Aku berusaha bangkit, belum sempat aku mengambil kuda-kuda, Malik menyerangku, dia bermaksud memukul perutku tapi dihalangi Panglima, Panglima mental jauh menahan pukulannya, aku jatuh terkena efek pukulan itu, Raden berdiri didepanku, Malik bersiap kembali mengambil kuda-kuda, dia bergerak cepat kearahku dan bersiap akan memukulku lagi.
Aku menatap Malik yang seperti kesetanan, aku memejamkan mata bersiap menerima pukulannya, pukulan yang membuat Panglima mental jauh dan belum juga bangun.
“Malik!!! Berhenti!!! Kau bisa membunuhnya!” Pak Hanif berada di depanku, Malik menahan pukulannya sebisa mungkin agar tidak terkena Pak Hanif, Adinda si Jin Cantik bersiap di depan Pak Hanif, ternyata Malik tidak mampu menahan pukulannya dan Adinda terkena, Adinda mental sejauh Panglima, Pak Hanif melihat dengan muka ketakutan dan kecewa, tapi dia tetap tidak beranjak dari tempatnya berdiri, melindungiku.
“Itu pukulanmu yang ke-dua kalinya untuk Adinda Malik, sekali lagi pukulanmu mengenainya, kupastikan aku tidak akan pernah memaafkanmu.” Pak Hanif mengancam, Malik terlihat merasa bersalah karena pukulannya membuat Adinda celaka.
Malik mendekatiku yang masih dijaga oleh Pak Hanif, dia memegang pipiku dengan kasar lalu berbicara, “lihat karena ketololan mu, dua makhluk menjadi korban.” Aku menangis karena melihat Malik begitu tega padaku, dia akan membunuhku tadi, Malik pergi menjauh bersama pasukan berselendang hijau, aku langsung berlari mendekati panglima, Aku mengusap tubuhnya, dia tidak juga bangun.
“Tidak apa, dia hanya butuh istirahat, sematkan Karembo Hejonya, dia akan baik-baik saja.” Pak Hanif berbicara padaku, lalu dia mendekati Adinda dan menggendongnya, mereka berdua pergi. Kemana Aqan Asta, lelaki sialan itu pergi begitu saja, kabur?
“Oh ya, aku tidak bisa menceritakan kenapa Malik seperti itu, mungkin kau tidak bisa mempercayai siapapun, tapi percayalah hatimu, hatimu yang tidak terkontaminasi oleh apapun, karena hati yang bersihlah yang akan membimbingmu kearah yang tepat.”
Itu kata-kata Pak Hanif sebelum dia pergi membawa Adinda entah kemana.
Aku pulang ke Apartemenku dengan keadaan lemas dan Panglima sudah Istirahat didalam tubuhku, Raden menemaniku berjalan.
“Kenapa dia bisa sekejam Itu?” Aku bertanya pada diriku sendiri, “lalu kemana pria yang akan kunikahi itu, kemana perginya? Kaburkah dia?” Aku masih bertanya sendiri.
“Malik bukan manusia biasa, Ayi harus hati-hati, dia berbahaya dan sangat menakutkan.”
“Bahkan untuk sekelas Raden saja, Malik menakutkan?” Aku mengeluh, “Apa Panglima akan baik-baik raja?”
“Dia akan pulih, tapi butuh waktu, pukulan Malik memang terkenal mematikan, untuk kami para Karuhun.”
“Semenakutkan itukah dia?” Aku kembali bertanya pada diri sendiri.
...
Sudah beberapa hari aku tdak masuk kerja, aku takut ketemu Malik, sudah beberapa hari juga Aqan Asta menghubungiku tapi tidak aku hiraukan, lelaki brengsek, kupikir dia jauh lebih baik daripada Malik, tapi ternyata mereka sama saja, Maik dan Aqan Asta adalah lelaki brengsek!
“Aku perlu bicara.” Aqan Asta datang ke Apartemenku, tepatnya Apartemen Malik yang diberikan padaku.
“Aku tidak mau bicara dengan lelaki pengecut!” Aku hendak menutup pintu.
“Aku tidak pengecut, Pasukan Malik menahanku, mereka membawaku.”
Pasukan Malik? Bukankah katanya itu pasukanku? Kenapa sekarang omongannya berbeda?
“Lalu? Bagaimana kamu bisa lolos?”
“Aku meminta bantuan Tetua, mereka melepaskanku, aku mohon percayalah, aku tidak bisa melawan mereka.”
“Masuk.” Aku membukakan pintu untuknya.
“Apakah kamu terluka?” Dia bertanya, terdengar basa-basi ditelingaku.
“Alhamduillah tidak, ada Pak Hanif dan Adinda yang menolongku, oh ya dan tentu saja Panglima.” Aku menyindirnya, karena aku belum percaya seratus persen padanya.
“Malik kejam sekali bukan? Bagaimana dengan Panglima dan Adinda?” Bagaimana dia tahu bahwa yang terluka itu Panglima dan Adinda? Bukankah katanya dia disekap?
“Mereka baik, sudah baik, Panglima juga sudah baik.”
“Ser, kalau kamu membuka segel, Malik bukan tandinganmu.”
“Maksudnya?”
“Kalau suatu saat Malik mau mencelakaimu lagi, tapi segelmu sudah terbuka maka dia tidak akan mampu menyentuhmu lagi.”
“Bagaimana caranya aku membuka segel?” Aku tertarik karena aku ingin memberi Malik pelajaran, dia sudah sangat keterlaluan terutama pada Adinda dan Panglima, jika saja pukulannya mengenaiku, pasti aku sudah mati.
“Kita datangi Pak Haji Iman, hanya dia yang bisa membuka segelmu.”
“Dimana dia?” mungkin ini cara terbaik untuk melindungi diriku, mengingat aku tidak punya Malik lagi sebagai pelindung, dia bahkan sekarang musuh besarku, memang kata orang benar, terkadang orang terdekatlah musuh paling berbahaya.
“Aku sudah ketemu lokasinya, kita bisa berangkat sore ini.”
“Terlalu cepat, aku butuh istirahat, aku memang tidak terluka tapi aku kena efeknya, aku masih sedikit lemas.”
“Yasudah besok pagi bagaimana? Tidak bisa ditunda lagi, lewat dari besok, aku tidak bisa menjamin.” Aqan Asta terdengar mengancam.
“Kenapa begitu? Kenapa mesti terburu-buru?” Aku sulit mempercayai Aqan Asta lagi.
“Besok aku beritahu, ok, Pulihkan saja dulu dirimu.” Lalu dia pamit pulang, bersamaan dengan datangnya Aam.
“Ayi!” Aam datang dengan muka khawatir, harusnya dia pulang dulu ke kostannya, kenapa sekarang dia langsung kesini?
“Udah masuk dulu, jelek lu, bawa ransel besar muka kotor langsung kesini.” Dia habis Ospek kampus beberapa hari ini.
“Ayi maaf, seharusnya Aam tinggalkan Cula Bagong bersama Ayi.”
“Trus kalau Cula Bagong sama gue, gue bisa baik-baik aja gitu? Panglima ajah kalah!”
“Ya, tidak heran lawannya Pak Malik.”
“Memang dia kenapa? Apa dia juga seorang pemegang Karuhun?”
“Tidak tahu, hanya saja setiap melihat dia, banyak sekali pasukan dibelakangnya, dia selalu membawa mereka kemanapun.”
“Jadi itu memang pasukannya? Bukan milikku?”
“Loh Ayi kan masih di segel, mana bisa punya Pasukan.”
“Kenapa begitu? Kan aku Ayi Mahogra.”
“Ya, tapi Ayi tersegel, Ayi bahkan lebih lemah dari kami yang berstatus pewaris karuhun biasa, pasukan mana mau dijinakan oleh orang yang lemah, eh ralat, disegel dan jadi lemah.” Aam tersenyum.
“Terserahlah, Am, Elo free ga? Gue butuh bantuan lo.”
“Apapun untuk Ayi.”
“Gue mau kita ikutin seseorang dan kita harus mendapatkan informasi tentang lelaki itu, dari manapun, elo kan lebih tahu tentang dunia seperti ini.”
“Siapa?” Aam bertanya.
“Aqan Asta.”
“Ok, Aam juga udah curiga, ada yang aneh dari dia.”
“Apa itu?”
“Dibelakangnya ada sesuatu, atau seseorang yang sangat gelap, tidak terlihat sama sekali bentuknya, biasanya pemilik Karuhun akan memiliki wujud, seperti binatang atau seperti Manusia, tapi dia berbeda, itu hanya bayangan hitam, gelap dan sangat menakutkan.”
“Aku tidak melihat.”
“Kalau dititik ini Aam masih menang dari Ayi, Ayi kan masih di segel, seperti yang Am bilang tadi.” Dia tersenyum merasa menang.
“Ok pokoknya kita harus ikuti tanpa ketahuan dan Aam juga harus cari tahu selengkap mungkin mengenai Aqan Asta.” Aku bertekad untuk mengetahui lebih jauh lelaki l beicik itu, intuisiku berkata dia pembohong, dan bodohnya aku sempat terkelabui, entah kenapa bisa begitu, kenapa aku bisa cepat jatuh cinta padanya, padahal dulu untuk berpaling dari Malik saja aku tidak bisa, kenapa bertemu Aqan aku langsung ingin menikah.
...
Sudah seminggu ini aku dan Aam pergi mengikuti Aqan Asta, tidak ada yang mencurigakan, semua wajar, dia pergi kerja sebagai dosen, makan dikantin dan pulang setelah jam ngajar selesai, setelah itu dia jarang sekali keluar malam lagi, banyak Mahasiswi yang mengaguminya, setiap kami mencoba untuk mendapatkan informasi tentangnya dari para Mahasiswi, hanya hal-hal baik yang dibicarakan tentangnya. Terlalu bersih justru mencurigakan, manusia biasa tanpa celah, aneh, seperti sudah diatur supaya dia terlihat baik, manusia itu tidak sempurna, sikap dan sifatnya seperti dibuat-buat untuk menggiring opini publik.
“Am, jadi udah dapat informasi lengkap soal keluarganya?”
“Udah Ayi, jadi dia memang benar Kakak Kandung Bayu Asta, kalau ditelusuri dia memang benar berasal dari Nenek Moyang yang berada di bawah Garis Karuhun Ayi, makanya pas kenalan Ayi celaka karena dia memang garisnya Ayi.”
“Garisku? Maksudnya?”
“Aam juga ga tau Ayi, tapi hanya itu yang Aam tau soal Garis keturunan Aqan Asta.”
“Ada lagi yang lain?”
“Perusahaan Ayahnya Aqan dan Bayu saat ini sedang di ujung tanduk, katanya gara-gara banyak investor yang membuka perusahaan baru di negara kita, barang yang mereka jual jadi banyak pesaing, apalagi saingan mereka mematok harga dibawah pasar, sementara Ayahnya Aqan Asta kesulitan menurunkan harga barangnya karena untung mereka tipis sekali, sementara pegawainya banyak sekali, makanya akhirnya Ayahnya Aqa Asta mengambil pinjaman dengan agunan, itulah yang membuat perusahaannya akhirnya morat-marit, tapi seharusnya ini tidak membuat Aqan Asta kesulitan karena dia tidak berminat menjadi pebisnis, kata sumber yang sudah bisa dipercaya hanya Bayu yang meneruskan perusahaan itu, Aqan Asta hanya ingin jadi Dosen dan mengambdi menjadi pengajar.”
“Informasimu pun sangat rapih ya, maksudnya kita belum benar-benar menemukan sosok asli dari si Aqan ini.” Aku menggigit bibir.
“Oh ya, katanya sebenarnya Aqan juga kayak Ayi, menolak Karuhun dan memilih dunia yang lebih normal saja.”
“Masa? Tapi kok dia sepertinya gencar sekali menyuruhku membuka segel, harusnya jika dia seperti yang kamu bilang, dia ga akan suruh aku membuka segel kan?
“Dia suruh Ayi buka segel?”
“Iya makanya aku menghindar, harusnya beberapa hari yang lalu aku bersama dia membuka segel, tapi aku menolak, aku takut dia sembarangan dan akhirnya malah jadi malapetaka, atau dia malah meninggalkanku lagi seperti terakhir itu, ya walaupun Malik jahat padaku, dia benar, aku baru mengenal Aqan Asta, Malik saja yang sudah kukenal puluhan tahun bisa jahat padaku, apalagi si Aqan Asta, kami baru kenal beberapa bulan saja.”
“Ayi tahu caranya membuka segel?”
“Tidak, tapi Aqan Asta tau.”
“Dia bilang apa?”
“Dia bilang kita hanya perlu bertemu guru ngaji Kakakku dulu dan membuka segelnya.”
“Jadi yang menyegel itu masih hidup?”
“Masih, cuma lagi kurang sehat aja, kenapa emang.”
“Aqan bilang hanya akan bertemu guru ngaji itu? tapi Ayi, satu-satunya cara membuka segel Ayi Mahogra itu, ya dengan kematian sang penyegel!” Aam berbicara dengan nada cukup marah.
“Apa!” aku tersedak, “Maksudmu, aaapa, apa si Aqan brengsek itu mau membunuh Pak Haji Iman untk membuka segelku?” Brengsek! Lelaki sialan, dia mau membunuh Pak Haji itu hanya untuk membuka segelku, parahnya dia mengajakku juga, apakah dia bermaksud membuatku menjadi pembunuh juga.
“Kalau memang si Penyegel itu belum wafat, ya berarti tujuan Aqan Asta datang menemuinya adalah untuk mencelakainya.” Aam melanjutkan penjelasannya.
“Lelaki biadab, hanya untuk hal sepele dia bermaksud mencelakai bahkan membunuh manusia, apa tujuan sebenarnya begitu terburu-buru ingin membuka segelku?”
“Membuka segel Ayi bukan hal sepele untuknya, mungkin tujuannya menikah dengan Ayi.”
“Apa? Hampir saja aku menikah dengannya jika saja Malik tidak menghajarku di malam itu, apa malik memang mengetahui semuanya dari awal sehingga dia marah sekali, tapi tetap saja menghajarku yang hanya seorang perempuan sepertinya bukan hal yang patut di apresiasi, Am.”
“Ayi bukan hanya seorang perempuan.” Aam tertawa, aku langsung menepuk bahunya tanda marah, dia meledekku.
Benar kata Abah dimimpiku, aku tidak boleh percaya siapapun saat ini, hanya Aam yang bisa kupercayai karena kami memiliki hubungan darah, sehingga kecil kemungkinan dia akan mengkhianatiku.
Tapi niat Aqan Asta tidak bisa dimaafkan, dia mengelabuiku untuk menghabisi seseorang, ingin sekali aku menghajarnya.
“Jangan terlalu dekat dengannya Ayi, aku takut dia berusaha mengambil keuntungan darimu.” Aam memperingatkanku.
“Justru aku ingin menghajarnya, aku tidak akan melepaskannya kali ini, kita harus menemukan siapa dia dan apa maunya, kalau kita membiarkan dia, aku takut jatuh korban lain, aku takut dia mencelakai orang lain.”
“Terlalu berbahaya Ayi, kita saat ini hanya berdua.”
“Kamu takut?”
“Aku hanya takut tidak bisa melindungi Ayi seperti terakhir kali ketika Pak Malik mencelakai Ayi.”
“Kemungkinana apa yang paling terburuk jika aku tetap menemui pria itu?”
“Tidak tau, mungkin dia berusaha memanfaatkan Ayi, Aku tidak begitu takut dengannya, aku hanya takut dengan makhluk di belakang tubuhnya, Am merasa dia seperti Iblis jahat.”
“Aku tidak bisa melihatnya.”
“Memang sulit melihatnya akupun hanya sesekali bisa melihat makhluk itu, harusnya itu adalah Karuhun Aqan Asta, tapi entahlah bentuknya saja tidak bisa dipastikan, memang pewaris Karuhun kebanyakan orang-orang baik, tapi entah kenapa aku merasa yang ini berbeda.”
“Makanya kita perlu mencari tahu, aku akan telepon Bayu untuk bertemu besok, sebenarnya aku tidak ingin menggunakan cara ini, tapi ini jalan terakhir, semua informasi yang kita dapatkan terlalu putih, seorang manusia biasa tidak mungkin lahir dengan sempurna.”
“Tapi Ayi, aku fikir sudah cukup sampai disini.”
“Udah, biar Ayi yang putuskan.”
...
Aku dan Bayu bertemu di salah satu tempat makan dekat kantornya, aku memang bertanya dimana kantornya.
“Ada apa sih Sei? Tumben banget.” Bayu Asta Adik Aqan Asta makan pesanannya, dia bilang sekalian makan siang.
“Bay, ada yang mau gue tanyain soal Aa lu.”
Bayu berhenti sejenak dari kegiatan makannya, “Kenapa dia?” Bayu berkata dengan sinis.
“Lu tau, gue lagi deket sama dia.” Aku memancingnya dulu.
“Deket kayak gimana ya Sei.”
“Yah, deket kayak elu sama Istri lu sebelum nikah.”
“Sedeket itu?”
“Iya sedeket itu, tapi ada yang gue raguin dari hubungan kami, maksudnya dia orang baik dan mapan...”
“Cari yang lain aja Sei, jangan Aa Aqan.” Loh aneh kenapa aku tidak boleh berhubungan dengan kakaknya.
“Kenapa emang, apa gue ga sepadan sama keluarga lu yang kaya raya?”
“Hei, lu tau lah gue ga pernah suka kok status kayak gitu, gue emang playboy tapi gue bukan orang brengsek.”
“Ya, terus kenapa?”
“Malik kenapa Sei?”
“Bay, kita lagi bahas Aa lu, bukan si Malik.” Aku mulai gerah kalau dengar namanya lagi.
“A Aqan orang yang rumit Sei, maksudnya begini, gue ga bisa mendeskripsikan dia itu orang baik atau orang jahat, gue ngerasa kenal dia, tapi banyak sikapnya yang membuat gue ngerasa ga kenal dia.”
“Kok gitu, bisa sebutin salah satu contohnya kenapa lu raguin Aa orang baik?” kalau seseorang tidak bisa dinilai baik atau jahat adalah karena penilaian baik luntur secara tiba-tiba karena suatu kejadian.
“Dulu banget waktu gue sama dia masih sekolah dia 3 SMP kalau ga salah, gue kelas 2 SMP, waktu itu dia terkenal sangat baik, ramah dan rajin beribadah, semua orang suka, Nyokap, Bokap dan Guru-guru semua selalu muji-muji dia, bahkan gue pun, dia selalu bantu gue setiap gue kesulitan soal pelajaran, tapi semua penilaian itu luntur.” Bayu memelankan suaranya, meminum teh di mejanya dan melanjutkan ceritanya, “waktu itu gue liat Aa di gang pas pulang sekolah, trus gue panggil dia, tapi karena jarak kami agak jauh, dia ga denger pas gue panggil, trus gue ikutin dia, bermaksud ngajak dia pulang bareng, tapi aneh, arahnya bukan kearah rumah kami, gue penasaran dia mau kemana pas gue pastiin lagi, ternyata dia lagi ikutin seorang perempuan, nggak tau kenapa dia ikutin perempuan itu.”
“Trus.” Aku mendengar dengan seksama.
“Sampai gang perumahan, yang cukup sepi, gue liat dia dorong wanita itu, kenceng banget, sampe kepalanya ngebentur trotoar.”
“Astagfirullah, trus.”
“Perempuan itu pingsan, trus dia seret perempuan itu menjauh ketempat lebih sepi, gue rasanya mau teriak bantuin perempuan itu, tapi entah kenapa mulut gue kelu ga bisa ngomong, gue akhirnya ikutin dia dan lu tau, ternyata dia bawa perempuan itu ke Gudang, trus perempuan itu disenderin, dia ngeluarin pisau lipat gitu, gue liat dia gores pipi perempuan itu, cukup dalam, anehnya perempuan itu sama sekali ga berontak, walau darah dah ngucur dari pipinya.”
“Saat dia lakuin itu, dia melakukannya kayak apa?” Aku mencoba menggali lebih dalam.
“Dia ngelakuinnya gini.” Bayu memegang kepalaku dan menggores pipiku dengan sedotan, “Dan lu tau yang paling gilanya, tuh perempuan sadar, matanya ga merem pas di gores, bahkan dari jatuh dan kepalanya membentur trotoar dia masih sadar, masih melek, tapi dia diem aja gitu pas di seret sama Aa.”
“Ok, siapa perempuan itu, lu masih inget namanya?”
“Aduh, siapa ya, lupa gue, bentar kalo ga salah panggilannya Kak Kori”
“Apa motifnya menyiksa perempuan itu?”
“Satu hari setelah kejadian itu, gue baru tahu, ternyata dia kakak kelas gue, satu tingkat sama Aqan Asta, rumornya Kak Kori itu suka sama Aqan Asta, tapi ditolak mentah-mentah, katanya Aa bilang kalau dia mau fokus belajar, tapi perempuan itu kekeh dan ngikutin Aa kemanapun.”
“Loh aneh, gue pikir Aa yang ditolak makanya dia brutal gitu.”
“Waktu itu gue curiga dan sempet mencoba untuk menyelidiki hal yang sebenarnya terjadi, gue masih menyangkal kalau Aa itu jahat, pasti ada alasan, akhirnya gue mencoba untuk lebih kenal Kak Kori, gue deketin temen-temennya Kak Kori dan akhirnya gue ketemu salah satu temennya yang care banget sama dia, jadi gue beralasan mau cari pelaku yang menggores luka di pipi Kak Kori, gue ngakunya fans Kak Kori gitu, dia ga tau kalau gue adiknya Aqan Asta, nah kebetulan temennya Kak Kori itu curiga ama Aa, karena katanya dulu banget sebelum Kak Kori jadi cacat karena digores, mereka makan-makan gitu bareng sama Aa Aqan juga, gue kaget, bukannya Aa nggak suka ama perempuan itu, tapi kenapa Aa mau makan bareng, trus kata temennya kak Kori, Kak Kori itu kayak pamer udah jadian sama Aa dia nempel-nempel gitu ke Aa, nggak lama Aa ijin ke toilet, trus Kak Kori nyusul, nah temennya Kak Kori itu juga mau ke toilet, pas di lorong toilet itu dia liat Aa Aqan sama Kak Kori berantem, dia denger Kak Kori itu bilang gini, ‘lu jangan sombong, mereka mungkin ngerasa elu ganteng, pinter dan kaya, tapi gue tau elu itu aneh, aneh suka ngomong sendiri kayak orang gila, inget gue udah rekam, gue bisa sebarin dan gue bakal bilang kalau elo itu gila.’.”
“Maksud lu kemungkinan si Kori itu dicelakain karena dia tau rahasia Aqan Asta? Tapi kan sebenarnya itu ga sepadan dengan apa yang dilakukan sama wajah seorang gadis.”
“Setelah gue selidiki, gue ga bisa dapet jawaban secara pasti, tapi satu hal yang gue tau dengan pasti, Aa itu tidak bisa dibilang orang baik, Kakak gue itu semacem punya kepribadian ganda, maksudnya bukan benar-benar sakit mentalnya, tapi sikapnya setelah membuat seorang gadis cacat diwajah, dia bisa setenang itu tanpa merasa bersalah hebatnya Kak Kori tidak pernah mengadu kepada siapapun tentang kejadian dia didorong dan di gores kepada siapapun, setiap ada yang tanya kak Kori hanya bilang dia tidak ingat.”
“Trus elo diem aja, ga laporin dia ke polisi?”
“Gila! Bisa digorok Bokap gue, lagian gue takut, terkadang Aa Aqan suka menyeringai, kadang gue ngeliat sisi Iblis di wajahnya.”
Ok aku pun sudah yakin tentang satu hal, intuisiku kembali tepat, Aqan Asta adalah orang jahat, dia tidak bisa dipercaya, bermuka dua, aku harus hati-hati padanya, kemungkinan dia menggunakan gendam pada Kori sehingga Kori tidak ingat apa yang sudah dilakukan Aqan Asta padanya, aku harus memperingatkannya untuk tidak berbuat jahat lagi, mana tahu saat ini ada banyak korbannya.
Aku akan membuat dia kapok!
______________________
Catatan Penulis :
Tidak semua orang yang kamu percaya adalah orang yang jujur, terkadang mereka yang bermulut manis hatinya lebih pahit dari orang berkata kasar.
Tidak semua, terkadang, jadi aku jangan di hujat ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Rikko Nur Bakti
kog sepertinya setuju.....
2023-10-24
0
Mey-mey89
semangat
2023-06-22
1
Asyiyah Setiawan
tenang Thor, betul ko, kebanyakan yg bermulut manis hatinya ga manis, justru mereka lebih licik krn ingin mencapai suatu tujuan dgn mulut manisnya itu. kalau org yg bener2 tulus ga selalu bermulut manis.. mereka apa adanya dan ga dilebih2kan dan ga dikurangi jg..
2023-04-11
1