadar, disini, dirumah sakit besar ini, hanya ada kami berdua.

“Assalamualaikum.” Aku menyapa, Nenek itu berpaling kearahku dan tersenyum tapi wajahnya sedih.

 

 

“Boleh minta tolong?” Nenek itu bertanya masih sambil tersenyum, Lalu ia cekikikan mendekatiku, memegang tanganku, seluruh tubuhku lemas aku tidak berdaya, nenek ini menyeretku dengan tubuh rentanya sambil bersiul, dia menyeret kakiku sehingga badanku jatuh kelantai, kulihat ada banyak anak kecil di ujung lorong, seperti sedang kelaparan dan menunggu untuk dikasih makan.

Aku panik, lidahku kelu aku tidak bisa memanggil Panglima dan Raden, Ya Allah Sang Pemilik Alam, bantu aku.

_____________________________

Catatan Penulis :

Cinta itu tentang Hati, bagaimana hati berkata maka di sanalah cinta bertakhta, aku pernah pada persimpangan dimana cinta selalu berakhir, lalu denganmu mengapa cinta yang tak pernah terucapkan tak pernah berakhir.

Mungkin ini namanya kesetiaan.

 

 

Terpopuler

Comments

Rikko Nur Bakti

Rikko Nur Bakti

jempol

2023-10-23

0

Putra

Putra

pewaris tahta Karuhun tapi gak punya duit 🤣🤣🤣

2023-06-16

1

Mey-mey89

Mey-mey89

semangat thorrr.

2023-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 (Bagian 1 : Seira dan Malik)
2 (Bagian 2 : Seira Kecil)
3 (Bagian 3 : Seira Kecil Lanjutan)
4 (Bagian 4 : Seira Kecil Lanjutan)
5 (Bagian 5 : Menikahlah denganku)
6 (Bagian 6 : Susuk)
7 Bagian 7 : Cemburu
8 Bagian 8 : Pulau
9 Bagian 9 : Pulau Tak Berpenghuni
10 Bagian 10 : Abah
11 Bagian 11 : Ayah
12 Bagian 12 : Ayi Mahogra
13 Bagian 13 : Malik
14 Bagian 14 : Anak Cucu Iblis
15 Bagian 15 : Aqan Asta
16 ​Bagian 16 : Rahim
17 Bagian 17 : Terhempas
18 Bagian 18 : Aqan Asta
19 Bagian 19 : Cinta Segitiga
20 Bagian 20 : Kepercayaan
21 Bagian 21 : Iblis Bertanduk
22 Bagian 22 : Malik dan cintanya
23 (Bagian 23 : Masa Kuliah)
24 Bagian 24 : Buka Segel
25 Bagian 25 : Pertarungan
26 Bagian 26 : Perlindungan
27 Bagian 27 : Kejujuran
28 Bagian 28 : Masa Kuliah II
29 Bagian 29 : Cinta Kami
30 Bagian 30 : Cintaku, Seira ....
31 Bagian 31 : Hatiku
32 Bagian 32 : Pramudya Aksara
33 Bagian 33 : Pramudya Aksara II
34 Bagian 34 : Pramudya Aksara III
35 Bagian 35 : Cinta Seira dan Malik
36 Bagian 36 : Perpisahan
37 Bagian 37 : Ayi Tirung
38 Bagian 38 : Pengorbanan
39 Bagian 39 : Dunia Ghaib
40 Bagian 40 : Gunung Butir-Butir
41 Bagian 41 : Lembah Merah
42 Bagian 42 : Kesepian
43 Bagian 43 : Penantian
44 Bagian 44 : Tanah Pejuang
45 Bagian 45 : Cermin
46 Bagian 46 : Tugas Tertunda
47 Bagian 47 : Ayi Kayas Gandaria
48 Bagian 48 : Malik Rainan
49 Bagian 49 : Penaklukan Monster
50 Bagian 50 : Si Aing Lengir
51 Bagian 51 : Cinta Tanpa Syarat
52 Bagian 52 : Desa Dusun Mati
53 Bagian 53 : Jebakan
54 Bagian 54 : Penaklukan
55 Bagian 55 : Petapa
56 Bagian 56 :Pelepasan
57 Bagian 57 : Pertarungan Rumit
58 Bagian 58 : Petapa
59 Episode 59 : Cinta Seira & Malik
60 Episode 60 : Kerinduan
61 Bagian 61 : Pertemuan Kembali
62 Bagian 62 : Kita
63 Bagian 63 : Kiriman
64 Bagian 64 : Kerajaan Hutan Selatan
65 Bagian 65 : Raja Bapati
66 Bagian 66 : Strategi Perang
67 Bagian 67 : Panglima Bapati
68 Bagian 68 : Pertahanan
69 Bagian 69 : Keserakahan
70 Bagian 70 : Persiapan
71 Bagian 71: Tragedi
72 Bagian 72 : Terjebak
73 Bagian 73: Kepercayaan
74 Bagian 74: Desa Ayah
75 Bagian 75 : Desa Ayah II
76 Bagian 76 : Pagar Ghaib
77 Bagian 77 : Janggal
78 Bagian 78 : Jawaban
79 Bagian 79 : Satu Lawan Satu
80 Bagian 80 : Undangan Perang
81 Bagian 81 : Perang!!!
82 Bagian 82 : Perang II
83 Bagian 83 : Perang Terakhir 2
84 Bagian 84 : Hukuman
85 (Bagian 85 : Akhir Sebuah Kisah)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
(Bagian 1 : Seira dan Malik)
2
(Bagian 2 : Seira Kecil)
3
(Bagian 3 : Seira Kecil Lanjutan)
4
(Bagian 4 : Seira Kecil Lanjutan)
5
(Bagian 5 : Menikahlah denganku)
6
(Bagian 6 : Susuk)
7
Bagian 7 : Cemburu
8
Bagian 8 : Pulau
9
Bagian 9 : Pulau Tak Berpenghuni
10
Bagian 10 : Abah
11
Bagian 11 : Ayah
12
Bagian 12 : Ayi Mahogra
13
Bagian 13 : Malik
14
Bagian 14 : Anak Cucu Iblis
15
Bagian 15 : Aqan Asta
16
​Bagian 16 : Rahim
17
Bagian 17 : Terhempas
18
Bagian 18 : Aqan Asta
19
Bagian 19 : Cinta Segitiga
20
Bagian 20 : Kepercayaan
21
Bagian 21 : Iblis Bertanduk
22
Bagian 22 : Malik dan cintanya
23
(Bagian 23 : Masa Kuliah)
24
Bagian 24 : Buka Segel
25
Bagian 25 : Pertarungan
26
Bagian 26 : Perlindungan
27
Bagian 27 : Kejujuran
28
Bagian 28 : Masa Kuliah II
29
Bagian 29 : Cinta Kami
30
Bagian 30 : Cintaku, Seira ....
31
Bagian 31 : Hatiku
32
Bagian 32 : Pramudya Aksara
33
Bagian 33 : Pramudya Aksara II
34
Bagian 34 : Pramudya Aksara III
35
Bagian 35 : Cinta Seira dan Malik
36
Bagian 36 : Perpisahan
37
Bagian 37 : Ayi Tirung
38
Bagian 38 : Pengorbanan
39
Bagian 39 : Dunia Ghaib
40
Bagian 40 : Gunung Butir-Butir
41
Bagian 41 : Lembah Merah
42
Bagian 42 : Kesepian
43
Bagian 43 : Penantian
44
Bagian 44 : Tanah Pejuang
45
Bagian 45 : Cermin
46
Bagian 46 : Tugas Tertunda
47
Bagian 47 : Ayi Kayas Gandaria
48
Bagian 48 : Malik Rainan
49
Bagian 49 : Penaklukan Monster
50
Bagian 50 : Si Aing Lengir
51
Bagian 51 : Cinta Tanpa Syarat
52
Bagian 52 : Desa Dusun Mati
53
Bagian 53 : Jebakan
54
Bagian 54 : Penaklukan
55
Bagian 55 : Petapa
56
Bagian 56 :Pelepasan
57
Bagian 57 : Pertarungan Rumit
58
Bagian 58 : Petapa
59
Episode 59 : Cinta Seira & Malik
60
Episode 60 : Kerinduan
61
Bagian 61 : Pertemuan Kembali
62
Bagian 62 : Kita
63
Bagian 63 : Kiriman
64
Bagian 64 : Kerajaan Hutan Selatan
65
Bagian 65 : Raja Bapati
66
Bagian 66 : Strategi Perang
67
Bagian 67 : Panglima Bapati
68
Bagian 68 : Pertahanan
69
Bagian 69 : Keserakahan
70
Bagian 70 : Persiapan
71
Bagian 71: Tragedi
72
Bagian 72 : Terjebak
73
Bagian 73: Kepercayaan
74
Bagian 74: Desa Ayah
75
Bagian 75 : Desa Ayah II
76
Bagian 76 : Pagar Ghaib
77
Bagian 77 : Janggal
78
Bagian 78 : Jawaban
79
Bagian 79 : Satu Lawan Satu
80
Bagian 80 : Undangan Perang
81
Bagian 81 : Perang!!!
82
Bagian 82 : Perang II
83
Bagian 83 : Perang Terakhir 2
84
Bagian 84 : Hukuman
85
(Bagian 85 : Akhir Sebuah Kisah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!