Elia Pergi

"Aku benar-benar gak nyangka, Bang kalau Kamu setega itu memfitnah Aku selingkuh!" ucapnya.

"Aku gak Fitnah El, bukankah sudah ada buktinya? Jika Kamu tidak selingkuh, lalu siapa Pria itu?" tanyanya.

"Dia hanya teman yang menghibur Aku dikala sedih, hanya itu! Gak lebih!" jelas Elia.

"Teman ... Kamu bilang? Kalau Kalian hanya Teman Kenapa bisa sedekat dan semesra itu!? " cerca Rigel.

Elia tersenyum, tapi hatinya menangis dan sakit bagaikan tersayat pisau tajam.

" Baiklah, sepertinya apapun yang Aku ucapkan Kamu juga gak bakalan percaya sama Aku. Jadi, lebih baik cukup sampai di sini!" ucapnya lalu pergi meninggalkan Rigel.

" El ... Tunggu! Kamu mau kemana, El? Kita belum selesai bicara!" Rigel mengejar Elia yang terus berjalan tanpa menghiraukannya. Saat Rigel mencekal tangan Elia, Ia segera menepisnya.

" Kamu mau kita bicara apa lagi, ha? Jawab!" tantangnya dengan nada tinggi.

Rigel terdiam saat mendengar pertanyaan Elia karena Ia juga bingung apalagi yang harus mereka bicaran.

" Kamu sendiri gak bisa jawab, 'kan? Sudahlah ... Sudah cukup Aku bertahan dengan rasa sakit ini, Aku gak mau mersakan luka yang lebih dalam lagi!

Lebih baik kita cerai!" lontarnya dengan nada penuh penekanan.

Rigel membolakan matanya saat mendengar Elia kembali mengatakan kalimat cerai. Awalnya Ia ingin memaafkan Elia jika Ia mau jujur dan meninggalkan pria itu, tapi Elia justru mengatakan kata cerai.

Rigel mengerutkan dahinya. " Aku gak nyangka Kamu bakalan mengatakan hal itu lagi, El. Jadi, itu mau Kamu? Kamu mau cerai denganku agar bisa sepuasnya pergi bersama selikungkuhanmu itu! " cercanya.

Sebuah tamparan keras mendarat ke pipi Rigel. Rigel memegang pipinya yang sedikit terasa panas akibat tamparan Elia.

"Kenapa Kamu malah menamparku, El? Bukankah ucapanku itu benar?" protesnya yang tidak terima kalau Elia menamparnya.

Elia geleng-geleng kepala, Ia tak habis pikir kalau Rigel bisa mengucapkan kata-kata sepedas ini.

Rigel yang Ia kenal dulu adalah Rigel yang selalu percaya dengannya, apapun yang terjadi. Namun, sekarang rasa percaya itu sudah hilang entah kemana, setiap ada kesalahan, Rigel sudah tak pernah mau mendengarkan penjelasannya lagi.

Jika kemarin Elia masih sanggup bertahan karena tak ingin pergi dengan kekalahan, saat ini sudah tak ada hal itu dalam kamusnya. Elia sudah tidak memikirkan bahwa ia kalah atau menang karena Ia benar-benar sudah tak sanggup lagi mempertahankan rumah tangga yang sudah hancur tak tersisa ini. 

Tanpa berpikir lama, Elia segera pergi meninggalkan Rigel untuk mengemasi barang-barangnya. Saat memasuki kamar, Elia segera mengambil kopernya lalu memasukkan beberapa baju dan barang-barangnya

Tak banyak barang yang Elia bawa, hanya beberapa bajunya serta barang berharga. Sebelum pergi, Elia mengamati ruangan itu sebentar. Kamar ini adalah sebuah saksi hidup kisah rumah tangganya selama 5 tahun terakhir bersama Rigel, tetapi sekarang tinggal kenangan.

Elia mencoba untuk tidak menangis di saat seperti ini karena Ia tidak mau terlihat lemah dimata orang yang sudah menyakitinya. Saat melihat Elia turun dengan membawa sebuah koper besar, Bi Ina segera menghampirinya.

"Loh, Nyonya mau kemana? Kok bawa koper sebesar ini?" tanyanya dengan wajah bingung.

"Elia mau pergi Bi karena sudah tidak ada yang bisa Elia pertahankan lagi di sini!" ucapnya.

"Kenapa Nya? Apakah Nyonya bertengkar lagi dengan, Tuan?"

"Sudahlah Bi, Elia gak mau bahas soal itu lagi. Bibi jaga kesehatan ya, Terimakasih karena sudah merawat Elia dengan baik saat berada di sini," pungkasnya lalu memeluk Bi Ina sebagai perpisahan.

Saat Elia dan Bi Ina masih berpelukan, tiba-tiba Claire datang menghampiri mereka.

" Wah ... ternyata ada yang mau pergi, ya? Kenapa? Sudah gak betah Atau—" Claire tak melanjutkan ucapannya.

" Atau apa?" sela Bi Ina.

"Loh, kenapa Bibi yang sewot dan kepo! Lagian ya ... pembantu itu tempatnya di dapur, masak, nyuci, ngepel bukannya ikut campur urusannya majikan!" cela Claire.

Bi Ina merasa kesal saat mendengar Claire menghinanya seperti itu, saat Bi Ina mau menghampiri Claire. Elia menahan dan menyuruhnya untuk tenang dan bersabar.

" Eh Claire, Kamu itu wanita berpendidikan, kan? Tapi kenapa mulut Kamu itu seperti tidak pernah di sekolahkan, ya?"

Saat mendengar Elia menghinanya, Claire ingin menamparnya, tetapi Elia dengan sigap menahan tangan Claire.

"Jangan mengira Kamu bisa seenaknya mau menamparku. Ingat ya Claire, meskipun Bi Ina itu asisten rumah tangga dia tetaplah orang tua, dan seharusnya Kamu yang lebih muda itu harus bersikap sopan! Bukan seenaknya merendahkan pekerjaan orang seperti ini! " ucapnya Lalu melepaskan tangan Claire dengan kasar.

Claire menyeringai." Wanita tukang selingkuh, gak usah sok-sok an nasehati orang, deh! " celanya saat melihat Elia yang mau pergi.

Elia mengehentikan langkahnya, dan menghampiri Claire." Apa maksud Kamu berbicara seperti itu!"

"Gak usah sok tuli dan munafik deh jadi orang. Wajah aja yang terlihat polos, tapi ternyata suka selingkuh!" celetuknya.

Sebuah tamparan keras mendarat ke pipi Claire sampai membuatnya meringis kesakitan. Selama ini Elia sudah cukup menahan emosinya melihat Claire yang suka bersilat lidah, tapi kali ini Ia sudah tidak bisa bersabar saat mendengar Claire mengatakan bahwa Ia adalah tukang selingkuh.

Claire memegang pipinya yang terasa perih dan terdapat bekas merah jari akibat tamparan dari Elia. Ia menatap Elia dengan tajam dan ingin membalas menamparnya, tetapi Elia dengan sigap menahan tangan Claire kembali.

"Ingat Claire, jangan pernah menghinaku dengan mulut kotormu itu! Karena Kamu gak pantas sama sekali. Seharusnya Kamu ngaca terlebih dahulu sebelum mengatakannya. Kamu itu hanya seorang pelakor yang datang merusak rumah tangga wanita lain, ingat itu! " tandasnya lalu pergi.

Kurang ajar Kamu Elia! Ingat saja, Aku akan membuat hidupmu menderita!. Batin Claire.

Kali ini Elia benar-benar pergi  dari rumah yang sudah seperti neraka baginya. Elia pergi tanpa memberitahu Rigel bahwa Ia tengah mengandung anaknya. Menurut Elia itu percuma saja karena Rigel pasti akan menanyakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya dan hal itu akan semakin membuat Elia sakit.

Melihat taxi online yang sudah Ia pesan sebelumnya sudah datang, Elia segera naik kedalam mobil itu. Hanya Bi Ina yang masih setia mengantar dan menatapnya sampai Ia pergi meninggalkan kompleks perumahan itu.

Di dalam mobil, genangan Air mata yang sejak tadi Ia tahan akhirnya jatuh juga. Elia menangis sambil memegang perutnya, ternyata rumah tangga yang Ia bangun selama lima tahun ini berakhir dengan tragisnya.

Maafkan bunda ya, Nak. Karena sudah membuat Kamu harus lahir tanpa Ayah, tapi kamu tenang saja Bunda janji akan menjagamu dengan baik. Semoga kelak Kamu bisa mengerti dengan keputusan bunda saat ini. Gumam Elia sambil mengusap perutnya.

Elia menyandarkan tubuhnya di kursi penumpang untuk merilekskan otot tubuhnya yang sudah kaku sejak tadi akibat bertengkar dengan Claire. Mobil pun melaju melenggang pergi menembus jalanan kota jakarta yang mempunyai banyak cerita.

...****************...

Jeng... Jeng... Gimana part ini? Komen di bawah ya...

Jangan lupa like, komen, vote serta hadiahnya ya... Klik tombol favoritnya biar kalian tahu kalau novel ini up.

Terpopuler

Comments

MFay

MFay

ya pergi ja Elia 👍
tinggalkan yang memang pantas ditinggalkan, ada anak yg harus kamu perjuangkan 😘

2023-08-11

0

Gavin Bae

Gavin Bae

part yg bagus.

2023-01-26

0

Nini Andriani

Nini Andriani

Baru ini aku bc, setiap episode nafasku sesak....😡

2022-07-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!