Aku masih berdiri di dalam lift ini, berbicara dengan makhluk yang berkata bahwa dirinya adalah Susuk, aku menghindari bolak-balik naik turun lift makanya aku menawarkan tumpangan.
“Kita bicara ditempat lain, aku ga mau keliatan seperti orang gila, naik turun lift dan bicara sendiri.” Aku mengajaknya keluar.
“Tidak bisa, aku Susuk, aku ditanam.”
Sudah kuduga, dia memang tidak bisa pindah.
“Kamu ditanam dengan apa?”
“Perjanjian.”
“Siapa?”
“Dulu sekali, pemilik pertama, 2 generasi diatas pemilik terakhir.”
“Apa yang bisa aku lakukan?”
“Aku ingin lepas, sakit, sakit sekali, aku ingin menjadi Muslim.”
“Bersyahadatlah.”
“Kamu mau membantuku?”
“Aku belum menjadi seorang Muslimah yang pantas, kurasa.”
“Lalu siapa yang bisa membantuku?”
“Hanya Allah, berdoalah.”
Aku berlalu pergi meninggalkan lift, aku berhenti di lantai ruangan Malik, Mungkin Malik bisa membantu.
“Malik, Woy!!!” Aku baru saja masuk ruangannya dan aku melihat pemandangan menjijikan, sekertaris baru itu terlihat sedang mengambil file di lemari besi bagian paling bawah, dia bukannya jongkok malah nungging, pake rok mini lagi.
“Ser, kenapa?” Malik Kaget.
“Sini Kamu.” Aku memanggil sekertaris baru itu.
“I-iya bu.” Dia mendekatiku.
“Di Universitasmu tidak diajari bagaimana menghargai dirimu? Nungging-nungging begitu, ga Sopan! Besok pakai Rok yang lebih panjang atau celana panjang non Jeans ya, awas kalau saya liat kamu pakai rok mini lagi, saya SP 3 kamu, ngerti!”
“I-iya.”
“Iya Bu! Panggil Saya Bu, kamu pikir saya teman kamu!” Aku memarahinya bertubi-tubi.
“I-Iya Bu.”
“Keluar sana, saya mau bicara sama bos kamu.”
Malik hanya senyum-senyum saat aku memarahi habis sekertarisnya.
“Tenang dong calon istri, kenapa harus emosi sih?”
“Dia tidak santun dan binal bersikap begitu, bagaimana kalau .... ” Aku Berhenti sejenak.
“Bagaimana kalau apa? Aku melihat bokongnya?”
“Hei Malik!!!” Aku setengah berteriak.
“Apa calon Istri?”
Bohong kalau aku bilang tidak meleleh saat Malik memanggil aku dengan sebutan calon Istri.
“Sudahlah tidak ada guna bicara denganmu, Malik aku boleh minta bantuan?”
“Tumben minta tolong, biasanya main perintah aja, ini, kan kantor kamu.”
“Malik, serius!" Aku merengut, lalu melanjutkan perkataanku.
"Aku mau minta tolong pak Hanif IT untuk membantuku mendoakan makhluk di Lift."
“Trus, Kenapa harus minta tolong aku? Kan tinggal ke tempat Hanif.”
“Kamu temenin aku sama Hanif lah, kan ga lucu kalau aku sama Hanif berduaan di lift naik turun bolak-balik, ntar disangka gimana gitu.”
“Kenapa harus aku yang temenin, ada sekitar 300an pegawai di sini, kenapa harus aku?”
“Malik, kamu males keluar ruanganmu karena disuguhin bokong terus ya!” aku langsung keluar dan membanting pintu.
“Maaf bu, Ada apa?” Semua Pegawai di ruangan itu langsung melihat ke arah Kami, sekertaris baru melakukan kesalahan fatal, bertanya ketika aku bertengkar dengan Malik.
“Kamu, Siapa nama Kamu?”
“Hani, bu.”
“Setelah saya turun kamu ambil SP 1 untuk di ruangan saya ya, dan SP 2 akan menyusul kalau kamu tidak bisa jelaskan ke saya apa kesalahan kamu sampai dapat SP 1.” Aku pergi meninggalkan gadis bodoh yang entah bodoh beneran atau si Srigala yang hanya sedang memperlihatkan bulu dombanya.
...
“Jadi begini Pak Hanif, di Lift ada sesosok Makhluk yang mengatakan bahwa dirinya adalah susuk, katanya dia dulu ditanam oleh pemilik sebelumnya, kira-kira dua generasi sebelum Malik memiliki gedung ini, katanya dulu gedung ini begitu suram, tidak laku, makanya pemilik sebelumnya menanam susuk berupa gadis cantik di sini, nah sekarang makhluk itu sudah compang camping karena tuannya sudah tidak ada, sudah meninggal jadi dia tidak pernah dikasih makan, dia kesakitan, katanya dia tidak bisa pergi karena perjanjian dia dengan tuannya.”
Pak Hanif hanya tertunduk, dia kaget dan bingung aku gamblang bercerita hal yang seharusnya diluar nalar.
“Bu Seira, Jin itu penuh tipu daya, bisa saja dia berbohong hanya untuk membuat kita bersekutu dengannya, karena Allah Subhanahu Wa Taa’la tidak menciptakan Jin dan Manusia selain untuk menyembah kepada-Nya. Kita tidak boleh terlalu percaya omongan dia Bu.”
“Kan, aku bilang juga apa, kamu sih terlalu percaya sama dia.” Malik menimpali, dia memang ikut nimbrung, kami sedang berada di ruanganku, sekertarisnya juga ikut, kata Malik sekarang sekertarisnya akan terus ikut ke manapun Malik Pergi. Untuk saat ini akan kubiarkan mereka, setidaknya sudah 1 SP, tinggal menunggu 2 SP lagi dia Out.
“Malik, bisa tolong denger Pak Hanif dulu ga? Eh, Kamu juga ngapain catet-catet, ini bukan meeting resmi, ga perlu pakai notulen.” Sekertaris itu tersenyum. “Pak Hanif, saya cuma berharap bapak bisa bantu saya mengeluarkan makhluk itu supaya ga bersarang di lift gedung ini.”
“Baik bu, saya akan lakukan semampu saya, tapi kita tidak mengadakan ritual apapun ya Bu, hanya memohon pertolongan Allah saja.”
“Nah, itu dia Pak, Pak Hanif nih emang bisa diandalkan.”
“Nif, nanti kamu sendiri aja ya, saya sama Seira ga usah ikut usir-usir begituan.” Nada bicara Malik dingin.
“Aku ikutlah, aku mau liat gimana caranya, biar nanti aku bisa belajar, ya Pak Hanif.”
Sepertinya Malik cemburu, mungkin saja, soalnya aku memuji Pak Hanif didepan dia.
“Ser, Kamu ngapain sih, katanya takut, sekarang kenapa kamu semangat banget?” Malik mulai terlihat keras.
“Pak Hanif, kapan kita doanya?”
Aku senyum dalam hati, oh gini kalau dia cemburu. Aneh, Hanif memang tampan, umurnya terpaut 3 tahun diatas aku dan Malik, makanya aku panggil dia Pak Hanif, Malik sih merasa bos makanya dia panggil siapapun dengan sebutan nama walau usia pegawainya sudah tua, dia tetap panggil nama, dasar si arogan Malik.
Selain tampan Hanif sangat pintar, dia lulusan Universitas Negeri ternama di Ibukota ini, dulu waktu dia melamar di sini, dia satu-satunya kandidat yang kuterima tanpa proses tes, Malik waktu itu bilang terserah aku dan instingku benar, Hanif hebat dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Informatika, hardware, software, jaringan atau apapun yang berhubungan dengan sistem dia akan tangani dengan sangat baik, dulu dia hanya pegawai biasa sekelas admin, sekarang dia Kepala IT di perusahaan ini.
Walau segudang prestasi tersebut, Hanif adalah Hanif, bukan Malik, sementara yang aku cintai adalah lelaki arogan, sok pintar, tampan dan Kaya ini, andai aku bisa mengendalikan hatiku, rasanya lebih mudah mencintai Pak Hanif dibanding Malik.
....
“Sera yakin mau ikut?” Pak Hanif menegaskan saat kami bertiga ada didepan pintu lift, hari ini semua pegawai dipulangkan cepat, tidak boleh ada yang over time atau lembur.
Saat ini hanya ada aku, Pak Hanif dan teman pak Hanif yang katanya ilmu agamanya lebih tinggi dari pak Hanif, tapi dari awal kami berkenalan teman pak Hanif tidak banyak bicara, dia bahkan banyak menunduk saat aku menatapnya.
“Yakin pak.” Aku tersenyum
“Ngapain cengengesan gitu?” Tiba-tiba dari arah belakangku ada suara, siapa lagi kalau bukan si pemilik gedung.
“Malik, katanya ga mau ikut, bukannya kamu udah pulang?” Aku kaget karena Malik bilang mau pulang.
“Kamu ngapain cengengesan, Oh ya pak Hanif, ada baiknya kalau memanggil ibu Seira dengan lengkap.” Malik mengkoreksi Hanif yang memanggilku dengan nama Sera, ya, itu panggilan Malik untukku.
“Aku yang suruh pak Hanif panggil aku Sera aja, toh aku lebih muda, kamu juga manggil aku begitu.” aku masih membantah.
“Kamu pikir kamu di kampus? atau di tempat pelatihan? Kamu di kantor, ada baiknya memanggil dengan sebutan formal, ya kan Nif.”
“Iya pak.” Hanif terlihat tenang dan tidak tersinggung, “Tadi saya sudah minta tekhnisi untuk mematikan lift untuk sementara, jadi kita tidak perlu naik turun untuk memulai doanya.” Hanif mulai melangkah kedalam lift diikuti oleh kami.
Aku tersenyum begitu masuk ke lift, kulihat perempuan susuk itu ada di sana, teman Pak Hanif mellihatku, aku kaget dan akhirnya nunduk.
“Bismillah.” Pak Hanif lalu melantunkan ayat-ayat Rukyah bersama temannya, aku mundur, ada rasa berat di pundakku, makin mereka lantang membaca ayat, aku semakin menunduk, bahuku berat, berat sekali.
“Ser.” Malik menyadari aku yang mulai sesak nafas.
“Aku ok, aku ok.” Aku berusaha membuat Malik tenang.
“Bu, tipu daya muslihat setan itu nyata, kita tidak boleh terpedaya, dia bukan korban, dia adalah setan yang berusaha menggoda manusia.”
Aku melihat wanita itu berubah menjadi ular berkepala manusia, dia tertawa cekikikan, lalu berkata, “kau bisa meminta apapun dariku, aku akan mengabulkannya, kau hanya perlu meminta padaku dan aku tidak akan meminta imbalan apapun.” Kepala si setan susuk ini mendekatiku, angin begitu kencang terasa sampai membuat kami semua mundur masuk kedalam lift, pintu lift tertutup dan kami terhempas jatuh, lift seperti lepas dari porosnya, padahal ini lantai paling bawah.
“Kau setan, kau membuat kami menjadi kafir dengan tipu dayamu, dengan meminta kepadamu bukankah kami menduakan Tuhan kami.” Pak Hanif berbicara pada susuk setan itu, aku tidak tau kalau Hanif pun bisa melihat mereka, lalu Hanif mencengkram leher ular tersebut menarik lehernya mendekati badannya, dia tidak berhenti mengucapkan ayat-ayat Rukyah bersama dengan temannya, lalu dia menginjak bagian tubuh lain dari ular setan itu, ular itu menjerit sejadi-jadinya, detik berikutnya angin berhenti bertiup, ular itu kelelahan berusaha melepaskan cengkraman Pak Hanif tapi tidak berhasil, di antara perlawanannya, dia membisikkan sesuatu padaku seketika kupingku berdengung aku kaget dan sempat kehilangan kesadaran sesaat, tepukan lembut di bahu menyadarkanku.
“Malik, Malik dia bilang apa, kupingku sakit,” kulihat kupingku berdarah.
“Ser, ayo keluar.” Malik menarik badanku keluar dari lift, ternyata pintu lift sudah terbuka, anehnya kami sudah ada dilantai paling atas.
“Dia kemana Pak?” Aku bertanya pada Pak Hanif yang tak lama ikut keluar juga dengan temannya.
“Dia sudah pergi, atas ijin Allah dia tidak di sini lagi.”
“Tapi pak, tadi ada yang dia katakan padaku, tapi aku tidak bisa mendengar, kupingku sakit dan berdengung.”
“Ser, pulang sudah malam, ayo kuantar.” Malik lagi-lagi menarik badanku.
“Bu!” Pak Hanif memanggilku dengan kencang, “ingat, tipu daya setan itu hanya ingin anak cucu adam terpedaya dan menjadi teman mereka di neraka.”
Aku hanya mengangguk, Malik menarikku kencang sekali, ada apa dengannya, kenapa dia mencegahku berdiskusi dengan Pak Hanif, tapi Malik benar aku kelelahan, bahuku berat sekali.
__________________________________________
Catatan Penulis :
Kamu bisa saja sangat pintar dan cerdas, tapi jika berhubungan dengan mereka yang tak terlihat, kami tidak hanya butuh 2 hal tersebut, kami hanya butuh keimanan yang kuat, maka kamu akan menang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Kustri
lanjut aaah...
2024-05-28
0
Mey-mey89
semangat
2023-06-10
1
Else Widiawati
aduhh seira galak banget kalo lagi cemburu
2023-01-08
1