Penjelasan : Bagian ini adalah lanjutan dari bagian 1, kalau bingng coba baca lagi bagian 1
________________________________________________________
“Menikahlah denganku.”
“Apa?” Setiap wanita yang dilamar pasti akan bahagia, apalagi lamaran datang dari kekasih hatinya, orang yang sudah bertahun-tahun dicintainya, tapi ini Malik, Malik Rainan, lelaki jenius yang menghitung apapun dengan untung dan rugi, andai aku gadis bodoh yang naif dan tidak mengenalnya, aku pasti bahagia, sayang sekali, aku lebih mengenalnya dibanding dirinya sendiri.
“Setelah menikah seluruh hartaku akan menjadi milikmu.” Dia melanjutkan lamaran tidak romantis ini, dilamar di ruangan kesehatan yang dikelilingi tirai putih dan ranjang khas rumah sakit, ya walaupun hanya klinik perusahaan perlengkapannya cukup lengkap, satu2 nya yang terlihat baik hanya bunga di vas itu.
“Apa syaratnya?” Aku bertanya.
“Aku akan membangun perusahan-perusahaan baru, gunakan intuisimu untuk membangun perusahaan-perusahaan itu bersamaku.” Benar saja, pasti ada yang sangat dia inginkan, Malik adalah lelaki yang sangat suka dengan tantangan, perusahaan ini sudah besar, bahkan saking besarnya tidak perlu nakhoda handal untuk mengemudikan lajunya, semua akan baik-baik saja tanpa Malik, meninggalkan perusahaan ini adalah keegoisannya, dengan aku sebagai pimpinannya dia dapat 2 hal, nama baik sebagai pendiri dan jika perusahaan lain yang dia bangun menjadi besar maka dia akan kembali menjadi jenius muda yang mahir membuat perusahaan menjadi besar. Satu kali dayung dua tiga pulau terlampaui, karena hal yang paling dia inginkan adalah mengalahkan ayahnya.
“Ku kira dengan membangun perusahaan ini cukup, tapi ternyata aku salah, ini belum cukup kan Malik? Kamu menjadi serakah bukan?”
“Ya, ini masih belum cukup, dua atau tiga perusahaan lagi, bukankah kita mendapatkan apa yang kita mau Ser Kamu mendapatkanku dan aku mendapatkan apa yang kuinginkan.”
“Kau pikir pernikahan adalah Win-Win Solution! kau main-main dengan ikatan pernikahan Malik!”
“Kau tidak menginginkanku?”
Aku terdiam, sehina itukah aku di mata mu Malik? Aku mencintaimu tapi tidak akan buta dengan menikah hanya karena bisnis, pernikahan macam apa yang akan kujalani.
“Aku mau pulang, aku lelah.” Aku pergi dari ruangan itu, aku meninggalkannya.
Berat sekali mencintainya, seberat aku menanggung beban mata ketiga yang “kambuh” lagi ini, di lift, di lorong bahkan di gerbang, mereka mulai nampak. Aku tidak takut? Salah, aku justru ketakutan sehingga aku berpura-pura tidak melihat mereka, dengan masalah Malik, aku bisa sedikit teralihkan dari mereka.
Aku melangkahkeluar klinik dan pulang dengan mobil Malik diantar supirnya.
...
“Malik sudah cukup.” Aku membanting pintu setelah keluar dari ruangan Malik, seluruh karyawan dilantai ini sudah biasa jika aku dan Malik berseteru, Mereka sudah terlatih untuk tidak terlalu ingin tau saat para atasan bertindak aneh, maklum di lantai ini adalah divisi Finance dan Accounting, divisi paling sibuk dan kadang aku merasa ada aura gelap di ruangan ini, bukan karena makhluk-makhluk itu, tapi karena memang pekerjaan mereka yang penuh beban, jadinya mereka terlihat judes dan galak.
“Bu Seira, minta tanda tangan untuk lembur karyawan diminggu ini ya, dokumen sudah aku taruh di meja Ibu.” Seorang pegawai yang menjabat sebagai admin menyapaku hanya soal pekerjaan.
“Ok.” Aku menjawab singkat.
Ini adalah kali ketiga Malik membahas tentang pernikahan palsu ini, aku marah sudah sangat marah, dalam bayanganku pernikahan adalah soal cinta, saling membutuhkan karena rasa dan perlindungan, memang benar laki-laki itu yang memintaku menikah adalah laki-laki yang aku cintai, tapi pemikirannya salah, aku ingin pernikahan yang romantis, dimana lelaki banyak berkorban untuk cintanya, naif memang, tapi ini pernikahanku dan aku inginnya begitu.
Ting ... Pintu lift terbuka, aku langsung masuk tanpa menoleh, untung sudah ada 2 orang didalamnya, aku masuk berdiri dibelakang mereka, setidaknya kalau melihat yang aneh-aneh aku bisa bertahan karena tidak sendirian.
Sepertinya pegawai baru, kenapa dia memencet tombol lantainya berkali-kali, posisinya ada di sebelah kiriku.
“Mbak, mau kelantai berapa?” Aku bertanya dan disaat yang sama dia berhenti memencet tombolnya, “Mbak,” Aku menyapa kembali, mungkin dia tamu.
“Maaf Bu, saya duluan.” Ranti anak magang di divisi Produksi yang posisinya ada di sebelah kananku, pamit turun duluan, raut mukanya aneh dan dia turun di lantai divisi lain, bukan divisi tempat dia bekerja.
Sepertinya aku salah menyapa orang ini, ok maksudku makhluk ini.
Kulihat dia mulai menoleh. ya, hanya lehernya saja yang menoleh sampai ke belakang, sementara badannya masih diposisi yang sama, dia memandangku dan bertanya.
“Jadi, kamu gadis yang bisa melihat itu?”
Aku diam tidak menjawab, rasanya pura-pura tidak melihat sudah tidak mungkin, kami sudah berhadapan.
“Ya.” Aku hanya menjawab sekilas dan sedikit mundur.
“Boleh bantu aku?” dia bertanya dengan suara yang parau dan sangat menakutkan, suaranya mirip seperti nenek-nenek tua.
“Tidak.” Aku menjawab dengan tegas dan tenang.
Pintu lift terbuka, beberapa karyawan masuk dan aku keluar dengan santai, mencoba tenang, tepatnya pura-pura tenang, kukira dia mengikutiku tapi ternyata tidak, dia tidak keluar atau memang tidak bisa keluar? Siapa wanita itu? Apa yang dilakukannya disana? Astaga, bukan urusanku!
Kulihat telepon genggamku berdering saat aku akan masuk ruang kerjaku, ruang kerja dan divisiku berada paling bawah, aku memang minta Malik menempatkanku di lantai 1 karena hubunganku dengan banyak orang yang sudah berstatus pegawai ataupun belum, makanya aku harus berada di lantai yang paling bawah.
Aku berusaha meminimalisir orang asing berkeliling seenaknya dengan alasan akan menemuiku, jadi orang-orang yang akan bertemu denganku sudah pasti akan tinggal di Lobby. Seperti hari ini ada beberapa pegawai yang harus ku Interview untuk menggantikan sekertaris Malik yang akan resign karena sedang hamil besar anak ke-2, sekertaris itu memutuskan resign untuk mengurus kedua anaknya, sebenarnya aku suka sekertaris lama, dia cantik dan bukan penggoda, aku memang cemburuan, aku akan menempatkan siapa pun disisi Malik perempuan yang kompeten tapi tidak lebih kompeten ataupun lebih cantik dariku, picik sekali kan aku, tidak bisa profesional, terserah, toh seperti Malik bilang akulah yang membuat perusahaan ini menjadi besar, jadi terserah aku.
“Mita, sudah pada ngumpul?” Aku menelpon resepsionis untuk memulai wawancara, ini tinggal tahap terakhir dari serangkaian tes untuk mereka, total ada 3 hari tes untuk 20 orang calon pegawai, mereka sudah di eliminasi oleh bawahanku menjadi tinggal 5 orang saja.
Aku mulai menginterview satu-satu calon sekertaris ini, mereka semua cantik tapi ada satu orang yang membuatku risih, perasaan dia sudah ku eleminasi, tapi kenapa dia datang untuk interview?
“Sebentar.” Aku membuatnya menunggu berdiri di depan pintu, tindakan tidak sopan, tapi aku akan memastikan bahwa dia tidak boleh ikut interview.
“Mita, ke ruangan saya,” Aku memanggil resepsionisku, “ oh, dan kamu, keluar dulu ya” aku mengusir calon sekertaris itu dengan halus. Tidak lama Mita masuk ke ruanganku.
“Mita! Bukannya Saya sudah kick out resume perempuan tadi?!” aku setengah membentak, aku jarang sekali marah, tapi sekalinya marah tidak ada yang pernah berani melawan, mereka tau bahwa aku adalah orang kedua di perusahaan ini.
“I-iya, maaf bu ini permintaan khusus dari Pak Malik.”
“Apa!” pantas saja Mita berani memanggil perempuan itu, ternyata orang nomor 1 dibelakang perempuan itu. Malik mau main-main denganku rupanya. “Suruh perempuan itu pulang.”
“Bu, maaf, a-aku ga berani.” Mita menunduk, tidak lama telepon mejaku berdering.
“Ya, kenapa?” Aku menjawab telpon, itu pasti Malik, namanya ada di monitor telp mejaku.
“Aku mau dia jadi sekertarisku.”
“Saya atau kamu yang HRD-nya? Kalau kamu mau seenaknya sendiri, cari HRD lain.” Aku membanting telp.
“Mita, suruh pulang semua calon pegawai, bos kamu sudah memutuskan, untuk apa kita capek-capek tes sana sini!” setelah mendengar ucapanku Mita keluar ruangan.
...
Sudah sepekan sejak Sekertaris baru itu masuk kerja dan sudah sepekan aku tidak mengunjungi ruangan Malik, malas aku melihat perempuan itu terpesona dengan bos yang suka tebar pesona.
ya, aku memang mencoret semua wanita yang memiliki paras, bentuk tubuh dan kepintaran yang sesuai dengan tipe wanita ideal Malik.
Kenapa? Karena aku akan menjegal semua perempuan yang memiliki kemungkinan disukai oleh Malik, Tipe Wanita Malik memang tinggi, Wanita itu harus cantik dengan wajah yang mungil, anggun, memiliki pinggul yang kecil, memiliki proporsi tubuh yang ideal.
Beda sekali denganku, aku memiliki wajah yang besar, tubuhku tinggi bahkan hampir setinggi Malik, badanku tegap dan aku sama sekali tidak anggun, makanya aku benci ketika ada sekertaris yang melamar dengan bentuk wajah, tubuh dan gesture seperti yang Malik suka, seperti sekertaris barunya sekarang, ditambah wanita itu lulusan luar negeri, cocok sekali!
“Bu, dipanggil pak Malik.” Mita Resepsionis menelponku.
“Bilang kalau saya sibuk.”
“Bu, Pak Malik bilang ini Urgent.”
“Suruh sekertaris barunya itu keruangan saya dan menjelaskan apa permasalahannya. Dah gausah telpon saya lagi!” Aku membanting telepon mejaku.
Pusing aku, mungkin ke atap dan minum kopi bisa sedikit menenangkan.
Sial, karena masalah Malik aku ga fokus, aku menuju keatap dan menggunakan lift yang ada perempuan penunggu itu, sial!!!
Tapi aneh, dia diam saja, dia masih dengan posisi terakhir aku lihat, menghadap tombol dan tidak berusaha menoleh lagi.
“Aku akan membantu, tapi jangan tunjukan wajah yang kemarin, tunjukan wajah santun baru kita bicara.” Aku mungkin terlihat gila di CCTV lift karena bicara sendiri. Ya, aku lagi mumet males bicara sama manusia, lagian makhluk ini terlihat tidak jahat.
“Aku sakit.” Dia merintih dengan suara yang membuat bulu kudukku merinding, tapi posisinya tidak berubah.
“Kamu siapa? Apakah kamu korban dari pembunuhan, pemerkosaan atau .... ” aku menebak, melihat dari baju kerja yang dia gunakan sudah koyak di beberapa bagian dan ada banyak bercak darah di sana-sini.
“Bukan, aku bukan siapa-siapa, mereka yang sudah mati akan kembali pada Tuhannya.” Dia masih berbicara dengan merintih.
“Ok, aku ganti pertanyaannya, kamu apa?” entahlah ke mana hilangnya rasa takutku, mungkin terbawa emosi bersama wanita sekertaris baru itu.
“Aku adalah susuk.” Wanita itu berbicara sembari berbalik, lagi-lagi hanya kepalanya saja yang menengok sampai ke belakang, sehingga wajahnya berada tepat diatas punggungnya, leher wanita ini menghitam dan bibirnya lebar sampai mendekati kuping.
“Susuk?”
Bukankah susuk hanya ditanam untuk mempercantik diri? Lalu kenapa dia di sini dengan keadaan mengenaskan ....
_______________________________________
Susuk adalah hal yang kebanyakan orang fikir hanya tentang wajah, tapi sebenarnya bisa juga menjadi media untuk mempercantik apapun.
Apakah kalian pernah membeli baju karena terlihat sangat indah di tokonya, begitu pulang
bajunya menjadi biasa saja. Selamat, anda terkena susuk jual beli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🖤❣ DeffaSha ❣🖤
apakah kau memakai susuk di ceritamu thorr, karna aku tidak bisa berpaling dari cerita2 muuu 😍😍😍😍
2023-11-11
3
Mey-mey89
...
2023-06-10
1
Ratna Alyandra
apa betul ada susuk untuk jual beli? baru tahu saya thor. ah othor mah is the best. bikin aku ngafens berat sama karya othor😁
2023-03-11
1